Mekanisme Kliring: Pengertian Tujuan Fungsi Jenis Syarat Sistem Lembaga Kliring Cek Bilyet Giro

Pengertian Kliring: Kliring berasal kata bahasa inggris yaitu Clearing, istilah dalam perbankan dan keuangan yang menunjukkan aktivitas yang berjalan sejak saat terjadinya kesepakatan untuk suatu transaksi hingga selesainya pelaksanaan kesepakatan tersebut.

Kliring adalah pertukaran warkat atau Data Keuangan Elektronik (DKE) antar peserta kliring baik atas nama peserta maupun atas nama nasabah peserta yang perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu.

Kliring sebenarnya merupakan transaksi lalu lintas pembayaran yang bertujuan untuk memudahkan penyelesaian hitang piutang antar bank yang timbul dari transaksi giral.

Pengertian Kliring Menurut Veithzal.

Kliring adalah  sarana perhitungan utang piutang dalam bentuk surat-surat berharga dan surat dagang antara bank -bank peserta kliring yang dilaksanakan oleh Bank Indonesia selaku bank sentral yang mengatur memajukan, memperluas, dan memperlancar arus lalu lintas pembayaran giral serta terselenggara secara mudah, cepat dan aman

Pengertian Kliring Menurut Kasmir

Kliring adalah jasa penyelesaian hutang pihutang antar bank dengan cara saling menyerahkan warkat-warkat yang akan dikliringkan di lembaga kliring. Kliring juga dapat diartikan sebagai suatu proses penyelesaian pembukuan dan pembayaran antar bank dengan memindahkan saldo kepada pihak yang berhak.

Pengertian Kliring Menurut Irsyad

Kliring adalah penyelesaian hutang piutang antar Bank dengan cara saling menyerahkan warkat-warkat yang akan dikliringkan di lembaga kliring yang dikoordinir oleh Bank Indonesia.

Pengertian Kliring Menurut Muhammad dan Dwi Suwiknyo

Kliring adalah proses penyelesaian utang piutang antar bank yang diselenggarakan pada suatu tempat dan waktu tertentu.

Pengertian Kliring Menurut Totok Budisantoso dan Sigit Triandaru.

Kliring adalah pertukaran warkat atau data keuangan elektronik antarbank baik atas nama bank maupun nasabah yang hasil perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu.

Pengertian Kliring Menurut The New Glorier Webster International Dictionary of The English Language.

Kliring adalah the act exchanging draft and each other and settling the differences yang dapat diartikan sebagai kegiatan tukar menukar warkat dari bank satu dengan bank lainnya dan menetapkan perbedaan–perbedaannya.

Pengertian Kliring Menurut Peraturan Bank Indonesia

Menurut Peraturan Bank Indonesia No.1/3/PBI/1999 tanggal 13 Agustus 1999. Kliring adalah pertukaran warkat atau data keuangan elektronik antarbank (DKE), baik atas nama bank maupun nasabah yang hasil perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu.

Menurut Peraturan Bank Indonesia No.7/18/PBI/2005 tanggal 22 Juli 2005. Kliring adalah  pertukaran warkat atau data keuangan elektronik – DKE antar bank baik atas nama bank maupun nasabah yang hasil perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu”.

Menurut Peraturan bank Indonesia Nomor 12/5/PBI/2010. Kliring adalah pertukaran Data Keuangan Elektronik (DKE) dan/atau warkat antar peserta kliring baik atas nama peserta maupun atas nama nasabah yang perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu.

Dengan mengacu pada beberapa pengertian kliring seperti dijelaskan di atas, maka pengertian kliring dapat dirangkum menjadi seperti ini:

Kliring adalah jasa penyelesaian hutang piutang antar bank dengan cara saling menyerahkan warkat–warkat yang akan dikliringkan di lembaga kliring. Penyelesaian hutang pihutang yang dimaksud adalah penagihan cek atau bilyet giro melalui bank dengan menggunakan warkat (surat perintah pembayaran/penagihan).

Kliring adalah proses perhitungan, pelunasan, dan pertukaran warkat–warkat kliring antar bank anggota yang dikoordinasi Bank Indonesia.

Tujuan Dan Manfaat Kliring Clearing Antar Bank

Adapun beberapa tujuan utama dilakukannya kliring diantaranya adalah :

a). Mendorong dan memperlancar lalu lintas pembayaran giral antar bank.

b). Memperudah perhitungan penyelesaian hutang pihutang antar bank

c). Menjaga transaksi lalu lintas pembayaran lebih aman dan efisien.

d). Memberikan pelayanan kepada nasabah bank dengan keamanan dan biaya yang dikeluarkan lebih hemat.

e). Mempermudah penarikan bagi nasabah dan penyelesaian inkaso atau transfer bagi bank peserta kliring

Adapun manfaat yang diperoleh dengan diterapkannya kliring adalah sebagai berikut :

a). Efisiensi biaya operasional bank dalam pencetakan dan proses administrasi

b). Semakin luasnya jangkauan layanan bank kepada nasabah

Jenis Warkat / Nota Kliring Antar Bank

Warkat kliring adalah dokumen, surat berharga dan surat dagang yang diperhitungkan dan diselesaikan di lembaga kliring. Warkat kliring merupakan alat lalu lintas pembayaran giral yang diperhitungkan dalam kliring.

Warkat warkat yang dapat dikliringkan atau diselesaikan di Lembaga kliring adalah warkat yang berasal dari dalam kota seperti cek, bilyet giro BG, wesel bank, surat bukti penerimaan transfer dari luar kota dan Lalu Lintas Giral LLG.

a). Warkat Kliring – CekCheque Bank

Cek adalah salah satu sarana yang digunakan untuk menarik atau mengambil uang di rekening giro.

Pengertian cek adalah surat perintah tanpa syarat dari nasabah kepada bank yang penyimpan rekening giro nasabah tersebut, untuk membayar sejumlah uang kepada pihak yang disebutkan di dalam cek atau kepada pemegang atau pembawa cek tersebut

b). Warkat Kliring – Bilyet Giro (BG)

Bilyet Giro adalah surat perintah dari nasabah kepada Bank penyimpan dana untuk memindahbukukan sejumlah dana dari rekening yang bersangkutan kepada rekening pemegang yang disebutkan Namanya, baik pada bank yang sama maupun pada bank yang lainnya.

c). Warkat Kliring – Wesel Bank

Wesel adalah surat perintah tanpa syarat untuk membayar sejumlah uang tertentu kepada seseorang yang disebut namanya atau kepada orang yang ditunjuknya pada tanggal tertentu sebagaimana disebutkan dalam surat wesel tersebut.

d). Warkat Kliring – Surat Bukti Penerimaan dari Luar Kota

Surat bukti penerimaan transfer dari luar kota adalah  surat bukti yang menunjukkan perimaan transfer dari luar kota yang dapat ditagihkan kepada bank penerima dana transfer melalui kliring local.

e). Warkat Kliring – Lalu Lintas Giral (LLG) / Nota Kredit

LLG Nota Kredit adalah warkat atau sarana yang digunakan untuk mengirimkan dana dari suatu bank kepada bank lain dalam suatu wilayah kliring yang sama.

f). Warkat Kliring – Nota Debet

Nota Debet adalah warkat atau sarana yang digunakan oleh bank untuk menagih dana kepada bank lain atas permintaan nasabah atau bank itu sendiri. Nota debet harus dikonfirmasi dahulu ke bank yang menerima tagihan.

Syarat Warkat Kliring

Adapun syarat – syarat warkat yang dapat dikliringkan adalah :

  • Dinyatakan dalam mata uang rupiah.
  • Telah dapat ditagih pada saat dikliringkan.
  • Telah jatuh tempo pada saat dikliringkan.
  • Telah dibubuhi cap atau stempel kliring.

Jenis Warkat Kliring

Warkat Kliring terdiri dari dua jenis, yaitu:

a). Warkat Debet Kliring

Warkat debet adalah warkat – warkat penagihan piutang uang giral (cek, bilyet giro, wesel, draft L/C, Promes nota, dan lain – lain yang disetorkan nasabah kepada bank peserta kliring untuk ditagihkan kepada bank yang menerbitkannya.

Warkat debit kliring dibedakan menjadi 2 macam yaitu warkat debet masuk dan warkat debet keluar:

  • Warkat Debet Masuk (Incoming Clearing )

Wakat debet masuk adalah warkat uang giral dari bank bersangkutan yang diterima bank lain.

  • Warkat Debet Keluar (Outgoing Clearing )

Warkat debet keluar adalah warkat uang giral dari bank lainnya yang disetorkan pada bank untuk ditagih kepada bank penerbitnya.

b). Warkat Kredit Kliring

Warkat kredit yaitu warkat perintah pembayaran yang diberikan nasabahnya untuk membayar kewajibannya melalui kliring. Warkat kredit dibagi kedalam 2 macam yaitu warkat kredit masuk dan warkat krdit keluar.

  • Warkat Kredit Masuk (Incoming Clearing)

Warkat kredit masuk adalah warkat kredit yang diterima dari bank lain.

  • Warkat Kredit Keluar (Outgoing Clearing)

Warkat kredit keluar adalah warkat kredit yang diterima bank untuk dibayar kepada bank lain melalui kliring.

Jenis Jenis Sistem Kliring

Pelaksanaan dari kegiatan kliring dilakukan dengan menggunakan lima macam sistem kliring yaitu system manual, system semi otomatis, system otomatis, system elektronik, dan system kliring nasional Bank Indonesia.

a). Kliring Sistem Manual

Kliring sistem manual merupakan system penyelenggaraan kliring local yang perhitungan, pembuatan Bilyet Saldo Kliring serta pemilahan warkat dilakukan secara manual oleh setiap peserta kliring.

Kliring manual dilakukan dengan menghadirkan petugas kliring di suatu tempat yang disediakan oleh penyelenggara kliring dan melakukan pertukaran warkat-warkat kliring secara manual.

Kliring system manual dilakukan oleh non-BI yang lokasi wilayahnya jauh dari BI dengan jumlah bank peserta dan jumlah warkatnya sedikit.

b). Kliring Sistem Semi Otomasi

Kliring sistem semi otomatisasi merupakan system penyelenggaraan kliring local yang perhitungan dan pembuatan Bilyet Saldo Kliring dilakukan secara otomasi, sedangkan pemilahan warkat dilakukan secara manual oleh peserta kliring.

Perhitungan kliring pada proses Sistem Semi Otomasi mengacu pada DKE yang dibuat oleh peserta kliring sesuai dengan warkat yang dikliringkannya.

Kliring system semi otomasi umumnya dilakukan oleh BI dengan jumlah bank peserta dan jumlah warkat sedikit melalui system kliring Semi Otomasi Kliring Lokal (SOKL).

Informasi catatan kliring diberikan oleh bank dalam format softcopy (CD, Flash disk, dsb) ke penyelenggara kliring yaitu BI atau bank pemerintah yang ditunjuk.

c). Kliring Sistem Otomasi

Kliring sistem otomasi adalah system pelaksanaan kegiatan kliring lokal yang pelaksanaan perhitungan, pembuatan Bilyet Saldo Kliring dan pemilahan warkat dilakukan oleh penyelenggara secara otomasi.

Perhitungan kliring didasarkan pada warkat yang dibuat oleh peserta kliring sesuai dengan warkat yang dikliringkan oleh peserta kliring. Semua proses perhitungan, rekapitulasi, dan pembuatan laporan kliring dilakukan secara otomasi.

Sistem otomasi kliring dimulai dari penerimaan warkat kliring dari semua peserta kliring oleh KBI penyelenggara kliring sebagai input untuk mesin reader/sorter.

d). Kliring Sistem Elektronik

Kliring yang dilakukan oleh BI dengan jumlah bank peserta dan jumlah warkat sangat banyak dilakukan dengan system kliring elektronik.

Perhitungan, rekapitulasi, dan pembuatan laporan kliring (Bilyet Saldo Kliring) dilakukan secara elektronik melalui terminal elektronik di bank peserta kliring, sehingga tidak perlu datang ke tempat kliring untuk menyampaikan warkat kliring.

Untuk pertukaran warkat dan rekonsiliasi dilakukan secara otomasi melalui computer pusat kliring elektronik.

Dengan system ini, proses kliring dapat diselesaikan dengan lebih cepat, akurat, dan aman, serta mengurangi resiko tidak terprosesnya warkat kliring.  Perangkat yang digunakan dalam kliring elektronik adalah MICR Reader Sorter dan MICR Encoder.

Dalam pemrosesan data secara elektronik, mesin akan membaca Magnetic Ink Character Renognition atau MICR pada tiap lembar cek nasabah.

e). Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia, yang selanjutnya disebut SKNBI adalah sistem kliring Bank Indonesia yang meliputi kliring debet dan kliring kredit yang penyelesaian akhirnya dilakukan secara nasional.

Peserta Kliring

Kegiatan kliring melibatkan berbagai anggota dan peserta yang berupa bank. Adapun peserta dalam kliring dibedakan menjadi tiga macam yaitu :

a). Peserta Langsung Aktif (PLA)

Peserta Langsung Aktif (PLA) adalah bank- bank yang sudah tercatat sebagai peserta kliring dan dapat memperhitungkan warkat atau notanya secara langsung dengan Bank Indonesia selaku lembaga kliring atau dapat juga dengan PT. Trans Warkat yang berperan sebagai  perantara yang ditugasi oleh Bank Indonesia.

Peserta langsung aktif memiliki wewenang untuk mengirimkan DKE ke Sistem Pusat Komputer Kliring Elektronik (SPKE) dan menyampaikan warkat kepada penyelenggara.

Peserta langsung aktif (PLA) juga menerima hasil perhitungan kliring dan warkatnya dari penyelenggara dengan menggunakan identas peserta dan PLA wajib menyediakan sarana Terminal Peserta Kliring (TPK).

b). Peserta Langsung Pasif (PLP)

Peserta langsung pasif mempunyai wewenang mengirimkan DKE ke SPKE dan menyampaikan warkat kepada penyelenggara melalui dan menggunakan identitas PLA. Peserta langsung pasif tidak dapat menerima hasil perhitungan kliring dan warkat dari penyelenggara menggunakan identitasnya.

c). Peserta Tidak Langsung (PTL)

Peserta tidak langsung adalah peserta kliring yang mempunyai wewenang mengirimkan DKE ke SPKE dan menyampaikan warkat kepada penyelenggara melalui dan menggunakan identitas PLA.

Bank Indonesia sebagai lembaga kliring mempunyai kepentingan dan tugas untuk meningkatkan kelancaran sistem pembayaran. Salah satu cara untuk mencapai tujuan tersebut adalah memberikan berbagai fasilitas kepada para peserta kliring yang secara umum meliputi penyediaan akses informasi dan saran untuk dapat mengikuti proses kliring secara aman, lancar, efisien, dan handal.

Fasilitas Yang Diterima Peserta Kliring

Adapun fasilitas–fasilitas yang diterima oleh peserta kliring adalah :

a). Informasi Hasil Kliring

Informasi hasil kliring merupakan informasi untuk mengetahui posisi perhitungan kliring masing–masing peserta dan selanjutnyadapat digunakan sebagai dasar dalam melakukan manajemen kas (cash management) perbankan atau dalam rangka transaksi pasar uang.

b). Laporan Hasil Proses Kliring

Penyelenggara menerbitkan berbagai laporan hasil proses kliring yang diperlukan oleh peserta untuk mengetahui perhitungan hasil kliring maupun rincian warkat yang dikeluarkan dan diterima.

c). Rekaman Data Warkat Yang Diterima

Peserta kliring yang telah melakukan otomasi pada sistem akuntasinya akan mendapatkan informasi data warkat yang diterima dan terekam dalam disket.

d). Salinan Warkat dan Permintaan Ulang atas Laporan Hasil Proses Kliring

Salinan warkat adalah reproduksi dari warkat yang telah diproses dalam kliring dan direkam dalam bentuk image atau microfilm.

e). Investigasi Selisih Kliring

Investigasi selisih adalah fasilitas untuk melakukan penelitian terhadap ketidaksesuaian antara laporan hasil proses kliring dengan warkat yang diterima dan atau antara laporan hasil proses kliring dengan warkat yang diserahkan.

f). Pengujian Kualitas MICR Code Line

Peserta dapat meminta kepada penyelenggara kliring elektronik untuk menguji kualitas MICR code line apabila tingkat penolakan warkatnya dinilai tinggi menurut pandangan peserta kliring elektronik.

Penyelenggaraan / Pelaksanaan Kliring

Penyelenggaraan kliring terdiri dari 2 (dua) sub sistem, yaitu kliring debet dan kliring kredit

1). Kliring Debet

a). Meliputi kegiatan kliring penyerahan dan kliring pengembalian, digunakan untuk transfer debet antar Bank yang disertai dengan penyampaian fisik warkat debet (cek, bilyet giro, nota debet dan lain-lain).

b). Penyelenggaan kliring debet dilakukan secara lokal di setiap wilayah kliring oleh PKL (Penyelenggara Kliring Lokal).

c). PKL akan melakukan perhitungan kliring debet berdasarkan DKE (data keuangan elektonik) debet yang dikirim oleh peserta.

  1. d) . Hasil perhitungan kliring debet secara lokal tersebut selanjutnya dikirim ke Sistem Sentral Kliring (SSK) untuk diperhitungkan secara nasional oleh PKN (Penyelenggara Kliring Nasional.

2). Kliring Kredit

a). Digunakan untuk transfer kredit antar bank tanpa disertai penyampaian fisik warkat (paperless).

b). Penyelenggaraan kliring kredit dilakukan secara nasional oleh PKN.

c). Perhitungan kliring kredit dilakukan oleh PKN atas dasar DKE kredit yang dikirim peserta.

Contoh Mekanisme Transaksi Kliring

Setiap melaksanakan kegiatan kliring terdapat tahap transaksi kliring yaitu pelimpahan dana dari nasabah atau bank satu ke nasabah bank lainnya dan penagihan oleh bank satu terhadap bank lainnya.

Mekanisme kliring yang terbentuk dari transaksi jual beli dapat dilihat pada gambar beikut:

Contoh Mekanisme Transaksi Kliring
Contoh Mekanisme Transaksi Kliring

a). Tuan Ardra dan Tuan Razen melakukan transaksi jual beli. Tuan Razen menyerahkan barang beserta faktur penjualannya.

b). Tuan Ardra membayar dengan menyerahkan warkat berupa cek atau bilyet giro yang diterbitkan Bank ABC.

c). Tuan Razen sebagai nasabah giro bank XYZ menyerahkan warkat kepada Bank XYZ untuk dikliringkan.

d). Bank XYZ menyerahkan warkat untuk dikliringkan/ ditagihkan ke lembaga kliring (kliring keluar bagi Bank XYZ).

e). Lembaga kliring menyerahkan warkat yang diterima untuk ditagihkan ke Bank ABC (kliring masuk bagi Bank ABC).

f). Bank ABC memeriksa saldo Tuan Ardra.

g). Bank ABC mendebet rekening giro Tuan Ardra sejumlah nominal yang tercantum dalam warkat.

h). Setelah proses pengecekan dan warkat dinyatakan sah, maka diinformasikan kepada lembaga kliring untuk mendebet rekening Giro Bank ABC di Bank Indonesia.

i). Lembaga kliring menginformasikan kepada Bank XYZ bahwa kliring berhasil ditagihkan (kliring efektif). Kemudian lembaga kliring mengkredit rekening Giro Bank XYZ di Bank Indoneisa.

j). Karena kliring efektif maka Bank XYZ mengkredit saldo rekening giro Tuan Razen.

Dokumen Kliring

Dokumen kliring merupakan dokumen kontrol dan berfungsi sebagai alat bantu dalam proses perhitungan kliring yang terdiri dari

a). Bukti penyerahan warkat debet kliring penyerahan (BPWD).

b). Bukti penyerahan warkat kredit penyerahan (BPWK).

c). Kartu batch warkat untuk kliring debet dan kliring kredit.

  1. d) Lembar Subsitusi.

e). Bukti penyerahan rekaman warkat kliring pengembalian (BPRWKP).

Dokumen kliring dalam kliring elektronik, wajib memiliki Magnetic Ink Character Recognition (MICR) code line.

Dokumen kliring harus memenuhi spesifikasi teknis yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, seperti ukuran dan kualitas dan rancang bangun, serta harus terlebih dahulu mendapat persetujuan dari Bank Indonesia.

Setiap percetakan dokumen kliring untuk pertama kali dan atau perubahannya oleh peserta wajib memperoleh persetujuan secara tertulis dari Bank Indonesia.

Tolakan Kliring

Beberapa alasan penolakan kliring pada saat penerimaan warkat-warkat kliring dalam kliring masuk diantaranya adalajh

a). Asal cek atau Bilyet Giro (BG) salah.

b). Tanggal cek atau Bilyet Giro (BG) belum jatuh tempo.

c). Materai tidak ada atau tidak cukup sesuai dengan peraturan yang berlaku.

d). Jumlah yang tertulis di angka dan huruf berbeda.

e). Tanda tangan dan atau cap perusahaan tidak sama dengan spicemen (Contoh tanda tangan) atau tidak lengkap.

f). Coretan atau perubahan tidak ditandatangani.

g). Cek atau Bilyet Giro (BG) sudah kadaluwarsa.

h). Resi belum kembali.

i). Endorsment cek tidak benar.

j). Rekening sudah ditutup.

k). Dibatalkan penarik.

l). Rekening diblokir oleh berwajib

m). Kondisi cek atau Bilyet Giro (BG) tidak sempurna

Jadwal Kliring

Penyelenggaraan kliring di masing-masing wilayah kliring dilaksanakan sesuai dengan dengan jadwal kliring yang berlaku di wilayah tersebut.

Jadwal kliring ditetapkan oleh masing-masing penyelenggara dengan menbacu pada ketentuan Bank Indonesia.

Jadwal kliring ditetapkan dengan memperhatikan kepentingan masyarakat pengguna uang giral, kondisi berbankan, kuantitas warkat yang akan dikliringkan dalam satu hari, kebijakan waktu penyelesaian akhir (same day settlement or next day settlement) dan kemampuan teknis penyelenggara dalam memproses warkat kliringsesuai dengan sistem kliring yang digunakan.

Dalam rangka memberikan keleluasaan kepada pelaku ekonomi di seluruh Indonesia yang terdiri dari 3 (tiga) zona waktu untuk dapat melakukan transfer kredit dengan lancar, maka kliring kredit dilaksanakan dalam 2 (dua) siklus kliring.

Pengiriman DKE kredit pada siklus pertama dilakukan mulai pukul 08.15 s.d. 11.30 WIB sedangkan pengiriman DKE kredit pada siklus kedua dilakukan mulai pukul 12.45 WIB s.d. 15.30 WIB.

Untuk kliring debet pengiriman DKE debet ditetapkan oleh masing-masing PKL dengan batas maksimal pengiriman hasil perhitungan kliring lokal ke SSK pada pukul 15.30 WIB

Biaya Kliring

Dalam penyelenggaraan SKNBI, Bank Indonesia mengenakan biaya proses kepada peserta yang besarnya adalah sebagai berikut :

1). Kliring Debet

a). Biaya proses kliring debet untuk wilayah kliring yang pemilahan warkat debetnya dilakukan secara otomasi sebesar Rp1.500,00 (seribu lima ratus rupiah) per transaksi dengan rincian Rp1.000,00 (seribu rupiah) untuk proses DKE debet dan Rp500,00 (lima ratus rupiah) untuk proses warkat debet.

b). Biaya proses kliring debet untuk wilayah kliring yang pemilahan warkat debetnya dilakukan secara manual sebesar Rp1.000,00 per transaksi yang merupakan biaya proses DKE Debet.

2). Kliring Kredit

Biaya proses kliring kredit sebesar Rp1.000,00 (seribu rupiah) per transaksi.

Istilah Penting Dalam Kliring,

Istilah-istilah yang digunakan dalam kliring antara lain:

a). Kliring

Kliring adalah pertukaran warkat atau Data Keuangan Elektronik (DKE) antar peserta kliring baik atas nama peserta maupun atas nama nasabah peserta yang perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu.

b). Data Keuangan Elektronik – DKE

Data Keuangan Elektronik (DKE) adalah data transfer dana dalam format elektronik yang digunakan sebagai dasar perhitungan dalam SKNBI.

c). Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia – SKNBI

Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia, yang selanjutnya disebut SKNBI adalah system kliring Bank Indonesia yang meliputi kliring debet dan kliring kredit yang penyelesaian akhirnya dilakukan secara nasional.

d). Wilayah Kliring

Wilayah kliring adalah suatu lingkungan tertentu yang memungkinkan kantor, kantor bank memperhitungkan warkat- warkatnya dalam jadwal kliring yang telah di tetapkan oleh Bank Indonesia

e). Lalu Lintas Pembayaran Giral

Lalu lintas pembayaran giral adalah kegiatan bayar membayar dengan warkat bank yang di perhitungkan atas beban dan untuk keuntungan rekening nasabah yang bersangkutan.

f). Kliring Pengembalian – Tolakan Kliring

Kliring pengembalian (tolakan kliring) adalah warkat kliring yang di kembalikan oleh bank tertarik karena dana tidak cukup atau disebabkan oleh hal-hal lain yang menyebabkan warkat tersebut tidak dapat di bayarkan kepada bank penarik.

g). Menang Kliring

Menang kliring adalah apabila dalam satu hari transaksi kliring, satu bank peserta kliring menerima dana lebih besar dari pada pengeluaran dana

h). Kalah Kliring

Kalah kliring adalah apabila dalam satu hari transaksi kliring menerima dana lebih kecil dari pada pengeluaran dana

 j). Cross Clearing

Cross Clearing adalah fasilitas kredit yang diberikan kepada nasabah dalam bentuk pembelian cek/bilyetgiro bank lain yang disetorkan oleh nasabah dengan maksimum sebesar nilai cek/bilyet giro setoran tersebut.

Hal ini terjadi karena warkat kliring yang disetorkan dananya masih belum efektif namun nasabah sudah melakukan penarikan atas dana tersebut sehingga timbul resiko overdraft (cerukan) atas rekening nasabah tersebut

k). Kliring Debet

Kliring debet adalah kegiatan dalam SKNBI untuk transfer debet.

l). Kliring Debet Pengembalian

Kliring debut pengembalian adalah kegiatan dalam SKNBI untuk menolak atau mnegembalikan transfer debet yang telah dilakukan melalui Kliring Debet

m). Kliring Kredit

Kliring kredit adalah kegiatan dalam SKNBI untuk transfer kredit.

n). Bank Peserta Kliring

Bank peserta kliring adalah kantor Bank yang terdaftar untuk mengikuti kegiatan SKNBI.

Daftar Pustaka

  1. Ismail, 2010, “Manajemen Perbankan – Dari Teori Menuju Aplikasi” Edisi Pertama, Catakan 5, Prenadamedia Group, Jakarta
  2. Kasmir, 2000, “Manajemen Perbankan”, Edisi Revisi, Cetakan 13, PT Rajagrafindo Persada, Jakarta.
  3. Darmawi, Herman, 2011, “Manajemen Perbankan”, Cetakan 4, PT Bumi Aksara, Jakarta.
  4. Suhardjono, M.K., 2012, “Manajemen Perbankan – Teori dan Aplikasi”, Edisi Kedua, Cetakan 2, BPFE, Yogyakata.
  5. Taswan, 2010, “Manajemen Perbankan – Konsep Teknik dan Aplikasi”, Edisi Kedua, UPP STIM YKPN Yogyakarta.
  6. Kasmir, 2012, “Dasar Dasar Perbankan”, Edisi Revisi, Rajawali Pers, Jakarta.
  7. Djumhana, Muhamad, 2006, “Hukum Perbankan di Indonesia”, Cetakan Kelima, PT Citra Aditya Bakti,
  8. Kasmir, 2015, “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”, Edisi Revisi, Rajawali Pers, Jakarta.
  9. Mangani, Silvanita, Ktut, 2009, “Bank dan Lembaga Keuangan Lain”, Penerbit Erlangga, Jakarta.
  10. Mishkin, S., Frederic, 2008’ “Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Uang”, Edisi Kedelapan, Salemba Empat, Jakarta.
  11. Joesoef, Jose Rizal, 2008, “Pasar Uang dan Pasar Valuta Asing”, Salemba Empat, Jakarta.
  12. Djamil, Fathurrakman, 2012, “Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di Lembaga Keuangan Syariah”, Cetakan Pertama, Sinae Grafika, Jakarta.
  13. Fuady, Munir, 2004, “Hukum Perbankan Modern”, Buku Kedua, Citra Aditya Bakti, Bandung.
  14. Machmud, A. Rukmana, H., 2010, “Bank Syariah, Teori, Kebijakan, dan Studi Empiris di Indonesia”, Penerbit Erlangga, Jakarta.
  15. Mekanisme Kliring: Pengertian Tujuan Fungsi Jenis Syarat Sistem Lembaga Kliring Dokumen Warkat Nota Kliring Cek Bilyet Giro Wesel Jadwal Biaya Kliring, Peserta Kliring Peserta Langsung Aktif (PLA) Peserta Langsung Pasif (PLP) Peserta Tidak Langsung (PTL),
  16. Fasilitas Yang Diterima Peserta Kliring Informasi Hasil Kliring Laporan Hasil Proses Kliring Rekaman Data Warkat Yang Diterima Salinan Warkat dan Permintaan Ulang atas Laporan Hasil Proses Kliring Investigasi Selisih Pengujian Kualitas MICR Code Line,
  17. Jenis Jenis Sistem Kliring: Kliring Sistem Manual Kliring Sistem Semi Otomasi Kliring Sistem Otomasi Kliring Sistem Elektronik Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia, Warkat / Nota Kliring Cek Bilyet Giro Wesel Bank Surat Bukti Penerimaan dari Luar Kota Lalu Lintas Giral (LLG) / Nota Kredit Nota Debet,

Perhitungan Ratio Rentabilitas Bank: GPM – NPM – ROE – ROA – BOPO – Interest Margin on Earning Assets – Assets Utilization – Rate Return on Loans – Interest Margin on Loans

Pengertian Rentabilitas Bank: Rentabilitas merupakan ukuran kemampuan suatu bank dalam memperoleh laba dibandingkan dengan modal yang digunakan seperti aktiva. Dengan kata lain rentabilitas merupakan kemampuan suatu bank untuk menghasilkan laba selama periode tertentu

Pengertian Rasio Keuangan Bank

Pada dasarnya rasio keuangan merupakan indeks yang menghubungkan antara dua angka akuntansi atau lebih yang diperoleh dengan cara membagi satu atau lebih angka dengan angka lainnya. Nilai atau indek dari rasio keuangan digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja perusahaan.

Pengertian Rasio Rentabilitas – Profitabilitas Bank

Rasio rentabilitas atau profitabilitas usaha adalah rasio yang menunjukkan kemampuan tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh suatu bank.

Rasio rentabilitas bank merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan laba selama periode waktu tertentu.

Tujuan Perhitungan Rasio Rentabilitas Bank

Adapun tujuan menghitung tingkat rentabilitas atau profitabilitas adalah

a). Mengetahui kemampuan bank dalam menghasilkan laba atau keuntungan selama kurun waktu tertentu.

b). Memberikan suatu gambaran tentang tingkat efektifitas manajemen dalam melaksanakan kegiatan operasinya.

Rasio keuangan bank yang sering digunakan untuk menghitung rentabilitas bank adalah sebagai berikut:

1). Gross Profit Margin – GPM – Bank

Gross Profit Margin digunakan untuk mengetahui presentase laba dari kegiatan usaha murni bank yang bersangkutan setelah dikurangi biaya operasi (operating expense).

Rumus Gross Profit Margin – GPM – Bank

Nilai gross profit margin dapat dinyatakan dengan menggunakan rumus dari persamaan berikut;

GPM = (OI – OE)/(OI) x 100%

GPM = Gross Profit Margin

OI = Operating Income

OE = Operating Expense

Gross Profit Margin (GPM) adalah rasio yang menunjukkan perbandingan antara pendapatan operasional dikurangi biaya operasional dengan pendapatan operasional.

Nilai Standar Gross Profit  Margin – Bank

GPM: > 1,22% = sangat baik

GPM: 0,99 – 1,21 % = baik

GPM: 0,77 – 0,98% = kurang baik

GPM: < 0,76% = tidak baik

Contoh Soal Perhitungan Rasio Rentabilitas – Profitabilitas Bank

Data data keuangan yang dipergunakan dalam perhitungan rasio likuiditas suatu bank adalah laporan keuangan neraca. Berikut contoh laporan laba rugi bank yang sudah disederhanakan untuk Latihan perhitungan rasio rentabilitas suatu bank.

Contoh Soal Perhitungan Rasio Rentabilitas – Profitabilitas Bank
Contoh Soal Perhitungan Rasio Rentabilitas – Profitabilitas Bank

1). Contoh Soal Perhitungan Gross Profit Margin – Bank

Dengan Menggunakan data dari contoh laporan keuangan Laba rugi bank di atas hitunglah gross profit margin bank tersebut.

Menentukan Data Gross Profit Margin – GPM – Bank

Data data keuangan bank yang dipergunakan dalam perhitungan gross profit margin adalah data yang termasuk komponen operating income dan operating expense.

Data keuangan yang termasuk  dalam komponen operating income adalah jumlah pendapatan bunga dan pendapatan operasional lainnya.

Sedangkan data keuangan yang termasuk dalam komponen operating expense adalah beban bunga dan beban operasional.

Data data keuangan dari contoh laporan laba rugi bank yang dibutuhkan untuk perhitungan gross profit margin ditunjukkan dalam table seperti berikut:

1). Contoh Soal Perhitungan Gross Profit Margin - Bank
Contoh Soal Perhitungan Gross Profit Margin – Bank

Menghitung Gross Profit Margin – GPM – Bank

Besarny nilai gross profit margin suatu bank dapat dinyatakan dengan persamaan berikut

GPM = (OI – OE)/(OI) x 100%

GPM = Gross Profit Margin

OI = Operating Income

OI = 825

OE = Operating Expense

OE = 625

GPM = (825 – 628)/(825) x 100%

GPM = 23,89 %

GPM 23,89 persen artinya bank mampu mendapatkan laba kotor sebesar 23,89 persen dari pendapatan operasionalnya.

Setiap 100 rupiah dari pendapatan operasional bank akan diperoleh laba kotor sebasar 23,89 rupiah. Atau setiap 100 rupiah dari pendapatan operasional bank digunakan untuk biaya (beban) operasional sebesar 76,11 rupiah.

2). Net Profit Margin – NPM – Bank

Net profit margin merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan bank dalam menghasil net income dari kegiatan operasi pokoknya.

Rumus Net Profit Margin – NPM – Bank

NPM = (NI)/(OI) x 100%

NPM = Net Profit Income

NI = Net Income

OI = Operating Income

NPM (Net Profit Margin) merupakan perbandingan antara laba bersih dan pendapatan operasional. Rasio ini menunjukkan berapa besar persentase laba bersih yang bisa diperoleh bank dari setiap pendapatan operasionalnya.

2). Contoh Soal Perhitungan Net Profit  Margin – Bank

Dari data data keuangan dalam contoh laporan keuangan laba rugi di atas hitunglah net profit margin bank tersebut

Menentukan Data Net Profit Margin – Bank

Data data keuangan bank yang dipergunakan dalam perhitungan net profit margin adalah data yang termasuk komponen operating income dan net income

Data keuangan yang termasuk  dalam komponen operating income adalah jumlah pendapatan bunga dan pendapatan operasional lainnya. Sedangkan data keuangan yang termasuk dalam komponen net income adalah laba bersih tahun berjalan.

Data data keuangan dari contoh laporan laba rugi bank yang dibutuhkan untuk perhitungan net profit margin ditunjukkan dalam table seperti berikut:

2). Contoh Soal Perhitungan Net Profit Margin – Bank
Contoh Soal Perhitungan Net Profit Margin – Bank

Menghitung Net Profit Margin – NPM – Bank

Net profit margin dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:

NPM = (NI)/(OI) x 100%

NPM = Net Profit Income

NI = Net Income = 144

OI = Operating Income = 825

NPM = (144)/(825) x 100%

NPM = 17,45 %

Nilai NPM 17,45 persen artinya manajemen bank mampu mendapatkan laba bersih – net income sebesar 17,45 persen dari pendapatan operasionalnya.

Dari 100 rupiah pendapatan operasional bank akan diperoleh 17,45 rupiah laba bersih (net income). Atau dari 100 rupiah operating income bank digunakan untuk membiayai beban usaha bank sebesar 82,54 rupiah.

3). Return on Equity Capital – ROE – Bank

Return on equity capital merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan bank dalam mengelola modal yang ada untuk mendapatkan laba bersih (net income).

Rumus Return on Equity Capital – ROE – Bank

Besarnya return on equity capital suatu bank dapat dirumuskan dengan menggunakan persamaan berikut

ROE = (NI)/(EC) x 100%

ROE = Return on equity capital

NI = Net income

EC = Equity capital

Return on equity capital ROE merupakan perbandigan antara laba bersih yang diperoleh bank dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan kemampuan bank dalam memperoleh laba bersih dari pengelolaan equity capital yang dimilikinya.

Semakin tinggi nilai ROE maka, semakin baik kemampuan manajemen bank dalam mengelola modal untuk mendapatkan laba bersih.

Nilai Standar Return on Equity – ROE – Bank

ROE: > 1,215% = sangat baik

ROE: 0,999 – 1,215 % = baik

ROE: 0,765 – 0,999% = kurang baik

ROE: < 0,765% = tidak baik

3). Contoh Soal Perhitungan Return on Equity Capital – ROE – Bank

Dengan menggunakan data data keuangan yang terdapat dalam contoh laporan keuangan laba rugi bank di atas, hitunglah ROE bank tersebut

Menentukan Data Keuangan Return on Equity Capital – ROE – Bank

Adapun data data keuangan bank yang dipergunakan dalam perhitungan Return on Equity Capital – ROE adalah data yang termasuk komponen net income dan equity capital.

Data keuangan yang termasuk  dalam komponen net income  adalah laba rugi tahun berjalan.

Sedangkan data keuangan equity capital terdapat dalam Contoh Laporan Neraca Bank 

“Contoh Laporan Necara – Perhitungan Rasio Likuiditas dan Solvabilitas”

Data keuangan yang termasuk dalam komponen equity capital adalah modal disetor, dana setoran modal, cadangan umum, cadangan lainnya, sisa laba tahun lalu, laba tahun berjalan.

Data data keuangan dari contoh laporan laba rugi dan neraca bank yang dibutuhkan untuk perhitungan Return on Equity Capital – ROE ditunjukkan dalam table seperti berikut:

3). Contoh Soal Perhitungan Return on Equity Capital – ROE – Bank
Contoh Soal Perhitungan Return on Equity Capital – ROE – Bank

Menghitung Return on Equity Capital – ROE – Bank

Nilai return on equity capital – ROE suatu bank dapat dinyatakan dengan menggunakan rumus berikut:

ROE = (NI)/(EC) x 100%

ROE = Return on equity capital

NI = Net income = 144

EC = Equity capital = 536,5

ROE = (144)/(536,5) x 100%

ROE = 26,84 %

Bank memiliki Nilai ROE  26,84 persen. Artinya bank mampu mendapatkan laba bersih – net income sebesar 26,84 persen dari pendapatan operasionalnya.

Dari 100 rupiah pendapatan operasional bank akan diperoleh 26,84 rupiah laba bersih (net income). Sedangkan sisanya yaitu sebesar 73,16 rupiah (Rp 100 – Rp 26,84) digunakan untuk membiayai beban usaha bank.

3). Return on Assets – ROA – Bank

Return On Asset (ROA) merupakan alat yang digunakan untuk mengetahui tingkat efektifitas bank dalam mendapatkan laba atau keuntungan melalui pemanfaatan asset yang dimilikinya. ROA sering juga disebut dengan Net Income Total Assest.

Semakin besar ROA, maka semakin tinggi tingkat keuntungan yang diperoleh bank. Artinya, manajemen bank tersebut mampu menggunakan assetnya dengan baik.

Rumus Return on Assets –  ROA – Bank

Besaran return on assets dapat dirumuskan dengan menggunakan persamaan berikut

ROA = (Net Income)/(Total Assets) x 100%

Dari rumusnya dapat diketahui bahwa, ROA dihitung dengan membagi laba bersih (net income) dengan aset bank secara keseluruhan (total asset), sehingga disebut juga Net Income Total Assets.

Rumus ini berguna bagi manajemen bank, investor, ataupun analis untuk memberi gambaran seberapa mampu manajemen bank mengelola asset bank. Semakin tinggi nilai ROA suatu bank, semakin baik pengelolaan bank terhadap asset-nya.

Nilai Standar Return on Assets – ROA – Bank

ROA: > 1,215% = sangat baik

ROA: 0,999 – 1,215 % = baik

ROA: 0,765 – 0,999% = kurang baik

ROA: < 0,765% = tidak baik

4). Contoh Soal Perhitungan Rumus Return on Assets – ROA – Bank

Dengan menggunakan data data keuangan dalam contoh laporan laba rugi bank di atas dan laporan neraca pada link artikel ini…

“Contoh Laporan Necara – Perhitungan Rasio Likuiditas dan Solvabilitas”

Tentukanlah besar ROA bank tersebut:

Menentukan Data Keuangan Return on Assets – ROA – Bank

Data keuangan yang dibutuhkan untuk dapat menghitung ROA suatu bank adalah data net incame dan total assets.

Data keuangan yang masuk komponen net income adalah laba rugi tahun berjalan, sedangkan komponen total assets seluruh komponen keuangan yang ada dalam aktiva atau asset atau harta pada laporan neraca.

Data data keuangan dari contoh laporan laba rugi dan neraca bank yang dibutuhkan untuk perhitungan Return on Assets – ROA ditunjukkan dalam table seperti berikut:

4. Contoh Soal Perhitungan Rumus Return on Assets – ROA - Bank
4. Contoh Soal Perhitungan Rumus Return on Assets – ROA – Bank

Menghitung Return on Assets – ROA – Bank

Besar return on assets bank dapat dihitung dengan rumus berikut

ROA = (NI)/(TA) x 100%

NI = net income = 144

TA = total assets = 6680

ROA = (144)/(6680) x 100%

ROA = 2,2 %

Jadi bank memiliki nilai ROA = 2,2%. Ini artinya, Bank mampu mendapatkan laba bersih setelah pajak (net income) sebesar 2,2 persen dari pengelolan seluruh aktiva yang dimiliki oleh bank tersebut.

Setiap 100 rupiah dari assets yang digunakan untuk usaha bank akan menghasilkan laba bersih sebesar 2,2 rupiah.

5). Interest Margin on Earning Assets – NIM – Bank

Interest Margin on Earning Assets merupakan rasio yang menenjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya biaya yang dikeluarkan bank.

Rumus Interest Margin on Earning Assets – Bank

Besarnya Interest Margin on Earning Assets suatu bank dapat dihitung dengan menggunakan rumus seperti berikut

IMEA = (II – IE)/(EA) x 100%

IMEA = interest margin on earning assets

II = interest income

IE = interest expense

EA = earning assets

Dari rumusnya dapat diketahui bahwa interest margin on earning assets merupakan rasio yang dihitung dengan membagi pendapatan bunga bersih terhadap aset produktif (aktiva produktif) yang dimiliki bank.

Rasio ini biasa disebut juga “Net Interest Margin” – NIM dengan rumus sebagai berikut

NIM = (Net Interest Income)/(Earning Assets) x 100% atau

NIM = (Pendapatan bunga bersih)/(Aktiva Produktif) x 100%

Nilai yang tinggi dari rasio ini, menunjukkan semakin tingginya kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya biaya (biaya bunga) yang timbul akibat usahannya.

5). Contoh Soal Perhitungan Interest Margin on Earning Assets – Bank

Dengan menggunakan data data keuangan dalam contoh laporan laba rugi bank di atas dan laporan neraca bank pada link artikel ini…

“Contoh Laporan Necara – Perhitungan Rasio Likuiditas dan Solvabilitas”

Tentukanlah nilai Interest Margin on Earning Assets bank tersebut

Menentukan Data Perhitungan Interest Margin on Earning Assets – NIM – Bank

Untuk dapat menghitung besarnya interest margin on earning asset suatu bank diperlukan data keuangan Interest income, interest expense dan earning assets.

Interset income adalah jumlah pendapatan bunga yang terdiri atas penghasilan bunga, baik dalam rupiah maupun valuta asing dan penghasilan dari provisi beserta komisi kredit baik rupiah maupun valuta asing.

Interest expense adalah jumlah beban bunga yang terdiri atas beban bunga, baik dalam rupiah maupun dalam valuta asing serta beban lainnya.

Sedangkan data keuangan earning asset merupakan komponen dari aktiva dalam laporan neraca bank yang terdiri atas surat berharga (efek – efek), deposito, pinjaman yang disalurkan pada masyarakat baik dalam rupiah maupun dalam valuta asing, serta dana dalam penyertaan.

Data data keuangan yang diperlukan untuk menghitung interest margin on earning asset suatu bank ditunjukkan dalam table berikut

5. Contoh Soal Perhitungan Interest Margin on Earning Assets – Bank
5. Contoh Soal Perhitungan Interest Margin on Earning Assets – Bank

Menghitung Interest Margin on Earning Assets Bank

Besarnya nilai Interest Margin on Earning Assets Bank dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut

IMEA = (II – IE)/(EA) x 100%

IMEA = interest margin on earning assets

II = interest income = 336

IE = interest expense =184

EA = earning assets = 4050,5

IMEA = (336 – 184)/(4050,5) x 100%

IMEA = 3,75%

Jadi, bank memiliki nilai Interest Margin on Earning Assets sebesar 3,75%. Hal ini menunjukkan bahwa bank mampu mendapatkan bunga bersih sebesar 3,75 persen dari earning assets atau aset produktif yang dimiliki bank.

Bank akan memperoleh bunga bersih sebesar 3,75 rupiah dari 100 rupiah asset produktif yang dikelolanya.

6). Asset Utilization – Bank

Asset utilization merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam menggunakan asset untuk memperoleh pendapatan baik operating income maupun non operating income.

Rumus Asset Utilization – Bank

Besar rasio rentabilitas yang menunjukkan asset utilization dapat dinyatakan dengan persamaan berikut

Assets Utilization =(OI + NOI)/(TA) x 100%

OI = operating income

NOI = non operating income

TA = total assets

Dari rumusnya dapat diketahui, bahwa rasio ini menunjukkan perbandingan antara pendapatan operasi ditambah pendapatan non operasional terhadap total asset atau total aktiva yang dimiliki bank.

Semakin tinggi nilai Assets utilization suatu bank, semakin baik manajemen dalam menggunakan asset untuk memperoleh pendapatan.

6). Contoh Soal Perhitungan Asset Utilization – Bank

Dengan menggunakan data data keuangan dalam contoh laporan laba rugi bank di atas dan laporan neraca bank pada link artikel ini…

“Contoh Laporan Necara – Perhitungan Rasio Likuiditas dan Solvabilitas”

Tentukanlah nilai Assets utilization bank tersebut

Menentukan Data Keuangan Assets Utilization Bank

Data keuangan yang diperlukan untuk menghitung assets utilization adalah data data yang masuk dalam komponen operating income, non operating income, dan total assets yang ditunjukkan dalam table berikut:

6). Contoh Soal Perhitungan Asset Utilization – Bank
Contoh Soal Perhitungan Asset Utilization – Bank

Menghitung Assets Utilization – Bank

Besarnya assets utilization suatu bank dapat dirumuskan dengan menggunakan persamaan berikut:

Assets Utilization = (OI + NOI)/(TA) x 100%

OI = operating income = 825

NOI = non operating income = 25

TA = total assets = 6680

Assets Utilization = (825 + 25)/(6680) x 100%

Assets Utilization = 12,72%

Dengan nilai asset utilization sebesar 12,72%, maka bank mampu memperoleh pendapatan operasional dan non operasional sebesar 12,72 persen dari total aktiva yang dikelolanya.

Manajemen bank mampu mendapatkan 12,72 rupiah dari setiap 100 rupiah aktiva yang digunakan untuk usahanya.

7). Rate Return on Loans – Bank

Rate return on loan merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola perkreditan dalam rangka memperoleh keuntungan dari bunga.

Rumus Rate Return on Loans – Bank

Rate  Return on loans suatu bank dapat dihitung dengen menggunakan persamaan berikut

RRL = (II)/(TL) x 100%

RRL = Rate Return on Loans

II = Interest Income

TL = Total Loans

Rate return on loans merupakan rasio yang dibentuk dengan membandingkan pendapatan bank dari bunga (interest income) terhadap total dana yang disalurkan melalui kredit (total loans).

Rasio ini menunjukkan kontribusi kredit yang telah dipinjamkan kepada mesyarakat terhadap keuntungan pada bank. Semakin tinggi nilai rate return on loans, semakin besar kontribusi kredit terhadap keuntungan bank.

Besar kecilnya pendapatan bunga yang akan diperoleh bank sangat ditentukan oleh kemampuan manajemen bank dalam mengelola penyaluran kreditnya.

7). Contoh Soal Perhitungan Rate Return on Loans – Bank

Dengan menggunakan data keuangan dalam contoh laporan laba rugi bank di atas dan laporan neraca yang terdapat pada link artikel ini…

“Contoh Laporan Necara – Perhitungan Rasio Likuiditas dan Solvabilitas”

Tentukanlah nilai rate return on loans bank tersebut

Menentukan Data Keuangan Rate Return on Loans Bank

Data keuangan yang diperlukan untuk menghitung rate return on loans adalah data data yang masuk dalam komponen interest income, dan total loan yang ditunjukkan dalam table berikut:

7). Contoh Soal Perhitungan Rate Return on Loans – Bank
Contoh Soal Perhitungan Rate Return on Loans – Bank

Menghitung Rate Return on Loans Bank

Besaran rate return on loans dapat ditentukan dengan rumus berikut

RRL = (II)/(TL) x 100%

RRL = Rate Return on Loans

II = Interest Income = 336

TL = Total Loans = 3580

RRL = (336)/(3580) x 100%

RRL = 9,39%

Nilai rate return on loans bank adalah 9,39%. Hal ini menunjukkan bahwa kontribusi kredit yang disalurkan kepada masyarakat terhadap pendapatan bank dari bunga adalah 9,39 persen.

Manajemen bank memiliki kemampuan untuk mendapatkan 9,39 persen dari pengelolaan perkreditannya. Bank akan memperoleh 9,39 rupiah dari setiap 100 rupiah dana yang disalurkan melalui kredit.

8). Interest Margin on Loans – Bank

Interest margin on loans merupakan rasio yang menunjukkan sebarapa mampu bank mendapatkan keutungan bunga bersih dari pengelolaan perkreditan.

Rumus Interest Margin on Loans – Bank

Besaran interest margin on loans dapat dinyatakan dengan menggunakan rumus berikut

Interest margin on loans = (II – IE)/(TL) x 100%

II = interest income

IE = interest expense

TL = total loans

Berdasarkan pada rumus di atas dapat diketahui bahwa interest margin on loans merupakan rasio yang membandingkan pendapatan bersih terhadap total dana yang dipinjamkan pada masyarakat.

Rasio ini akan memberikan gambaran tentang kontribusi total loans terhadap keuntungan bank yang berupa pendapatan bunga bersih. Semakin tinggi nilai interest margin on loans, semakin tinggi pendapatan bunga bersih yang diperoleh bank tersebut.

8). Contoh Soal Perhitungan Interest Margin on Loans – Bank

Dengan menggunakan data keuangan dalam contoh laporan laba rugi bank di atas dan laporan neraca yang terdapat pada link artikel ini…

“Contoh Laporan Necara – Perhitungan Rasio Likuiditas dan Solvabilitas”

Tentukanlah nilai interest margin on loans bank tersebut

Menentukan Data Keuangan Interest Margin on Loans – Bank

Data yang dibutuhkan untuk menghitung rasio interest margin on loans adalah data yang masuk komponen interest income, interest expense, dan total loans seperti ditunjukkan pada table berikut:

8). Contoh Soal Perhitungan Interest Margin on Loans – Bank
8). Contoh Soal Perhitungan Interest Margin on Loans – Bank

Menghitung Interest Margin on Loans – Bank

Interest margin on loans dapat dihitung dengan menggunakan persamaan seperti berikut

IML = (II – IE)/(TL) x 100%

IML = Interest margin on loans

II = interest income

IE = interest expense

TL = total loans

IML = (336 – 184)/(3580) x 100%

IML = 4,25%

Jadi, nilai interest margin on loans adalah 4,25%, yang berarti total loans memberikan kontribusi terhadap pendapatan bunga bersih bank yaitu sebesar 4,25 persen.

Bank mampu mengambil keuntungan 4,25 rupiah dari setiap 100 rupiah dana yang dikelola melalui perkreditan.

9). Rasio Beban Operasi Pendapatan Operasi – BOPO – Bank

BOPO rasio rentabilitas atau profitabilitas memperlihatkan kemampuan suatu bank dalam mengelola beban operasional untuk memperoleh pendapatan operasionalnya.

Semakin besar nilai BOPO, semakin besar beban operasional yang harus ditanggung oleh pendapatan operasional bank.

Rumus Rasio Beban Operasi Pendapatan Operasi – BOPO – Bank

Besar rasio BOPO suatu bank dapat dinyatakan denga rumus berikut:

BOPO = (OE)/(OI) x 100%

OE = operating expense (beban operasional)

OI = operating income = pendapatan operasional

Dari rumusnya dapat diketahui bahwa BOPO merupakan perbandingan antara operating expense terhadap operating income.

Semakin tinggi nilai BOPO, maka semakin besar biaya operasional yang harus dikeluarkan oleh bank. Nilai BOPO yang tinggi, dapat juga menunjukkan semakin kecilnya pendapatan operasional bank.

9). Contoh Soal Perhitungan Rasio BOPO – Bank

Dengan menggunakan data keuangan dari contoh laporan laba rugi di atas, hitungan nilai BOPO bank tersebut:

Menentukan Data Keuangan Untuk BOPO Bank,

Data yang digunakan untuk perhitungan BOPO bank adalah data keuangan yang terasuk dalam kompoenen operating income dan operating expense.

Operarting income – pendapatan operasional terdiri dari pendapatan Bunga  dan pendapatan operasi lainya. Sedangkan operating expense terdiri dari biaya bunga dan biaya operasi lainnya.

Data yang dibutuhkan untuk perhitungan BOPO ban ditunjukkan dalam table berikut

9) Contoh Soal Menentukan Data Keuangan Untuk BOPO Bank,
9) Contoh Soal Menentukan Data Keuangan Untuk BOPO Bank,

Menghitung Rasio BOPO – Bank

Nilai BOPO suatu bank dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:

BOPO = (OE)/(OI) x 100%

OE = beban operasional = 628

OI = pendapatan operasional = 825

BOPO = (628/825) x 100%

BOPO = 76,12%

Nilai BOPO sebesar 76,12 persen ini menunjukkan bahwa 76,12 persen beban operasional bank dibiayai oleh pendapatan operasionalnya.

Setiap 100 rupiah pendapatan operasional yang diperoleh bank akan digunakan untuk membiayai operasinal bank sebesar 76,12 rupiah.

Daftar Pustaka:

  1. Ismail, 2010, “Manajemen Perbankan – Dari Teori Menuju Aplikasi” Edisi Pertama, Catakan 5, Prenadamedia Group, Jakarta
  2. Kasmir, 2000, “Manajemen Perbankan”, Edisi Revisi, Cetakan 13, PT Rajagrafindo Persada, Jakarta.
  3. Darmawi, Herman, 2011, “Manajemen Perbankan”, Cetakan 4, PT Bumi Aksara, Jakarta.
  4. Suhardjono, M.K., 2012, “Manajemen Perbankan – Teori dan Aplikasi”, Edisi Kedua, Cetakan 2, BPFE, Yogyakata.
  5. Taswan, 2010, “Manajemen Perbankan – Konsep Teknik dan Aplikasi”, Edisi Kedua, UPP STIM YKPN Yogyakarta.
  6. Kasmir, 2012, “Dasar Dasar Perbankan”, Edisi Revisi, Rajawali Pers, Jakarta.
  7. Djumhana, Muhamad, 2006, “Hukum Perbankan di Indonesia”, Cetakan Kelima, PT Citra Aditya Bakti, Bandung.
  8. Kasmir, 2015, “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”, Edisi Revisi, Rajawali Pers, Jakarta.
  9. Mangani, Silvanita, Ktut, 2009, “Bank dan Lembaga Keuangan Lain”, Penerbit Erlangga, Jakarta.
  10. Mishkin, S., Frederic, 2008’ “Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Uang”, Edisi Kedelapan, Salemba Empat, Jakarta.
  11. Joesoef, Jose Rizal, 2008, “Pasar Uang dan Pasar Valuta Asing”, Salemba Empat, Jakarta.
  12. Djamil, Fathurrakman, 2012, “Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di Lembaga Keuangan Syariah”, Cetakan Pertama, Sinae Grafika, Jakarta.
  13. Fuady, Munir, 2004, “Hukum Perbankan Modern”, Buku Kedua, Citra Aditya Bakti, Bandung.
  14. Machmud, A. Rukmana, H., 2010, “Bank Syariah, Teori, Kebijakan, dan Studi Empiris di Indonesia”, Penerbit Erlangga, Jakarta.
  15. Pengertian Contoh Soal Perhitungan Ratio Rentabilitas Bank: GPM – NPM – ROE – ROA – Interest Margin on Earning Assets – Assets Utilization – Rate Return on Loans – Interest Margin on Loans,

Rasio Return On Investment, Equity, ROI, ROE, Analisis Du Pont

Pengertian Dan Istilah Return on Investment. Return on Investment atau biasa disebut ROI, lebih dikenal dengan laba atas investasi. ROI merupakan ukuran atau indeks yang menunjukkan sebarapa besar laba atau keuntungan yang di dapat atas investasi yang telah ditanam pada perusahaan. Dengan kata lain seberapa besar investasi yang telah ditanam dapat dikembalikan menjadi keuntungan atau laba.

Rasio Untuk Menghitung Return on Investment

Return on Assets, ROA, Laba atas Aset

Laba atas Aset merupakan rasio keuangan yang merepresentasikan seberapa efektif  aset perusahaan digunakan  untuk menghasilkan laba.  Rasio ini memberikan informasi besarnya laba yang diperoleh dari total asset yang dimiliki oleh perusahaan. Laba bersih adalah laba setelah bunga dan pajak, atau earning after interest and tax.

Total asset merupakan modal dari pinjaman dan modal sendiri. Jadi pada dasarnya rasio ini menunjukkan laba bersih yang diperoleh dari modal sendiri dan modal pinjaman. Formula untuk menghitung rasio Return on Assets, ROA, adalah sebagai berikut:

ROA = Laba bersih / Total Assets

Dari formulanya diketahui bahwa Return on Assets, atau ROA menunjukkan besarnya pendapatan bersih yang diperoleh perusahaan dari seluruh asset yang dimilikinya. Nilai rasio 0,25 atau 25 persen menunjukkan bahwa perusahaan mampu menghasilkan laba bersih yang nilainya 25 persen dari total asetnya.

Semakin besar nilai rasionya, maka semakin besar dana yang dapat dikembalikan dari total asset perusahan menjadi laba. Artinya semakin besar laba bersih yang diperoleh perusahaan, semakin baik kinerja perusahaan tersebut.

Return on Equity, ROE, Laba atas Ekuitas

Laba atas ekuitas, atau Return on Equity, atau ROE merupakan rasio keuangan yang dapat  menunjukkan besarnya laba bersih  yang diperoleh dari ekuitas yang dimiliki perusahaan. Sedangkan equity merupakan modal yang dimiliki perusahaan sendiri, bukan dari pinjaman.

Jadi pada dasarnya rasio ini menunjukkan seberapa besar laba yang diperoleh dari modal sendiri. Formula untuk menghitung rasio Return on Equity, ROE, adalah sebagai berikut:

ROE = Laba bersih / Ekuitas

Dari formulanya diketahui bahwa Return on Equity, atau ROE menunjukkan besarnya pendapatan bersih yang diperoleh perusahaan dari equity yang dimilikinya. Nilai rasio 0,20 atau 20 persen menunjukkan bahwa perusahaan mampu menghasilkan laba bersih yang nilainya 20 persen dari ekuitasnya.

Semakin besar nilai rasionya, maka semakin besar dana yang dapat dikembalikan dari ekuitas menjadi laba. Artinya semakin besar laba bersih yang diperoleh dari modal sendiri. ROE tinggi akan menyebabkan posisi pemilik modal perusahaan semakin kuat.

Contoh Rumus Perhitungan Rasio Return On Invesmest Equity Perusahaan

Hasil usaha atau kinerja Perusahaan PT Ardra Dot Biz dalam satu tahun ditunjukkan dalam laporan neraca dan laba rugi seperti terlampir. Hitunglah rasio ROI dan ROE perusahaannya.

Laporan Keuangan Neraca PT Ardra Dot Biz.

Contoh Perhitungan Modal Kerja Kotor Bersih Laporan Keuangan Neraca Perusahaan
Contoh Perhitungan ROI ROE Laporan Keuangan Neraca Perusahaan

Laporan Keuangan Laba Rugi PT Ardra Dot Biz.

Contoh Perhtungan Analisis Rasio Solvabilitas Laporan Laba Rugi
Contoh Perhtungan Analisis ROA ROI ROE Laporan Laba Rugi

Menghitung Rasio Return on Invesment,

Rasio Return on Invesment dapat dihitung dengan menggunakan rumus seperti berikut

ROI = EAIT/ TA

EAIT – Earning after interest and tax

TA = total assets, total aktiva, total harta

ROI = 1808/ 8000

ROI = 0,226 atau 22,6 persen

Jadi nilai Rasio Return on Invesment ROI perusahaan PT Ardra Dot Biz selama satu tahun adalah 22,6 persen,

ROI sama dengan 22,6 persen artinya perusahaan mendapatkan laba bersih sebesar 22,6 persen dari keseluruhan asset atau harta yang dimilikinya.

Return on Equity ROE, Hasil Pengembalian Ekuitas

Laba atas ekuitas, atau Return on Equity, atau ROE merupakan rasio keuangan yang dapat  menunjukkan besarnya laba bersih  yang diperoleh dari ekuitas yang dimiliki perusahaan. Sedangkan equity merupakan modal yang dimiliki perusahaan sendiri, bukan dari pinjaman.

Return on equity menunjukkan seberapa efisien manajemen perusahaan mampu menggunakan modal sendiri ekuitas untuk menghasilkan laba bersih.

Menghitung Return on Equity ROE,

Hasil Pengembalian Ekuitas ROE suatu perusahaan dapat dihitung dengan menggunakan rumus seperti berikut

ROE = EAIT/TE

ROE = return on equity, pemgembalian atas ekuitas

TE = total ekuitas

ROE = 1808/4200

ROE = 0,4305 atau 43,1 persen

Jadi nilai ROE yang dimiliki oleh PT Ardra Dot Biz selama satu tahun adalah 43,1 persen

ROE sama dengan 43,1 persen artinya perusahaan mendapatkan laba bersih sebesar 43,1 persen dari keseluruhan nilai ekuitas yang dimilikinya.

Analisis Laporan Keuangan Du Pont

Return on Invesment ROI pendekatan Du Pont

Du Pont mengembangkan pendekatan analisis laporan keuangan dengan menghubungkan tiga jenis rasio keuangan secara langsung yaitu Return on Invesment ROI atau ROA, profit margin dan perputaran aktiva.

Return on Invesment ROI pendekatan Du Pont dapat dinyatakan  dengan menggunkan rumus berikut

ROI = NPMR x TATO

NPMR = Net Profit Margin Rasio

TATO = Total Assets Turnover atau perputaran total aktiva

Dari rumus tersebut dapat diketahui bahwa ROI dipengaruhi oleh profit margin dan perputaran aktiva. ROI suatu perusahaan dapat dinaikkan dengan cara menaikkan perputaran aktiva dan mempertahankan profit margin. Atau menaikkan profit margin dengan mempertahankan perputaran aktiva, Atau menaikkan kedua rasio secara bersama sama.

Menghitung Return on Invesment ROI, Pendekatan Du Pont

Rasio Return on Invesment dengan pendekatan Du Pont dapat dihitung dengan menggunakan rumus seperti berikut

ROI = NPMR x TATO

Menghitung Net Profit Margin Rasio, Margin Laba Bersih NPMR

Rasio Margin Laba Bersih atau net profit margin ratio suatu persuhaan selama satu tahun dapat dihitung dengan menggunaan rumus berikut

NPMR = EAIT/PB

NPMR = Net Profit Margin Rasio, Margin Laba Bersih

EAIT =Earning after interest and tax, laba setelah pajak dan bunga

PB = Penjualan bersih

Dengan menggunakan data dari laporan laba rugi, maka NPMR dapat dihitung seperti berikut.

NPMR = 1808/11100

NPMR = 0,16288 atau 16,3 persen

Jadi nilai NPMR yang dimiliki oleh perusahaan PT Ardra Dot Biz untuk jangka waktu satu tahun adalah 16,3 persen.

Menghitung Rasio Perputaran Total Aktiva, Total Assets Turnover TATO

Besarnya rasio perputaran total aktiva dapat dihitung dengan menggunakan persamaan rumus berikut

TATO = PB/TA

TATO = Total Assets Turnover atau perputaran total aktiva

TA = Total Aktiva

TATO = 11.100/8000

TATO = 1,387 dibulatkan menjadi 1,4

Jadi nilai TATO yang dimiliki oleh perusahaan PT Ardra Dot Biz untuk jangka waktu satu tahun adalah 1,4  persen.

Dengan demikian nilai ROI pendekatan Du Pont adalah

ROI = NPMR x TATO

ROI = 0,16288 x 1,387

ROI = 0,2259 atau 22,6 persen

Jadi nilai Rasio Return on Invesment ROI dengan pendekatan Du Pont perusahaan PT Ardra Dot Biz selama satu tahun adalah 22,6 persen,

ROI sama dengan 22,6 persen artinya perusahaan mendapatkan laba bersih sebesar 22,6 persen dari keseluruhan asset atau harta yang dimilikinya.

Return on Equity ROE Pendekatan Du Pont

Du Pont mengembangkan pendekatan analisis laporan keuangan dengan menghubungkan jenis rasio keuangan secara langsung yaitu Return on Equity ROE, profit margin, perputaran aktiva dan pengganda ekuitas.

Dari rumus ini dapat dikatakan bahwa ROE sebuah perusahaan tergantung pada  profit margin, perputaran aktiva dan pengganda ekuitas. Sehingga untuk menaikkan ROE dapat dilakukan dengan manaikkan salah satu misal profit margin dengan mempertahankan perputaran aktiva dan pengganda ekuitas.

ROI dapat pula dengan menaikkan profit margin dan perputaran aktiva dengan mempertahankan pengganda ekuitas. Atau ROE dinaikkan dengan menaikkan ketiganya secara bersama sama.

Menghitung Return on Equity ROE, Pendekatan Du Pont

Rasio Return on Invesment dengan pendekatan Du Pont dapat dihitung dengan menggunakan rumus seperti berikut

ROE = NPMR x TATO x PE

NPMR = Net Profit Margin Rasio

TATO = Total Assets Turnover atau perputaran total aktiva

PE = Pengganda Ekuitas

Menghitung Pengganda Ekuitas PE

Pengganda ekuitas dapat dihitung dengan menggunakan rumus seperti berikut

PE = TA/TE

TA = Total Aktiva

TE = Total equity

PE = 8000/4200

PE = 1,905

Sehingga nilai ROE pendekatan Du Pont adalah

ROE = 0,16288 x 1,387 x 1,905

ROE = 0,4303 atau dibulatkan 43 persen

Jadi nilai ROE yang dimiliki oleh PT Ardra Dot Biz selama satu tahun adalah 43 persen

ROE sama dengan 43 persen artinya perusahaan mendapatkan laba bersih sebesar 43 persen dari keseluruhan nilai ekuitas yang dimilikinya.

Analisis Kebangkrutan Perusahaan Model Z Score Altman, Pengertian Jenis Contoh

Pengertian Kebangkrutan. Kebangkrutan (bankcruptcy) merupakan kondisi dimana perusahaan tidak mampu lagi untuk melunasi kewajibannya. Kondisi ini biasanya...

Analisis Rasio Keuangan Likuiditas, Contoh Soal Rumus Perhitungan

Rasio Keuangan Likuiditas.  Rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan pengelola perusahaan dalam memenuhi kewajiban atau membayar utang ...

Analisis Rasio Keuangan Profitabilitas, Contoh Soal Perhitungan

Pengertian Rasio Keuangan Profitabilitas.  Rasio Profitabilitas adalah rasio yang menunjukkan besarnya laba yang diperoleh sebuah perusahaan dalam periode ...

Analisis Rasio Keuangan Solvabilitas, Contoh Soal Rumus Perhitungan

Rasio Keuangan Solvabilitas.  Rasio solvabilitas adalah rasio yang menunjukkan besarnya aktiva sebuah perusahaan yang didanai dengan utang. Artinya, seberapa ...

Rasio Keuangan Aktivitas: Pengertian Analisis Receivable Fixed Assets Working Capital Total Assets Turnover, Tujuan Jenis Manfaat, Contoh Soal Rumus Perhitungan 4

Rasio Keuangan Aktivitas dalam Laporan Keuangan Perusahaan. Rasio Aktivitas adalah rasio yang menunjukkan keefektifan sebuah perusahaan dalam menggunakan...

Rasio Return On Investment, Equity, ROI, ROE, Analisis Du Pont

Pengertian Dan Istilah Return on Investment.  Return on Investment atau biasa disebut ROI, lebih dikenal dengan laba atas investasi. ROI merupakan...

Daftar Pustaka:

  1. Kasmir, 2011, “Analisis Laporan Keuangan”, Rajagrafindo Persada, Jakarta
  2. Prihadi, T., 2008, “ 7 Deteksi Cepat Kondisi Keuangan: Analisis Rasio Keuangan, Studi Kasus Perusahaan Indonesia”, Penerbit PPM., Jakarta.
  3. Yusup, Al., Haryono, 2005, ”Dasar Dasar Akuntansi”, Jilid 1, Edisi Keempat, Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Yogyakarta.
  4. Kasmir, 2011, “Analisis Laporan Keuangan”, Edisi Pertama, Rajawli Pers, Jakarta.
  5. Kuswadi, “Analisis Keekonomian Projek”, Edisi Pertama, CV Andi Offset, Penerbit Andi, Yogyakarta.
  6. Sartono, Agus, R., “ 2001, “Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi”, Edisi Keempat, BPFE Yogyakarta, Yogyakarta.
  7. Joesoef, Jose Rizal, 2008, “Pasar Uang dan Pasar Valuta Asing”, Salemba Empat, Jakarta.
  8. Darmawi, Herman, 2006, “Pasar Finansial dan Lembaga Lembaga Finansial”, Cetakan Pertama, PT Bumi Arta, Jakarta.
  9. Mishkin, S., Frederic, 2008’ “Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Uang”, Edisi Kedelapan, Salemba Empat, Jakarta.
  10. Ardra.Biz, 2019, “Pengertian Dan Istilah Return on Investment dengan Fungsi Analisis Return on Investment ROI dan Rumus  laba atau keuntungan atas investasi. Rumus Menghitung ROI dengan Rasio Untuk Menghitung Return on Investment dan Return on Assets ROA Laba atas Aset.
  11. Ardra.Biz, 2019, “Rumus Menghitung Return on Assets ROA atau Laba atas Aset dengan Pegertian Laba bersih atau  laba setelah bunga dan pajak. Pengertian dan Contoh earning after interest and tax dan Total asset merupakan modal dari pinjaman dan modal sendiri.
  12. Ardra.Biz, 2019, “Fungsi Analisis Return on Assets ROA Laba atas Aset dengan Return on Equity ROE atau Laba atas Ekuitas. Rumus Menghtiung Return on Equity ROE atau Laba atas Ekuitas dengan Fungsi Analisis Return on Equity ROE atau Laba atas Ekuitas.
  13. Ardra.Biz, 2019, “Indicator yang menunjukkkan laba bersih dari ekuitas dengan Rumus ROE adalah dengan Contoh Rumus ROE dan ROA dan ROI.

Analisis Rasio Laporan Keuangan, Pengertian Tujuan Metoda Teknik

Pengertian Analisis laporan keungan adalah suatu proses penguraian data atau informasi yang terdapat dalam laporan keuangan menjadi komponen-komponen tersendiri,menelaah setiap komponen, dan memelajari hubungan antara komponen tersebut dengan mengunakan teknik analisis tertentu agar diperoleh pemahaman yang tepat dan gambaran komprehensif tentang informasi tersebut.

Analisis Rasio Keuangan. Analisis Ratio Keuangan adalah suatu cara atau metoda atau proses evaluasi, dianogsis laporan keuangan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu dengan menggunakan parameter atau indeks keuangan yang disebut rasio keuangan.

Rasio Keuangan

Rasio Keuangan merupakan hubungan matematika yang diperoleh dengan membandingkan angka-angka yang terdapat dalam laporan keuangan atau antarlaporan keuangan. Nilai rasionya diperoleh dengan membagi angka dari satu komponen dengan angka dari komponen lainnya. Angka komponen yang dibandingkan dapat diambil dalam satu periode atau beberapa periode.

Tujuan Dan Manfaat Analisis Rasio Laporan Keuangan, 

a). Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode, baik harta, kewajiban, modal, maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk beberapa periode.

b). Mendapatan informasi tentang kelemahan kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan perusahaan.

c). Mendapatkan informasi kekuatan kekuatan yang dimiliki.

d). Mendapatkan informasi langkah langkah perbaikan apa saja yang dapat dilakukan ke depan yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini.

e). Menilaian kinerja menajemen ke depan apakah perlu penyegaran atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau tidak.

f). Dapat digunakan juga sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis tentang hasil yang mereka capai.

g). Menilai kinerja dan kemampuan perusahaan dalam memperdayakan seluruh sumber daya yang ada untuk mencapai target yang telah ditetapkan perusahaan

h). Estimasi dan prediksi terhadap kondisi dan kinerja perusahaan untuk masa mendatang.

Pihak Berkepentingan dengan Analisis Laporan Keuangan

a). Manajer

Analisis laporan keuangan bisa memberikan arahan bagi manajer untuk mempertimbangkan perlunya perubahan strategi kegiatan operasi, investasi, dan pendanaannya. Manajer juga perlu melakukan analisis atas perusahaan yang menjadi pesaingnya dalam rangka mengevaluasi profitabilitas dan risiko perusahaan pesaing untuk kemudian melakukan pembandingan.

b). Investor

Investor berkepentingan untuk memastikan investasi yang dilakukannya dalam sebuah perusahaan bisa memberikan pengembalian seperti yang diharapkannya. Oleh karena itu, investor memerlukan analisis laporan keuangan untuk mengevaluasi kinerja dan prospek masa akan datang atas perusahaan tempat investor melakukan investasi.

c). Kreditor

Kreditor memiliki kepentingan untuk bisa memastikan kredit yang diberikan kepada perusahaan bisa dikembalikan tepat waktu. Oleh karena itu, investor memerlukan analisis laporan keuangan untuk mengevaluasi risiko dan prospek masa akan datang perusahaan.

d). Merger, akuisisi, dan divestasi

Analisis laporan keuangan juga dilakukan pada saat akan dilakukannya merger, akuisisi, atau divestasi. Bankir investasi dan analis memerlukan

informasi tentang target perusahaan yang potensial dan menetapkan nilai yang pantas untuk perusahaan tersebut. Untuk menentukan nilai yang pantas, informasi yang harus diketahui adalah nilai intrinsik perusahaan; dan untuk menentukan nilai intrinsik perusahaan diperlukan analisis laporan keuangan.

e). Auditor Eksternal

Output yang dihasilkan oleh auditor adalah opini mengenai kewajaran laporan keuangan perusahaan yang diauditnya. Pada tahap penyelesaian audit, analisis laporan keuangan bisa digunakan untuk melakukan pengecekan akhir atas kewajaran laporan keuangan. Auditor juga memanfaatkan analisis laporan keuangan untuk mempertimbangkan keberlangsungan hidup perusahaan (going concern).

f). Regulator

Kantor pajak bisa memanfaatkan analisis laporan keuangan sebagai alat untuk melakukan pemeriksaan pajak dan menilai kewajaran pajak terutang dari sebuah perusahaan. Pemerintah pun bisa menggunakan analisis laporan keuangan untuk memutuskan peraturan dan kebijakan yang akan diambil. Misalnya, jika sebuah industri dinyatakan memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi, maka pemerintah bisa menetapkan untuk meningkatkan pajak yang bisa dipungut dari perusahaan yang bergerak di bidang industri tersebut.

g). Konsumen

Analisis laporan keuangan bisa digunakan oleh konsumen (yang juga merupakan produsen) untuk memastikan keberlangsungan hidup perusahaan yang menjadi pemasoknya. Hal ini dilakukan karena konsumen berkepentingan untuk bisa memastikan pasokan bahan baku yang dibutuhkan bisa terus terpenuhi.

Tahap-Tahap Analisis Laporan Keuangan

Adapun tahap -tahap yang harus dilakukan dalam melakukan analisis laporan keuangan:

a). Analisis Akuntansi

Analisis akuntansi adalah proses evaluasi terhadap pelaporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan apakah  mencerminkan realitas ekonomi yang sebenarnya atau tidak sesuai dengan SAK (Standar Akuntansi Keuangan).

Proses ini dilakukan dengan mempelajari transaksi yang terjadi, kebijakan akuntansi yang digunakan, dan melakukan penyesuaian atau menghilangkan distorsi akuntansi laporan keuangan agar laporan tersebut lebih mencerminkan realitas ekonomi.

b). Analisis Keuangan

Analisis keuangan adalah menganalisis posisi dan kinerja keuangan yang telah dicapai perusahaan dan mengevaluasi kinerja perusahaan di masa yang akan datang.

Dalam tahap ini, secara umum perusahaan melakukan analisis kegiatan operasi, kegiatan investasi, dan pendanaan yang telah dicapai perusahaan.

Analisis kegiatan operasi dan investasi dilakukan dengan analisis profitabilitas, yaitu evaluasi atas kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (kegiatan operasi) dari sumber daya yang dimilikinya (kegiatan investasi).

Analisis kegiatan pendanaan dilakukan dengan analisis risiko, analisis likuiditas dan solvabilitas.yaitu melakukan evaluasi kemampuan perusahaan untuk memenuhi komitmennya.

 c). Analisis Prospektif

Analisis prospektif merupakan tahap terakhir dari analisis laporan keuangan. Analisis ini terdiri dari dua bagian: peramalan (forecasting) dan penilaian (valuation).

Metode Analisis Laporan Keuangan

Metode Analisis Laporan Keuangan dapat dikelompokan menjadi dua metode yaitu analisis horisontal dan analisis vertikal.

a). Analisis Horisontal

Analisis horizontal adalah analisis dengan mengadakan perbandingan laporan keuangan untuk beberapa periode atau beberapa saat sehingga akan diketahui perkembangannya.

b). Analisis Vertikal

Analisis vertikal adalah apabila laporan keuangan yang dianalisis hanya meliputi satu periode atau satu saat saja, yaitu dengan memperbandingkan antara akun yang satu dengan akun yang lain dalam laporan keuangan tersebut sehingga hanya akan diketahui keadaan keuangan atau hasil operasi pada saat itu saja.

Teknik Analisis Laporan Keuangan

Beberapa teknik analisis laporan keuangan diantaranya adalah sebagai berikut:

1). Analisis Perbandingan Laporan Keuangan,

Analisis Perbandingan Laporan Keuangan adalah metode dan Teknik analisis dengan cara memperbandingkan laporan keuangan untuk dua periode atau lebih.

2). Trend Percentage Analysis

Trend Percentage Analysis  adalah suatu metode atau teknik analisis untuk mengetahui tendensi daripada keadaan keuangannya, apakah menunjukkan tendensi tetap, naik atau bahkan turun.

3). Common Size Statement

Laporan dengan persentase per komponen atau Common Size Statement adalah suatu metode analisis untuk mengetahui persentase investasi pada masing-masing aset terhadap total asetnya, juga untuk mengetahui struktur permodalannya dan komposisi perongkosan yang terjadi dihubungkan dengan jumlah penjualannya.

4). Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja,

Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja adalah suatu analisis untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan modal kerja atau untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya modal kerja dalam periode tertentu.

5). Cash Flow Statement Analysis

Analisis Sumber dan Penggunaan Kas (Cash Flow Statement Analysis), adalah suatu analisis untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya jumlah uang kas atau untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan uang kas selama periode tertentu.

6). Analisis Rasio,

Analisis Rasio, adalah suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan dari akun-akun tertentu dalam neraca atau laporan laba-rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut.

7). Gross Profit Analysis

Analisis Perubahan Laba Kotor (Gross Profit Analysis), adalah suatu analisis untuk mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan dari suatu periode ke periode yang lain atau perubahan laba kotor dari suatu periode dengan laba yang dibudgetkan untuk periode tersebut.

8). Analisis Break Even,

Analisis Break Even adalah suatu analisis untuk menentukan tingkat penjualan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan agar perusahaan tersebut tidak mengalami kerugian, tetapi juga belum memperoleh keuntungan. Dengan analisis ini juga akan diketahui berbagai tingkat keuntungan atau kerugian untuk berbagai tingkat penjualan.

Bentuk- Jenis Rasio Keuangan Laporan Keuangan 

1.  Rasio Likuiditas,

Rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban financial jangka pendek atau jatuh tempo, baik kewajiban pada pihak luar perusahaan maupun pihap dalam perusahaan. Rasio ini ditunjukkan dari besar kecilnya aktiva lancar.

  1. Current Ratio, atau Rasio Lancar,
  2. Quick Ratio, atau Acid Test Ratio atau Rasio Sangat Lancar
  3. Rasio Kas, Cash Ratio,

2. Rasio Solvabilitas, Rasio Leverage

Rasio yang menunjukan besarnya beban utang yang ditanggung dibandingkan dengan aktiva yang dimiliki perusahaan. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar seluruh kewajibannya. Baik kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang jika perusahaan dibubarkan atau dilikuidasi.

  1. Total Debt to Total Assets,
  2. Debt Equity Ratio,
  3. Time Interest Earned,

3. Rasio Aktivitas, Activity Ratio

Rasio yang digunakan untuk menilai tingkat efisiensi perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya seperti penjualan, persediaan, penagihan piutang dan sebagainya untuk mendapatkan keuntungan atau laba dalam suatu periode tertentu.

Rasio ini mengukur seberapa efektif perusahaan mengelola dan menggunakan sumber daya sesuai dengan kebijakan perusahaan.

  1. Perputaran Piutang, Receivable Turnover
  2. Perputaran Persediaan, Inventory Turnover
  3. Perputaran Aktiva Tetap, Fixed Assets Turnover.

4. Rasio Profitabilitas, Profitability Ratio.

Rasio yang digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode tertentu. Rasio ini mengukur seberapa efekif pengelolaan manajemen perusahaan sehingga menghasilkan keuntungan.

  1. Profit Margin, Profit Margin on Sales
  2. Return On Investment, ROI
  3. Return On Equity, ROE

5. Rasio Pasar,

Rasio yang digunakan pada perusahaan yang telah go public dan mengukur kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai terutama pada pemegang saham dan calon investor.

  1. Price Earning Ratio,
  2. Market to Book Value.

Analisis Rasio Laporan Keuangan, Pengertian Tujuan Metoda Teknik

Pengertian Analisis laporan keungan adalah suatu proses penguraian data atau informasi yang terdapat dalam laporan keuangan menjadi komponen-komponen...

Analisis Kebangkrutan Perusahaan Model Z Score Altman, Pengertian Jenis Contoh

Pengertian Kebangkrutan. Kebangkrutan (bankcruptcy) merupakan kondisi dimana perusahaan tidak mampu lagi untuk melunasi kewajibannya. Kondisi ini biasanya...

Analisis Rasio Keuangan Likuiditas, Contoh Soal Rumus Perhitungan

Rasio Keuangan Likuiditas.  Rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan pengelola perusahaan dalam memenuhi kewajiban atau membayar utang ...

Analisis Rasio Keuangan Profitabilitas, Contoh Soal Perhitungan

Pengertian Rasio Keuangan Profitabilitas.  Rasio Profitabilitas adalah rasio yang menunjukkan besarnya laba yang diperoleh sebuah perusahaan dalam periode ...

Analisis Rasio Keuangan Solvabilitas, Contoh Soal Rumus Perhitungan

Rasio Keuangan Solvabilitas.  Rasio solvabilitas adalah rasio yang menunjukkan besarnya aktiva sebuah perusahaan yang didanai dengan utang. Artinya, seberapa ...

Rasio Keuangan Aktivitas: Pengertian Analisis Receivable Fixed Assets Working Capital Total Assets Turnover, Tujuan Jenis Manfaat, Contoh Soal Rumus Perhitungan 4

Rasio Keuangan Aktivitas dalam Laporan Keuangan Perusahaan. Rasio Aktivitas adalah rasio yang menunjukkan keefektifan sebuah perusahaan dalam menggunakan...

Rasio Return On Investment, Equity, ROI, ROE, Analisis Du Pont

Pengertian Dan Istilah Return on Investment.  Return on Investment atau biasa disebut ROI, lebih dikenal dengan laba atas investasi. ROI merupakan...

Cara Mengitung Bunga Bank, Dihitung Lebih Satu Kali

Nilai Kemudian Dengan Bunga Dihitung Lebih dari Satu Kali Dalam Satu Periode.  Beberapa bank memberikan perhitungan nilai kemudian dengan memperhitungkan ...

Konsep Nilai Waktu Uang, Present Future Value, Pengertian Contoh Soal Perhitungan

Pengertian Konsep Nilai Waktu Uang.  Nilai waktu dari uang menunjukkan perubahan nilai uang akibat berjalannya waktu. Atau nilai uang dapat berubah seiring ...

Pengertian, Fungsi, Tujuan, Prinsip Asuransi.

Pengertian dan Istilah Asuransi.  Asuransi berasal dari kata insurance yang artinya pertanggungan. Asuransi merupakan suatu perjanjian antara tertanggung ...

Daftar Pustaka:

  1. Kasmir, 2011, “Analisis Laporan Keuangan”, Rajagrafindo Persada, Jakarta.
  2. Yusup, Al., Haryono, 2005, ”Dasar Dasar Akuntansi”, Jilid 1, Edisi Keempat, Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Yogyakarta.
  3. Kasmir, 2011, “Analisis Laporan Keuangan”, Edisi Pertama, Rajawali Pers, Jakarta.
  4. Kuswadi, “Analisis Keekonomian Projek”, Edisi Pertama, CV Andi Offset, Penerbit Andi, Yogyakarta.
  5. Sartono, Agus, R., “ 2001, “Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi”, Edisi Keempat, BPFE Yogyakarta, Yogyakarta.
  6. Joesoef, Jose Rizal, 2008, “Pasar Uang dan Pasar Valuta Asing”, Salemba Empat, Jakarta.
  7. Darmawi, Herman, 2006, “Pasar Finansial dan Lembaga Lembaga Finansial”, Cetakan Pertama, PT Bumi Arta, Jakarta.
  8. Mishkin, S., Frederic, 2008’ “Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Uang”, Edisi Kedelapan, Salemba Empat, Jakarta.
  9. Daftar Kata Istilah: Pengertian Analisis Rasio Keuangan, Analisis Ratio Keuangan, Rasio Keuangan, Tujuan Analisis Rasio Keuangan, Laporan Keuangan Perusahaan Terbuka, tbk, Bentuk- Jenis Rasio Keuangan,  Rasio Likuiditas, Current Ratio, atau Rasio Lancar, Quick Ratio, Acid Test Ratio , Rasio Sangat Lancar, Rasio Kas, Cash Ratio, Rasio Solvabilitas, Rasio Leverage,
  10. Total Debt to Total Assets, Debt Equity Ratio, Time Interest Earned, Rasio Aktivitas, Activity Ratio, Perputaran Piutang, Receivable Turnover, Perputaran Persediaan, Inventory Turnover, Perputaran Aktiva Tetap, Fixed Assets Turnover, Rasio Profitabilitas, Profitability Ratio, Profit Margin, Profit Margin on Sales, Return On Investment, ROI, Return On Equity, ROE, Rasio Pasar, Price Earning Ratio, Market to Book Value,
error: Content is protected !!