Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Uang Beredar

Pengertian Jumlah Uang Beredar dan Faktor Yang Mempengaruhinya. Jumlah uang beredar dapat didefinisikan menjadi dua pengertian. Pertama, uang beredar didefinisikan dalam arti sempit (narrow money) yang dinotasikan dengan M1 dan kedua, uang beredar dalam arti luas (broad money) yang dinotasikan dengan M2.

Jumlah Uang Beredar Arti Sempit M1

Dalam arti sempit M1, jumlah uang beredar meliputi uang kartal yang dipegang masyarakat dan uang giral (uang dalam bentuk giro berdenominasi Rupiah),

Jumlah Uang Beredar Arti Luas M2

Dalam arti luas M2, jumlah uang beredar meliputi M1, uang kuasi (mencakup simpanan berjangka dalam rupiah dan valas, giro dalam valuta asing, serta tabungan), dan surat berharga yang diterbitkan atau dikeluarkan oleh sistem moneter yang dimiliki pihak  swasta domestik dengan sisa jangka waktu sampai satu tahun.

Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Uang Beredar

Beberapa faktor yang berkontribusi terhadap jumlah uang beredar dapat dijelaskan sebagai berikut:

1). Pengaruh Harga Barang Pada Uang Beredar

Perubahan harga barang dapat memengaruhi jumlah uang beredar. Penjelasannya dapat dipahami dengan contoh seperti berikut: Harga beras Rp 10.000 per kilo, jika jumlah permintaan 10 kg, maka uang yang dibutuhkan dan beredar adalah Rp 100.000. Ketika harga beras naik menjadi Rp 15.000 maka uang yang dibutuhkan dan beredar menjadi lebih banyak yaitu sebesar Rp 150.000. di sini ada peningkatan sebesar Rp 50.000. Sebaliknya, jika harga barang turun, maka uang beredar pun akan menjadi lebih sedikit.

Teori yang menjelaskan hubungn jumlah uang beredar dengn tingkat harga adalah teori kuantitas Irving Fisher yang dinyatakan dengan rumus berikut

M x V = P x T

M = jumlah uang

V = Kecepatan perputaran / peredaran

P = Harga

T = Transaksi

Contoh Perhitungan Pengaruh Tingkat Harga Pada Jumlah Uang Beredar

Perekonomian suatu masyarakat memiliki data data seperti berikut, Jumlah total barang yang ditransaksikan sebanyak 1000 dengan kecepatan perputaran uang 4 kali dan tingkat harga pertransaksi adalah 200 ribu rupiah.  Hitung jumlah uang beredar ketika tingkat harga naik menjadi 400 ribu rupiah.

Jawab.

Diketahui

V = 4

T = 1000

P1 = 200 ribu

P2 = 400 ribu

V dan T dianggap tetap, maka Jumlah uang beredar dapat dinyatakan dengan rumus berikut

M1 x V = P1 x T atau

M1 = 1/V (P1 x T)

M1 = ¼ x (200.000 x 1000)

M1 = 50 juta rupiah

Setelah harga naik menjadi 400 ribu rupiah, maka jumah uang beredar dapat dinyatakan dengan menggunakan rumus berikut

M1/P1 = T/V

M2/P2 = T/V

Karena V dan T tetap, maka kedua persamaan dapat disubstitusi seperti berikut

M1/P1 = M2/P2

Sehingga

M2 = M1 x (P2/P1)

M2 = 50 juta x (400/200)

M2 = 100 juta

Jadi, jumlah uang beredar setelah harga naik dua kali lipat dari 200 ribu  rupiah menjadi 400 ribu rupiah adalah 100 juta rupiah. Jumlah uang beredar naik dua kali lipat dari sebelumnya.

2). Pengaruh Permintaan Barang Pada Uang Beredar

Permintaan Barang merupakan salah satu faktor yang berkontribusi terhadap jumlah uang beredar dalam masyarakat. Permintaan barang yang tinggi membutuhkan uang sebagai alat tukarnya. Sehingga, jika permintaan terhadap barang tinggi, maka jumlah uang beredar juga tinggi.

Sebagai contoh: harga beras Rp 10.000 per kilogram, jika permintaan terhadap beras adalah 10 kilogram, maka uang yang yang dibutuhkan adalah  Rp 100.000. Akan tetapi ketika permintaan terhadap beras naik menjadi 20 kilogram, maka uang yang beredar otomatis naik menjadi Rp 200.000. Jadi jelas bahwa dengan naiknya permintaan, jumlah uang beredar juga akan bertambah.

Contoh Perhitungan Pengaruh Permintaan Barang Pada Jumlah Uang Beredar

Perekonomian suatu masyarakat memiliki data data seperti berikut, Jumlah total barang dan jasa yang diminta untuk ditransaksikan sebanyak 1000 dengan kecepatan perputaran uang 4 kali dan tingkat harga pertransaksi adalah 200 ribu rupiah.  Hitung jumlah uang beredar ketika permintaan barang dan jasa naik 2 kalinya.

Jawab.

Diketahui

V = 4

T1 = 1000

T2 = 2 x 1000 = 2000

P = 200 ribu

V dan P dianggap tetap, maka Jumlah uang beredar dapat dinyatakan dengan rumus berikut

M1 x V = P x T1 atau

M1 = 1/V x (P x T1)

M1 = ¼ x (200.000 x 1000)

M1 = 50 juta rupiah

Setelah permintaan barang dan jasa naik dua kalinya, maka jumah uang beredar dapat dinyatakan dengan menggunakan rumus berikut

M1/T1 = P/V

M2/T2 = P/V

Karena V dan P tetap, maka kedua persamaan dapat disubstitusi seperti berikut

M1/T1 = M2/T2

Sehingga

M2 = M1 x (T2/T1)

M2 = 50 juta x (2)

M2 = 100 juta

Jadi, jumlah uang beredar setelah permintaan barang dan jasa naik dua kali lipat dari 1000 menjadi 2000 adalah 100 juta rupiah. Jumlah uang beredar naik dua kali lipat dari sebelumnya.

3). Pengaruh Tingkat Suku Bunga Pada Uang Beredar

Suku bunga merupakan faktor yang  dapat memengaruhi jumlah uang beredar dalam masyarakat. Jika suku bunga turun atau relatif lebih rendah, maka masyarakat akan cenderung mengajukan pinjaman atau kredit pada lembaga keuangan. Hal ini mengakibatkan uang yang beredar dalam masyakaran akan cenderungan bertambah. Namun demikian, jika suku bunga tinggi, maka masyarakat akan cenderung berlomba-lomba untuk menabung pendapatannya di Bank. Sehingga uang yang beredar akan berkurang sebagai akibat dari tingginya keinginan atau animo masyarakat untuk menabung atau menyimpan uangnya di bank..

4). Pengaruh Struktur Perekonomian Negara Pada Uang Beredar

Pada masyarakat industri nilai transaksi dan perputaran uang menjadi relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan  masyarakat agraris. Hal ini disebabkan dalam proses produksi dibutuhkan uang lebih besar dengan waktu yang relatif singkat. Hal yang berbeda terjadi dalam  masyarakat agraris. Pada Masyarakat agraris waktu  yang dibutuhkan untuk suatu produksi (panen) relatif  lebih lama dan jumlah uang  digunakan juga relatif lebih kecil. Sebagai akibatnya uang yang beredar akan cenderung lebih kecil.

5). Pengaruh Lingkungan atau Kawasan Pada Uang Beredar

Lingkungan merupakan salah satu faktor lain yang ikut berkontribusi terhadap jumlah uang beredar. Di lingkungan kota-kota besar, kawasan industri, jumlah uang yang dibutuhkan untuk kegiatan ekonomi relatif lebih banyak. Hal ini dapat disebabkan oleh kebiasaan masyarakat yang tinggal di kota atau kawasan industri cenderung konsumtif, atau dapat dikatakan di lingkungan perkotaan dan industri lebih cenderung suka membeli.

Hal yang berbeda terjadi dengan masyarakat yang tinggal di pedesaan.  Pada umumnya kebutuhan dapat dicukupi secara mandiri. Masyarakat pedesaan jika membutuhkan sayuran tidak harus membeli, tetapi cukup dengan memetik di ladang/sawah. Sehingga tingkat peredaran uang di desa relatif lebih lambat daripada di perkotaan.

6). Pengaruh Pendapatan Pada Uang Beredar

Pendapatan merupakan jumlah uang yang diterima oleh masyarakat dalam waktu tertentu. Dengan demikian, jika pendapatan masyarakat naik, maka uang yang dapat ditransaksikan atau dibelanjakan juga akan meningkat. Peningkatan jumlah transaksi pada akhirnya akan meningkatkan jumlah peredaran uang dalam masyarakat.

Dengan menggunakan persamaan kuantitas Irving Fisher, pendapatan akan berpengaruh terhadap jumlah transaksi T. Jika kondisi yang lain tetap (V, P, tetap), maka setiap perubahan jumlah transaksi T akan merubah jumlah uang beredar M.

Karena jumlah transaksi T berkorelasi positif dengan jumlah uang beredar M, maka setiap T naik akan menaikkan M.

Jika T naik dua kali, maka M naik dua kali juga. Sebaliknya jika T turun dua kalinya, maka M juga turun dua kalinya.

Alasan Motif Orang Menyimpan Memegang Uang Tunai

Pengertian Uang. Pada kenyataannya definisi uang selalu berubah sesuai dengan dinamika perkembangan masyarakat dalam perekonomian. Namun demikian, para ahli ekonomi umumnya sepakat bahwa definisi paling...

Cara Pemerintah Mengatasi Menanggulangi Pengangguran.

Ringkasan . Pengangguran terjadi ketika jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih sedikit dibandingkan jumlah tenaga kerja yang butuh pekerjaan. Penawaran tenaga kerja lebih besar dari permintaan tenaga...

Cara Pemerintah Mengatasi-Menanggulangi Inflasi

Ada beberapa metoda atau cara yang diambil pemerintahan untuk mengatasi masalah inflasi yang umumnya dituangkan dalam kebijakan. Pemerintah dapat menanggulangi inflasi dengan mengambil  kebijakan Moneter ...

Dampak-Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Tingkat Pengangguran

Ringkasan . Konsep  yang mempelajari hubungan antara tingkat pengangguran dengan Gross Domestic Product, GDP dikenal dengan Hukum Okun yang dikemukakan oleh ekonom bernama Arthur Okun.  Konsep dari Hukum O...

Faktor Mempengaruhi Investasi: Suku Bunga Pengembalian - Internal - Eksternal

Pengertian dan Contoh Investasi. Dalam ilmu ekonomi dijelaskan bahwa investasi merupakan pembelian modal atau barang yang tidak untuk dikonsumsi, namun digunakan untuk kegiatan produksi sehingga  menghasilkan ...

Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Uang Beredar

Pengertian Jumlah Uang Beredar dan Faktor Yang Mempengaruhinya. Jumlah uang beredar dapat didefinisikan menjadi dua pengertian. Pertama, uang beredar didefinisikan dalam arti sempit (narrow money) yang...

Faktor Penyebab Terjadinya Deflasi

Pengertian Deflasi.  Deflasi merupakan  kebalikan dari fenomena inflasi. Walaupun demikian, dampak terhadap perekonomian tidak persis berlawanan dengan inflasi. Deflasi merupakan suatu periode di mana h...

Faktor Penyebab Terjadinya Inflasi

Pengetian Inflasi.  Inflasi adalah kenaikan harga-harga umum yang terjadi secara terus-menerus selama periode tertentu. Inflasi menunjukkan kecenderungan naiknya harga-harga umum barang dan jasa yang ...

Faktor Penyebab Terjadinya Pengangguran.

Pengertian Pengangguran.  Pengangguran atau orang yang menganggur adalah  mereka yang tidak mempunyai perkerjaan dan sedang aktif mencari pekerjaan. Kriteria orang yang menganggur umumnya adalah mereka y...

Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi.

Ringkasan.  Faktor-factor penting yang dianggap berpengaruh cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi suatu Negara diantaranya, tanah dan kekayaan alam, kualitas tenaga kerja dan penduduk, barang modal ...

Daftar Pustaka:

  1. Mankiw, N., Gregory, 2003, “Teori Makroekonomi”, Edisi Kelima, Penerbit Erlangga, Jakarta.
  2. Jhingan, M.L., 2008, “Ekonomi Pembangunan Perencanaan”, Edisi Pertama, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.
  3. Samuelson, A., Paul. Nordhaus, D., William, 2004, “Ilmu Makro Ekonomi”, Edisi 17, PT Media Global Edukasi, Jakarta.
  4. Sukirno, Sadono, 2008, “Makroekonomi Teori Pengantar”, Edisi Ketiga, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.
  5. Prasetyo, P., Eko, 2011, “Fundamental Makro Ekonomi”, Edisi 1, Cetakan Kedua, Beta Offset, Yogyakarta.
  6. Putong, Iskandar. Andjaswati, N.D., 2008, “Pengantar Ekonomi Makro”, Edisi Pertama, Penerbit Mitra Wacana Media, Jakarta.
  7. Firdaus, R., Ariyanti, M., 2011, ”Pengantar Teori Moneter serta Aplikasinya pada Sistem Ekonomi Konvensional dan Syariah”, Cetakan Kesatu, AlfaBeta, cv, Bandung.
error: Content is protected !!