Konsep Pendapatan Nasional, Pengertian Contoh Rumus Perhitungan

Pengertian Pendapatan Nasional. Secara sederhana Pendapatan nasional dapat diartikan sebagai pendapatan yang diterima oleh golongan -golongan masyarakat sebagai bentuk balas jasa sehubungan dengan produksi barang- barang dan jasa.

Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Nasional

Besarnya pendapatan nasional akan sama dengan produk nasional. Dan Secara umum pendapatan nasional dipengaruhi oleh Tersedianya faktor produksi, Ketrampilan dan keahlian tenaga kerjanya, Kemajuan Teknologi produksi yang digunakan dan Stabilitas nasional

Beberapa Istilah terkait dengan pendapatan nasional antara lain adalah PDB, GNP dan NNI, dan PDRB.  Keempatnya merupakan istilah yang menunjukkan pendapatan nasional suatu negara, namun demikian instrumen yang digunakan untuk masing -masing negara berbeda sehingga akan memiliki arti yang berbeda pula untuk pengunaan istilah- istilah tersebut.

Gross Domestic Product (GDP) atau Product Domestik Bruto (PDB)

Pada metode ini, pendapatan nasional dihitung dengan menjumlahkan setiap nilai tambah (value added) proses produksi di dalam masyarakat suatu negara (termasuk warga negara asing) dari berbagai lapangan usaha suatu negara dalam kurun waktu satu periode (biasanya satu tahun).

Product Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product GDP adalah jumlah dari seluruh produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu Negara selama satu tahun termasuk di dalamnya barang dan jasa yang dihasilkan oleh orang asing dan perusahaan asing yang beroperasi di dalam negeri.

Contoh Perusahaan Asing Yang Dihitung Dalam GDP.

Contoh perusahaan asing yang masuk perhitungan PDB atau GDP Indonesia adalah Perusahaan Mac Donald, PT Freeport, PT Caltex, Carrefour, PT Nutrisia. Pendapatan perusahaan asing ini dihitung dalam GDP

Contoh Perusahaan Indonesia Yang Tidak Dihitung GDP

Sedangkan produk barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan atau warga masyarakat Indonesia yang bekerja di luar negeri tidak diperhitungkan.  Misal perusahaan milik warga Indonesia tapi beroperasi diluar negeri atau TKI atau TKW yang bekerja di Luar negeri tidak dihitung dalam PDB atau GDP.

Beberapa Bank BUMN seperti Mandiri, BNI, dan BRI beroperasi di luar negeri. Pendapatan Beberapa Bank Indonesia yang beroperasi di luar negeri ini tidak dihitung dalam GDP.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Dengan demikian PDRB dapat diartikan sebagai jumlah produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi yang ada di daerah selama 1 (satu) tahun. Dalam perhitungan PDRB ini juga termasuk produk yang dihasilkan oleh perusahaan asing yang beroperasi di daerah tersebut

Jenis lapangan usaha yang masuk dalam perhitungan Product Domestic Bruto (PDB), antara lain: pertanian, pertambangan dan penggalian, industry, listrik, gas dan air bersih, bangunan atau konstruksi, perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, jasa- jasa lainnya seperti jasa konsultan, pengacara dll.

PDB dapat dihitung dengan tiga metoda berikut ini.

1) PDB dihitung berdasarkan unit- unit produksi yang terdiri atas sector sektor ekonomi.

2) PDB dihitung berdasarkan jumlah balas jasa yang diterima oleh factor faktor produksi yang turut serta dalam proses produksi.

3) PDB dihitung berdasarkan jumlah seluruh komponen permintaan akhir, yang terdiri atas pengeluaran konsumsi RT, pembentukan modal tetap domestik bruto dan perubahan stok, pengeluaran konsumsi pemerintah dan ekspor bersih.

Gross National Product (GNP) atau Produk Nasional Bruto (PNB)

Produksi Nasional Kotor (GNP) adalah jumlah seluruh barang dan jasa yang dihasilkan masyarakat suatu negara selama satu tahun termasuk di dalamnya jumlah barang dan jasa yang dihasilkan masyarakat Negara tersebut yang bekerja di luar negeri tetapi tidak diperhitungkan barang dan jasa yang dihasilkan masyarakat asing yang bekerja di dalam negeri.

Produksi Nasional Kotor (GNP) dapat dijabarkan dalam persamaan berikut

GNP = GDP – PNLN

PNLN = Pendapatan Neto terhadap luar negeri

Ada tingkat perbandingan yang bisa dilakukan pada GDP dan GNP untuk mengetahui kondisi perekonomian suatu negara yang diantaranya adalah:

1) GDP lebih besar dari GNP, artinya perekonomian Negara tersebut belum dapat dikatakan maju. Di Negara tersebut akan terjadinya Net Factor Income to Abroud (atau Pendapatan Neto ke luar negeri). Artinya, Investasi Negara tersebut di luar negeri lebih kecil dari pada investasi asing di dalam negeri.

2) GDP lebih kecil dari pada GNP, artinya perekonomian Negara tersebut dapat dikatakan sudah maju. Negara tersebut mampu menanamkan investasinya di luar negeri lebih besar dibandingkan investasi asing di dalam negeri.

Net National Product (NNP) atau Produk Nasional Netto

Produksi nasional neto (NNP) adalah produksi nasional kotor (GNP) dikurangi penyusutan barang-barang modal. NNP ini sama dengan Pendapatan Nasional (PN) atau National Income (NI).

NNP dan NI ini dihitung berdasarkan harga pasar dan dijabarkan dengan menggunakan persamaan berikut

NNP = GNP – D

D = Depresiasai = Penyusutan Barang – barang Modal

Net National Income (NNI) atau Pendapatan Nasional Netto

Pendapatan nasional Bersih (NNI) adalah produksi nasional neto dikurangi dengan pajak tidak langsung. Pajak tidak langsung merupakan unsur pembentuk harga pasar, tetapi tidak termasuk dalam biaya faktor produksi.

Pajak ini dapat dialihkan kepada pihak lain, yang termasuk dalam kategori pajak tidak langsung adalah pajak penjualan , PPN, Bea Masuk dan cukai.

Pendapatan nasional bersih atau net national income (NNI) dapat dilihat dari dua sisi.

1) Dari sisi pendapatan, yaitu pendapatan yang dihitung menurut jumlah balas jasa yang diterima oleh masyarakat sebagai pemilik faktor produksi.

2) Dari sisi produksi, yaitu sejumlah nilai bersih barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara.

Net National Income (NNI) dapat dijabarkan dengan menggunakan persamaan berikut

NNI = NNP – PTL

PTL = Pajak Tidak Langsung

Pajak Tidak Langsung adalah pajak yang pembebanannya dapat dilimpahkan kepada pihak lain, misalnya Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM).

Personal Income (PI)

Pendapatan perseorangan (PI) adalah Pendapatan yang berhak diterima oleh seseorang sebagai bentuk balas jasa atas keikutsertaannya dalam proses produksi.

Tidak semua pendapatan ini sampai ke tangan pemilik faktor produksi (perseorangan) , karena masih dikurangi laba yang tidak dibagikan, pajak perseorangan, asuransi, jaminan sosial dan ditambah dengan pindahan atau transfer (transfer payment) seperti dana pensiun, iuran sosial, tunjangan bekas pejuang, bantuan korban bencana, bea siswa, subsidi pemerintah atau bantuan pada panti asuhan dan sebagainya.

Besarnya Personal Income (PI) dapat dijabarkan dengan menggunakan persamaan berikut

PI = NNI + TP – (LT+ PP + A+ JS)

TP = Transfer Payment

LT = Laba yang tidak dibagikan

PP = Pajak Perseroan

A = Asuransi

JS = Jaminan Sosial 

Keterangan:

Laba Ditahan adalah keuntungan yang tidak dibagikan atau keuntungan yang ditujukan untuk:

1) cadangan perluasan perusahaan,

2) menjaga agar modal pokok besarnya tetap, dan

3) cadangan untuk membayar utang-utang.

Iuran Jaminan Sosial atau social security dari perusahaan. Misalnya tunjangan pendidikan, tunjangan kesehatan, dan lain-lain.

Transfer Payment adalah pembayaran-pembayaran dari negara yang dibayarkan kepada orang-orang tertentu, dan pembayaran tersebut bukan merupakan balas jasa atas keikutsertaannya dalam proses produksi tahun sekarang, melainkan sebagai balas jasa untuk tahun- tahunsebelumnya atau pembayaran pada seseorang yang sebenarnya berasaldari pendapatan orang lain.

Contoh Transfer Payment adalah: pembayaran kepada orang yang sudah pensiun, tunjangan para veteran, dan dana- dana sosial (pembayaran untuk para penganggur).

Disposable Income (DI)

Pendapatan Bebas (DI) adalah pendapatan dari seseorang yang siap digunakan baik untuk keperluan konsumsi maupun untuk ditabung Pendapatan bebas (DI) secara langsung akan mempengaruhi permintaan karena sebagian digunakan untuk konsumsi dan sebagian lagi digunakan untuk tabungan sebagai unsur pembentuk modal. Besarnya pendapatan bebas ini adalah pendapatan perseorangan dikurangi dengan pajak langsung.

Besarnya Pendapatan Bebas atau Disposable Income (DI) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut

DI = PI – PL

PL = Pajak Langsung

Pajak Langsung adalah pajak yang pembebanannya tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain, misalnya pajak penghasilan (PPh)

Pendapatan Dibawa Pulang

Pendapatan dibawa pulang (Take Home Pay/ THP) adalah pendapatan yang dibawa pulang untuk membayar bermacam-macam kebutuhan.

Pendapatan ini memengaruhi permintaan efektif sebab menggambarkan daya beli masyarakat. THP diperoleh dari pendapatan bebas (Disposable Income) dikurangi kewajiban kepada pihak lain, seperti untuk membayar utang.

1). Contoh Soal Ujian Pendapatan Nasional

Diketahui data perekonomian suatu negara seperti ditunjukkan dalam tabel terlampir. Satuan uang miliar rupiah

Konsep Pendapatan Nasional Contoh Perhitungan
Konsep Pendapatan Nasional Contoh Perhitungan

Hitunglah:

  1. Personal Income
  2. Disposable Income
Konsep Pendapatan Nasional Contoh Soal Perhitungan
Konsep Pendapatan Nasional Contoh Soal Perhitungan

Jadi personal income PI dari negara tersebut adalah 1743 miliar rupiah, sedangan pendapatan disposabel DI adalah 1728 miliar rupiah.

2). Contoh Soal Ujian Nasional UN Perhitungan Personal Income

Perhatikan data data perekonomian suatu negara pada table terlampir. Hitunglah nilai personal income dari negara tersebut. Satuan uang triliun rupiah.

Contoh Tabel Perihtungan Personal Income
Contoh Tabel Perhitungan Personal Income

Menghitung Personal Income

Berdasarkan data perekonomian pada table tersebut, besarnya personal income PI dapat dinyatakan dengan menggunakan persamaan rumus berikut

PI = GNP – P – PTL – LT – IS – JS + TP

PI = Personal income

GNP = gross national product

P = D = penyusutan

PTL = pajak tidak langsung

LT = laba ditahan

IS = iuran sosial

JS = Jaminan sosial

TP =transfer payment

Dengan demikian besarnya personal income adalah

PI = 7500 – 500 – 1000 – 200 – 0 – 0 + 500

PI = 6300

Jadi personal income pada perekonomian nergara tersebut adalah 6300 triliun rupiah.

3). Contoh Soal Ujian Perhitungan Transfer Payment

Diketahui data data perekonomian suatu negara seperti ditunjukkan dalam table. Satuan uang dalam triliun. Hitunglah besar transfer payment pada perekonomian negara tersebut.

Contoh Tabel Perihtungan Transfer Payment
Contoh Tabel Perhitungan Transfer Payment

Menghitung Transfer Payment Negara

Berdasarkan data tersebut, besar transfer payment  dapat dinyatakan dengan menggunakan rumus seperti berikut

PI = PNB – P – PTL – PP – LT – IS + TP

PI = personal income

PNB = produk nasional bruto

P = D = Penyusutan

PTL = Pajak tidak langsung

PP = Pajak perseorangan

LT = laba ditahan

IS = Iuran sosial

TP = transfer payment

Dengan demikian nilai transfer payment nya adalah

TP = PI – PNB + P + PTL + PP + LT + IS

TP = 1700 – 2900 + 700 + 300 + 100 + 125 + 175

TP = 200

Jadi besar transfer payment TP adalah 200 triliun rupiah.

Transfer Payment adalah penerimaan penerimaan yang bukan merupakan balas jasa produksi tahun bersangkutan. Melainkan diambil dari sebagian pendapatan nasional satu tahun sebelumnya.

Pada table di atas, yang termasuk dalam kelompok transfer payment adalah: Pajak Perseorangan, laba ditahan dan iuran sosial.

4). Contoh Soal Ujian Pendapatan Nasional

Pendapatan perseorangan (Personal income) adalah ….

1) pendapatan nasional dikurangi pajak tidak langsung

2) sama dengan pendapatan sektor nasional

3) jumlah pendapatan sektor rumah tangga yang dibelanjakan dalam satu tahun

4) jumlah upah yang ditambah bunga yang diterima sektor rumah tangga dalam satu tahun

5) jumlah pendapatan yang diterima sektor rumah tangga dalam satu tahun

Seandainya materi ini memberikan manfaat, dan anda ingin memberi dukungan motivasi pada ardra.biz, silakan kunjungi SociaBuzz Tribe milik ardra.biz di tautan berikut https://sociabuzz.com/ardra.biz/tribe

    Daftar Pustaka:

    1. Mankiw, N., Gregory, 2003, “Teori Makroekonomi”, Edisi Kelima, Penerbit Erlangga, Jakarta.
    2. Jhingan, M.L., 2008, “Ekonomi Pembangunan Perencanaan”, Edisi Pertama, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.
    3. Samuelson, A., Paul. Nordhaus, D., William, 2004, “Ilmu Makro Ekonomi”, Edisi 17, PT Media Global Edukasi, Jakarta.
    4. Sukirno, Sadono, 2008, “Makroekonomi Teori Pengantar”, Edisi Ketiga, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.
    5. Prasetyo, P., Eko, 2011, “Fundamental Makro Ekonomi”, Edisi 1, Cetakan Kedua, Beta Offset, Yogyakarta.
    6. Putong, Iskandar. Andjaswati, N.D., 2008, “Pengantar Ekonomi Makro”, Edisi Pertama, Penerbit Mitra Wacana Media, Jakarta.
    7. Firdaus, R., Ariyanti, M., 2011, ”Pengantar Teori Moneter serta Aplikasinya pada Sistem Ekonomi Konvensional dan Syariah”, Cetakan Kesatu, AlfaBeta, cv, Bandung.
    8. Ardra.Biz, 2019, “Konsep Pendapatan Nasional, Pengertian Jenis Pendapatan Nasional, Pengertian Pendapatan Nasional, produk nasional, Faktor yang mempengaruhi pendapatan nasional, Jenis Pendapatan Nasional, Pengertian Konsep Pendapatan Nasional, Rumus Pendapatan Nasional,
    9. Ardra.Biz, 2019, “Rumus menghitung PDB, Rumus GNP, Rumus NNI, Gross Domestic Product (GDP) atau Product Domestik Bruto (PDB), Cara Hitung Gross Domestic Product (GDP), Pengertian nilai tambah (value added), Contoh Hitung nilai tambah,
    10. Ardra.Biz, 2019, “Contoh Perusahaan Asing Yang Dihitung Dalam GDP, Contoh Perusahaan Indonesia Yang Tidak Dihitung GDP, Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Cara Hitung Produk Domestik Broto, Rumus Produk Domestik Broto, Gross National Product (GNP),
    11. Ardra.Biz, 2019, “Produk Nasional Bruto (PNB), Produksi Nasional Kotor (GNP), Rumua menghitung Produksi Nasional Kotor (GNP), Net Factor Income to Abroud, Pendapatan Neto ke luar negeri, Net National Product (NNP) atau Produk Nasional Netto,
    12. Ardra.Biz, 2019, “Rumus menghitung Net National Product (NNP), Pengertian Produk Nasional Netto, Rumus hitung Net National Income (NNI), Pengertian Pendapatan Nasional Netto, Rumus Hitung Pendapatan nasional Bersih (NNI), Pengertian Pajak Tidak Langsung,  Contoh barang kena pajak tidak langsug, Personal Income (PI),
    13. Ardra.Biz, 2019, “Rumus Hitung Pendapatan perseorangan (PI), Pengertian transfer payment, Contoh transfer payment, Pengertian Laba Ditahan, Contoh Laba Ditahan,  Iuran Jaminan Sosial atau social security, Contoh Iuran Jaminan Sosial atau social security, Disposible Income (DI),
    14. Ardra.Biz, 2019, “Rumus Hitung Pendapatan Bebas (DI, Pengertian Pajak Langsung, Contoh Pajak Langsung, Pendapatan Dibawa Pulang, Take Home Pay /THP, Contoh Tabel Perhitungan Pendapatan Nasional, Contoh Soal Ujian Pendapatan Nasional,

    Arus AC Bolak Balik: Pengertian Tegangan Efektif Maksimum Reaktansi Induktif Kapasitif Impendansi Fasor Contoh Soal Rumus Perhitungan Sudut Fase Rangkaian RLC 14

    Pengertian Arus Bolak Balik AC, Arus listrik bolak – balik adalah arus listrik yang memiliki nilai sesaatnya berubah- ubah dari nilai negative hingga positif. Nilai negatif inilah yang menunjukkan arah yang terbalik. Nilai yang sesuai dengan keadaan ini yang paling banyak digunakan adalah fungsi sinus.

    Sumber Arus Listrik

    Sumber arus listrik adalah alat yang dapat menghasilkan arus listrik. Sumber arus listrik dikelompokkan menjadi dua, yaitu sumber arus listrik searah atau sumber DC (Direct Current) dan sumber arus listrik bolak-balik atau sumber AC (Alternating Current).

    Alat Ukur Listrik AC-DC

    Alat yang dapat menunjukkan bentuk dari arus DC dan bentuk arus AC adalah Osiloskop. Perbedaan Bentuk arus DC dan bentuk arus AC yang tampak pada layar osiloskop ditunjukkan pada gambar berikut.

    Alat Ukur Listrik AC DC Osiloskop
    Alat Ukur Listrik AC DC Osiloskop

    Arus listrik bolak- balik arahnya selalu berubah secara periodik terhadap waktu. Nilai arus dan tegangan bolak balik selalu berubah- ubah menurut waktu, dan mempunyai pola grafik simetris yang berupa fungsi sinusoida. Sedangkan arus searah memiliki tegangan yang selalu tetap setiap saat. Tegangan dan arus membentuk garis lurus atau linier.

    Kurva Grafik Fungsi Sinusiodal Tegangan Arus Bolak Balik AC DC
    Kurva Grafik Fungsi Sinusiodal Tegangan Arus Bolak Balik AC DC

    Arus Bolak Balik AC

    Arus bolak- balik atau arus Alternating Current biasa disingkat arus AC adalah suatu arus listrik yang arahnya membalik dengan frekuensi f. Arus listrik bolak- balik arahnya selalu berubah secara periodik terhadap waktu. Nilai arus dan tegangan bolak balik selalu berubah- ubah menurut waktu, dan mempunyai pola grafik simetris berupa fungsi sinusoida.

    Dalam kehidupan sehari- hari, arus bolak- balik AC banyak digunakan  untuk keperluan rumah tangga, perusahaan kantor dan pabrik, juga untuk penerangan umum seperti jalan raya, taman dan sebagainya.

    Contoh Sumber Arus Bolak Balik AC

    Sumber arus bolak- balik adalah sumber arus yang menghasilkan arus bolak-balik, misalnya dinamo sepeda, generator arus bolak-balik, arus bolak-balik dari jaringan perusahaan listrik seperti PLN. Arus listrik yang dipasok ke rumah -rumah dan kantor kantor oleh perusahaan listrik sebenarnya adalah arus listrik bolak- balik (AC).

    Beberapa peralatan yang terdapat dalam rumah tangga diantaranya adalah setrika listrik, kompor listrik, televisi, kipas angin, dan sebagainya.

    Arus Searah DC

    Arus searah  atau arus Direct Current biasa disingkat dengan arus DC adalah suatu arus listrik yang aliran muatan netto hanya dalam satu arah.

    Dalam kehidupan sehari- hari, arus searah banyak digunakan pada kendaraan bermotor, baik roda empat maupun roda dua, alat permainan anak, lampu penerangan kecil, misalnya lampu senter.

    Sumber Arus Searah DC

    Sumber arus searah suatu alat untuk menghasilkan beda potensial antara dua titik dalam suatu rangkaian.

    Contoh Sumber Arus Searah

    Contoh sumber arus searah adalah batu beterai, aki (atau accumulator), sel surya (atau solar cell), dan sebagainya. Pada umumnya Beda potensial pada sumber arus listrik searah adalah 1,5 V, 6 V, 12 V, 24 V dan sebagainya.

    Alat Penyearah Arus

    Arus searah dapat pula dibuat dari sumber arus bolak balik AC dengan mengunakan alat penyearah arus. Contoh Alat penyearah arus adalah adaptor atau rectifier.

    Dalam kehidupan sehari- hari penggunaan sumber arus bolak balik lebih banyak menggunakan tegangan bolak-balik misalnya sumber listrik dari Pusat Listrik Negara (PLN). Pada sumber  arus bolak balik pada umumnya mempunyai tegangan efektifnya adalah 220 V. Tegangan efektif artinya besar tegangan arus listrik bolak- balik yang memberi akibat sama dengan arus searah, khususnya dalam hal energi dan daya listrik.

    Sebagian peralatan rumah kantor sebenarnya menggunakan arus searah, namun peralatan tersebut dalam pemakaiannya langsung pada arus bolak balik. Hal ini karena peralatan listriknya sudah terdapat penyearah arus.

    Laptop merupakan contoh peralatan yang menggunakan arus searah, namun dapat langsung dipasang atau dihubungkan pada sumber arus bolak balik dengan menggunakan adaptor,

    Tegangan Arus Bolak Balik Sinusiodal

    Arus listrik bolak – balik adalah arus listrik yang memiliki nilai sesaatnya berubah- ubah dari nilai negative hingga positif. Nilai negatif inilah yang menunjukkan arah yang terbalik. Nilai yang sesuai dengan keadaan ini yang paling banyak digunakan adalah fungsi sinus.

    Grafik Fungsi dan Rumus Tegangan Arus Bolak Balik Sinusiodal
    Grafik Fungsi dan Rumus Tegangan Arus Bolak Balik Sinusiodal

    Tegangan dan arus sinusoidal adalah tegangan dan arus yang berubah terhadap waktu menurut fungsi sinus.

    Rumus Tegangan Bolak Balik AC

    Tegangan arus bolak-balik yang memenuhi fungsi sinus ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

    V = Vm sin ωt

    Dengan keterangan

    V = tegangan sesaat, V

    Vm = tegangan maksimum/puncak, V

    ω= 2.π.f = frekuensi sudut, rad/s

    f = frekuensi, Hz

    t = waktu, s, detik

    T = periode, s, detik

    Besar t disebut juga sebagai sudut fase (rad). Dari persamaannya diketahui bahawa nilai tegangan arus bolak balik bervariasi antara -Vm sampai dengan +Vm.

    Ketika sumber tegangan dihubungkan dengan rangkaian luar, arus listrik bolak balik akan mengalir pada rangkaian.

    Rumus Kuat Arus Bolak Balik AC

    Kuat arus listrik bolak balik dapat dinyatakan dengan menggunakan persamaan rumus berikut

    I = Im sin (ωt + φ)

    Dengan keterangan

    I = arus sesaat, A

    Im = arus maksimum, puncak A

    φ= sudut fase antara arus I dengan tegangan V

    Dengan ωt atau (ωt + φ) disebut sudut fase yang sering ditulis dengan lambang θ. Sedangkan besarnya selisih sudut fase antara kedua gelombang tersebut disebut beda fase.

    Berdasarkan persamaan antara tegangan dan kuat arus listrik tersebut dapat dikatakan bahwa antara tegangan dan kuat arus listrik terdapat beda fase sebesar φ. Dapat dikatakan pula bahwa arus mendahului tegangan dengan beda fasenya sebesar φ.

    Seperti juga tegangan, nilai arus listrik bolak balik memiliki nilai yang bervariasi dari -Im sampai dengan +Im.

    Contoh Soal Dan Pembahasan Di Akhir Artikel,

    Nilai Rata Rata Tegangan Arus Bolak Balik

    Nilai rata-rata arus bolak-balik yaitu nilai arus bolak- balik yang setara dengan arus searah untuk memindahkan sejumlah muatan listrik yang sama dalam waktu yang sama pada sebuah penghantar yang sama.

    Rumus Tegangan Rata Rata AC

    Harga rata- rata dari tegangan dan arus bolak- balik dapat ditentukan dengan mengambil setengah periode dari gelombang sinusoidal (π). Dari sini dapat dihitung Nilai  rata- ratanya, yaitu:

    Vr = 2Vm

    Dengan Keterangan:

    Vr = tegangan rata-rata

    Vm=  tegangan maksimum

    Rumus Arus Rata Rata

    Sedangkan  harga arus rata- ratanya adalah:

    Ir = 2Im

    Dengan Keterangan:

    Ir = kuat arus rata-rata

    Im. = kuat arus maksimum

    Nilai Efektif RMS Tegangan Arus Bolak Balik

    Untuk mengukur besarnya tegangan dan kuat arus listrik bolak balik (AC = Alternating Current) digunakan nilai efektif.

    Yang dimaksud dengan nilai efektif arus dan tegangan bolak balik yaitu nilai arus dan tegangan bolak-balik yang setara dengan arus searah yang dalam waktu yang sama jika mengalir dalam hambatan yang sama akan menghasilkan kalor yang sama.

    Semua alat -alat ukur listrik yang digunakan untuk mengukur arus bolak- balik menunjukkan nilai efektifnya.

    Rumus Arus Efektif

    Nilai arus efektif atau disebut juga sebagai RMS (root mean square) dari arus bolak balik dapat dinyatakan dengan menggunakan persamaan rumus berikut

    Ief = Im/(2)0,5

    Ief = 0,707 Im

    Rumus Tegangan Efektif 

    Tegangn efektif dari arus bolak balik dapat dinyatakan dengan persamaan rumus berikut

    Vef = Vm/(2)0,5

    Vef = 0,707 .Vm

    Dengan Keterangan

    Vef = tegangan efektif

    Ief = kuat arus efektif

    Vm = tegangan maksimum

    Im = Kuat arus maksimum

    Contoh Soal Dan Pembahasan Di Akhir Artikel,

    Reaktansi Induktif

    Reaktansi induktif adalah hambatan yang terjadi pada inductor jika dirangkai dengan sumber tegangan bolak balik.

    Rumus Reaktansi Induktif

    Reaktansi induktif dapat dinyatakan dengan menggunakan persamaan rumus berikut:

    XL = ωL

    XL = 2.π.f. L

    Dengan keterangan

    XL = reaktansi induktif, Ohm, Ω

    f = frekuensi, Hz

    ω= frekuensi sudut, rad/s

    L = induktansi inductor, H

    Reaktansi Kapasitif

    Reaktansi kapasitif adalah hambatan yang terjadi pada kapasitor ketika dirangkai dengan sumber tegangan bolak balik.

    Rumus Reaktansi Kapasitif

    Besarnya reaktansi kapasitif dapat dinyatakan dengan menggunakan persamaan rumus berikut

    XC = 1/(ω.C)

    XC = 1/(2.π.f.C)

    XC = reaktansi induktif, Ohm, Ω

    f = frekuensi, Hz

    ω= frekuensi sudut, rad/s

    C = kapasitas kapasitor (farad)

    Rangkaian Seri R-L-C

    Sifat rangkaian RLC seri adalah arus yang melintasi pada R, L dan C memiliki nilai yang sama. Artinya nilainya sama dan fasenya juga sama. Sedangkan untuk tegangannya berbeda yang berarti berbeda fase dan nilainya.

    Tegangan V Rangkaian R-L-C

    V= [V2 +(VL – VC)2]0,5

    V2 = V2 +(VL – VC)2

    tan j = (VL – VC)/VR

    Rumus Impedansi Z Rangkaian R-L-C

    Z = [R2 +(XL – XC)2]0,5

    Z2 = R2 +(XL – XC)2

    Z = V/I

    tan φ = (XL – XC)/R

    Dengan keterangan

    φ = sudut fase antara arus I dengan tegangan V

    VL = tegangan ujung ujung L, volt

    VC = tegangan ujung ujung C, volt

    VR = tegangan ujung – ujung R, volt

    I = kuat arus, A

    R = hambatan, Ohm, Ω

    Diagram Fasor Arus dan Tegangan Rangkaian Seri R-L-C

    Fasor berasal dari kata ”phase” dan ”vector” dalam bahasa inggris yang artinya adalah ”vektor fase”. Fasor digunakan untuk menyatakan besaran- besaran dalam arus bolak- balik, misalnya tegangan dan arus.

    Diagram Fasor Tegangan Arus Bolak Balik Rangkaian Seri R-L-C
    Diagram Fasor Tegangan Arus Bolak Balik Rangkaian Seri R-L-C

    Contoh Soal Dan Pembahasan Di Akhir Artikel,

    Daya Listrik Arus Bolak Balik

    Nilai  efektif tegangan dan arus bolak balik adalah harga yang terbaca pada alat ukur voltmeter maupun amperemeter AC.

    Nilai efektif sangat berguna karean digunakan untuk menghitung daya listrik. Yang dinyatakan dengan persamaan rumus berikut:

    Arus atau tegangan searah yang sama dengan arus atau tegangan efektif akan menghasilkan daya yang sama ketika dilewatkan pada hambatan yang sama.

    Jadi nilai arus atau tegangan efektif adalah nilai atau tegangan bolak balik yang menghasikan daya yang sama dengan daya yang dihasilkan arus atau tegangan searah ketika dilewatkan pada hambatan yang sama.

    Pada saat dialiri arus bolak-balik, komponen-komponen listrik akan menyerap energi dengan daya yang diserap memenuhi persamaan berikut.

    P = (Ief)2.R

    Vef = Ief.R –> R = Vef/Ief sehingga

    P = Vef . Ief . cos φ

    cos φ disebut dengan faktor daya. Nilai cos φ dapat ditentukan dari diagram fasor.

    Dengan ketarangan

    P = daya listrik, watt

    Ief = arus efektif, A

    R = hambatan resistor, ohm

    1). Contoh Soal Perhitungan Hasil Pengukuran Tegangan Dan Arus Bolak Balik

    Dari hasil pengukuran dengan menggunakan  ampermeter dan voltmeter diperoleh data arusnya 5 A dan tegangannya 220 V. Tentukan berapa nilai kuat arus maksimum dan tegangan maksimumnya!

    Diketahui:

    I = 5A

    V = 220 V

    Rumus Menghitung Kuat Arus Maksimum Bolak Balik AC

    Kuat arus maksimum dapat ditentukan dengan menggunakan rumus berikut

    Imak = I √2

    Imak = 5 x 1,41

    Imak= 7,07 A

    Jadi kuat arus maksimum adalah 7,07 A

    Rumus Mencari Tegangan Maksimum Bolak Balik AC

    Tegangan maksimum dapat ditentukan dengan menggunakan rumus berikut

    Vmak = V √2

    Vmak = 220 x 1,41

    Vmak = 311,1 Volt

    jadi tegangan maksimum adalah 310,2 volt

    2). Contoh Soal Peritungan Nilai Rata Efektif Tegangan Arus Bolak Balik AC,

    Sebuah generator menghasilkan tegangan sinusoidal dengan persamaan V = 100 sin 100 πt. dengan V dalam volt, t dalam detik. Tentukanlah harga tegangan efektif dan rata-ratanya!

    Diketahui:

    V = 100 sin 100πt

    Dari persamaannya diketahui bahwa teganga nmaksimum adalah

    Vmaks = 100volt

    Vef = tegangan efektif

    Vr = Tegangan rata rata

    Rumus Menentukan Tegangan Efektif Arus Bolak Balik AC

    Tegangan efektifnya dapat dihitung dengan rumus berikut

    Vef = 0,707. Vmaks

    Vef = 0,707 x 100 volt

    Vef = 70,7 volt

    Rumus Menentukan Tegangan Rata Rata Arus Bolak Balik AC

    Tegangan rata -ratanya dapat dihitung cara seperti ini

    Vr = 100/π volt

    Vr = 31,8 volt

    3). Contoh Soal Perhitungan Rumus Tegangan dan Arus Efektif

    Arus bolak balik mengalir pada penghantar memenuhi persamaan I = 20 sin100πt dengan I dalam amper dan t dalam detik. Tentukanlah…

    • Arus maksimum
    • Arus efektif
    • Arus rata rata
    • Frekuensi arus

    Diketahui:

    I = 20 sin100πt

    Arus Maksimumnya adalah

    Persamaan umum arus bolak balik adalah

    I = Im sin ωt dan

    I = 20 sin100πt

    Maka arus maksimumnya adalah

    Im = 20 A

    Arus Efektifnya adalah

    Ief = Im/(2)0,5

    Ief = 14,1 A

    Arus Rata Ratanya adalah

    Ir = 2Im

    Ir = (2x 20)/3,14

    Ir = 12,74 A

    4). Contoh Soal Perhitungan Arus Rata Rata Pada Resistor Sumber Tegangan AC

    Sebuah hambatan R yang memiliki resistansi 22 Ω dihubungkan dengan sumber tegangan AC yang memenuhi persamaan V = 220 sin 200t, tentukan besarnya arus rata-rata yang mengalir pada hambatan tersebut

    Contoh Soal Perhitungan Arus Rata Rata Pada Resistor Sumber Tegangan AC
    Contoh Soal Perhitungan Arus Rata Rata Pada Resistor Sumber Tegangan AC

    Diketahui :

    R = 22 Ω

    V = 220 sin 200t,

    Dari persamaan tegangan diketahui bahwa

    Vmax = 220 Volt

    Rumus Menghitung Kuat Arus Rata Rata Hambatan Resistor Pada Tegangan AC

    Kuat arus rata rata yang melalui hambatan dengan tegangan AC dapat dirumuskan seperti berikut:

    Irata = (2 x Imak)/π

    Harus mencari nilai Imak dahulu

    Rumus Menghitung Kuat Arus Maksimum Pada Hambatan Resistor

    Kuat arus maksimum hambatan pada tegangan AC dinyatakan dengan rumus berikut

    Imak = Vmak/R

    Imak = 220/22

    Imak = 10 A

    Sehingga kuat arus rata ratanya dapat dihitung seperti berikut

    Irata = (2 x Imak)/π

    Irata = (2 x 10)/π

    Irata = 6,37 A

    Jadi kuat arus rata rata yang mengalir pada resistor adalah 6,37 A

    5). Contoh Soal Membuat Persamaan Tegangan Arus AC Bolak Balik

    Sebuah sumber tegangan arus bolak balik sinusoidal berfrekuensi 60 Hz sedang diukur oleh voltmeter arus bolak balik. Tergangannya terbaca sebasar 110 V. Hitung tegangan maksimum dan buatkan persamaan tegangan sesaatnya.

    Diketahui;

    f = 60 Hz

    V = 110 V

    Tegangan yang terbaca oleh voltmeter AC adalah tegangan efektif.

    Rumus Perhitungan Tegangan Maksimum Arus Bolak Balik AC

    Tegangan Maksimum Arus Bolak balik AC dapat dihitung sepertin berikut

    Vmak = V √2

    Vmak = 110 x 1,41

    Vmak = 155,5 Volt atau dibulatkan

    Vmak = 156 Volt

    Menghitung Kecepatan Sudut Tegangan AC Bolak Balik

    Kecepatan sudutnya adalah

    ω = 2 π f (rad/s)

    ω = 2 π 60

    ω = 120 π

    Cara Membuat Persamaan Tegangan AC Sesaat

    Persamaan Tegangan sesaat AC secara umum dapat dinyatakan sebagai berikut

    V = Vmak sin (ωt) sehingga

    V = 156 sin (120 πt)

    6). Contoh Soal Cara Baca Ampermeter Arus Bolak Balik Pada Ujung Resistor

    Sumber tegangan bolak balik AC mempunyai persamaan V = 100 sin 120 πt dihubungkan pada sebuah resistor R berhambatan 10 Ω. Hitung berapa pembacaan pada ampermeter yang dihubungkan secara seri dengan resistor.

    Contoh Soal Cara Baca Ampermeter Arus Bolak Balik Pada Ujung Resistor
    Contoh Soal Cara Baca Ampermeter Arus Bolak Balik Pada Ujung Resistor

    Diketahui:

    R = 10 Ω

    V = 100 sin 120 πt

    dari persamaannya diketahui bahwa

    Vmak = 100 volt

    Arus yang terbaca pada amperemeter adalah arus efektif, dan tegangan yang digunakan untuk menghitung arus efektif adalah tegangan efektif

    Rumus Menentukan Tegangan Efektif Pada Arus Bolak Balik Hasil Amperemeter

    Besarnya tegangan efektif dapat dirumuskan sebagai berikut;

    Vef = Vmak/√2

    Vef = 100/√2

    Vef = 70,7 V

    Tegangan sebesar 70,7 V adalah tegangan efektif atau RMS (root mean square) pada resistor

    Arus yang terbaca adalah arus efektif dan dapat dihitung dengan rumus berikut

    Ief = Vef/R

    Ief = 70,7/10

    Ief = 7,07 A

    Jadi, arus yang terbaca oleh amperemeter adalah 7,07 A

    7). Contoh Soal Perhitungan Nilai Kuat Arus Maksimum Efektif

    Suatu hambatan sebesar 10 Ω dihubungkan dengan sumber tegangan AC sebesar V= 120 sin ωt. Tentukanlah

    a). Kuat arus maksimum yang melalui hambatan,

    b). Kuat arus efektif yang melalui hambatan

    Diketahui:

    R = 10 Ohm

    V= 120 sin ωt

    Dari persamaan tegangan diketahui bahwa

    Vmak = 120 Volt

    Rumus Menghitung Kuat Arus Maksimum Pada Hambatan Resistor

    Besarnya kuat arus maksimum yang melelui hambatan dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:

    Imak = Vmak/R

    Imak = 120/10

    Imak = 12 A

    Jadi arus maksimum yang melalui hambatan resistor adalah 12 A.

    Rumus Menentukan Kuat Arus Efektif Pada Resistor

    Besarnya kuat arus efektif yang melelui hambatan dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:

    Ief = Imax/√2

    Ief  = 12/√2

    Ief = 8,49A

    Jadi kuat arus efektif yang melalui resistor adalah 8,49 A

    8). Contoh Soal Perhitungan Reaktansi Induktif  Dan Kuat Arus Pada Induktor

    Sebuah induktor L mempunyai induktansi 0,1 H dihubungkan dengan sumber tegangan AC yang mempunyai tegangan V = 24 sin 120π t. Hitunglah :

    a). Reaktansi induktif,

    b). Kuat arus maksimum yang mengalir pada induktor

    Contoh Soal Perhitungan Reaktansi Induktif  Dan Kuat Arus Pada Induktor
    Contoh Soal Perhitungan Reaktansi Induktif Dan Kuat Arus Pada Induktor

    Diketahui

    L = 0,1 H

    V = 24 sin 120π t

    Dari persamaan tegangan diperoleh bahwa

    Vmax = 24 Volt

    ω = 120 π rad/s atau

    ω = 2 π f  sehingga

    f = 60 Hz

    Rumus Mencari Reaktansi Induktif  Pada Tegangan AC

    Reaktansi induktif suatu inductor dihubungkan dengan sumuber tegangan AC dapat dinyatakan dengan menggunakan persamaan berikut

    XL = ω L atau

    XL = 2. π .f .L

    XL = (2)(3,14)(60)(0,1)

    XL = 37,68 Ω

    Jadi reaktansi induktif dari inductor yang dihubungkan dengan tegangan AC adalah 37,68 Ω

    Rumus Mencari Kuat Arus Maksimum Pada Induktor Bertegangan AC

    Kuat arus maksimum yang mengalir pada inductor yang terhubung dengan tegangan AC dapat dihitung dengan rumus berikut:

    Imak = Vmak/XL

    Imak = 24/3,768

    Imak = 0,637 A

    Jadi kuat arus maksimum pada inductor bertegangan AC adalah 0,637 A

    9). Contoh Soal Perhitungan Tegangan AC Sesaat Pada Induktor

    Sebuah induktor L dengan induktansi 0,4 Henry dialiri arus listrik bolak- balik yang nilainya memenuhi persamaan I = 5 sin 100 t. Tentukan nilai sesaat tegangan di ujung- ujung induktornya

    Diketahui:

    L = 0,4 H

    I = 5 sin 100 t

    Dari nilai Persamaan kuat arus I, dapat diperoleh data berikut

    ω = frekuensi sudutnya

    ω = 100 rad/s

    Imak = 5 A

    Rumus Menentukan Reaktansi Induktif Dari Induktor

    Reaktansi induktifnya dapat dirumuskan dengan menggunakan persamaan berikut :

    XL = ω L

    XL = 100 x 0,4 = 40 Ω

    Jadi reaktansi inductor yang bertegangan AC adalah 40 Ω

    Rumus Menghitung Tegangan Maksimum Pada Induktor

    Tegangan ujung- ujung induktor dapat diperoleh dari hukum Ohm sebagai berikut.

    Vmak = XL Imak

    Vmak = 40 x 5

    Vmak = 200  volt

    Jadi, tegangan maksimum pada inductor adalah 200 volt

    Membuat Persamaan Tegangan AC Sesaat Pada Ujung Induktor

    Tegangan AC sesaat pada ujung induktor memiliki fase 90o atau  π/2 lebih besar dibanding arusnya, yaitu :

    V = Vmak sin (100 t + π/2) sehingga

    V= 200 sin (100 t + π/2)

    10). Contoh Soal Perhitungan Reaktansi Kapasitif Terhubung Sumber Tegangan AC

    Suatu kapasitor C yang mempunyai kapasitas 50 μF dipasang pada sumber tegangan AC bertegangan V = 110 sin 200t. Tentukan berapa reaktansi kapasitif dan kuat arus yang melalui kapasitor tersebut

    Contoh Soal Perhitungan Reaktansi Kapasitif Terhubung Sumber Tegangan AC
    Contoh Soal Perhitungan Reaktansi Kapasitif Terhubung Sumber Tegangan AC

    Diketahui

    C = 50 μF = 5 x10-5 F

    V = 110 sin 200t

    Dari persamaan tersebut diketahui bahwa

    Vmax = 110 Volt

    ω = 200 rad/s.

    Rumus Menghitung Reaktansi Kapasitif Kapasitor Dihubungkan Tegangan AC

    Reaktansi Kapasitif dapat dihitung dengan rumus seperti berikut

    XC = 1/(ω.C)

    XC = 1/(200 x 5 x10-5)

    XC = 100 Ohm

    Rumus Mencari Kuat Arus Pada Kapasitor Dihubungkan Tegangan Arus AC

    Besarnya kuat arus yang mengalir pada kapasitor bertegangan arus AC dapat dinyatakan dengan rumus berikut:

    Imak = Vmak/XC

    Imak = 110/100

    Imak = 1,1 A

    11). Contoh Soal Perhitungan Persamaan Tegangan Arus AC Pada Kapasitor

    Sebuah kapasitor 200 μF dihubungkan dengan sumber tegangan arus bolak- balik. Arus yang mengalir pada rangkaian adalah I = (10.sin100t) A. Tentukan persamaan tegangan pada kapasitor tersebut

    Diketahui:

    C = 200 μF

    C = 2×10-4 F

    I = (10.sin100t) A

    Rumus Perhitungan Persamaan Kuat Arus AC Bolak Balik

    Persamaan kuat arus bolak balik secara umum dapat dinyatakan dengan rumus berikut

    I = (Imak sin ωt )A

    I = (10.sin100t) A

    Sehingga diperoleh data kuat arus maksimum dan frekuensi sudutnya

    Imak = 10 A,

    ω = 100 rad/s

    Sedangkan persamaan umum tegangan arus AC yang melalui kapasitor adalah

    V = Vmak sin (ωt – π/2)

    Perlu mencari nilai Vmak terlebih dahulu

    Rumus Mencari Tegangan Maksimum Pada Kapasitor Berarus AC

    Tegangan maksimum yang bekerja pada kapasitor dapat dinyatakan dengan persmaan berikut

    Imak = Vmak/Xatau

    Vmak = Imak x XC

    Untuk mendapatkan nilai Vmak perlu menghitung dulu reaktansi kapasitif XC

    Rumus Mencari Nilai Reaktansi Kapsitif XC Kapasitor

    Reaktansi kapisitif XC dapat dihitung dengan rumus berikut

    XC = 1/( ω C)

    XC = 1/(100 x 2 x 10-4)

    XC = 50 Ohm

    Jadi nilai reaktansi kapasitif adalah 50 Ω, sehingga tegangan maksimumnya adalah

    Vmak = Imak x XC

    Vmak = 10 x 50

    Vmak = 500 volt

    Membuat Persamaan Tegangan Arus AC Yang Melalui Kapasitor

    Persamaan umum tegangan arus AC pada kapasitor dapat ditulis seperti berikut

    Vmak = 500 volt

    ω = 100 rad/s

    V = 500 sin (100 t – π/2)

    12). Contoh Soal Perhitungan Impendansi Rangkaian Seri Resistor Induktor R- L

    Sebuah induktor L yang mempunyai induktansi sebesar 0,04 H dihubungkan seri dengan resistor R yang memiliki hambatan 6 Ω. Kemudian rangkaian seri R dan L dipasang pada tegangan AC bertegangan V = 100 sin 200 t. Tentukanlah

    a). Reaktansi induktif XL

    b). Impedansi rangkaian Z,

    c). Beda fase arus dan tegangan

    Contoh Soal Perhitungan Impendansi Rangkaian Seri Resistor Induktor R- L
    Contoh Soal Perhitungan Impendansi Rangkaian Seri Resistor Induktor R- L

    Diketahui:

    R = 6 Ω

    L = 0,04 H

    V = 100 sin 200 t

    Dari persamaan tegangan dapat diperoleh data

    Vmax = 100 volt

    ω = 200 rad/s

    Rumus Menghitung Reaktansi Induktif Rangkaian Seri R-L

    Besar reaktansi induktif sebuah inductor dapat dirumuskan dengan persamaan berikut

    XL = ω.L

    XL = 200 x 0,04

    XL = 8 Ω

    Jadi reaktansi induktif inductor adalah 8 Ohm

    Rumus Perhitungan Mencari Impendansi Rangkaian Seri R-L

    Impendansi rangkaian seri resistor dan inductor dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

    Z = √(R2+XL2)

    Z = √(62 + 82)

    Z = √(36 + 64)

    Z = √(100)

    Z = 10 Ω

    Jadi impendansi rangkaian seri R-L adalah 10 Ohm.

    Rumus Mencari Beda Fase Arus Dan Tegangan

    Beda fase antara arus dan tegangan pada rangkaian seri resistor dan inductor R-L dapat dirumuskan dengan menggunakan persamaan berikut

    tg θ = XL/R

    tg θ = 8/6 = 1,33

    θ = arc tg 1,33

    θ = 530

    Jadi beda tegangan antara arus dan tegangan adalah 530

    13). Contoh Soal Perhitungan Impendansi Rangkaian Seri Kapasitor Resistor C-R

    Sebuah kapasitor dengan kapasitas 500 μF disusun seri dengan resist0r berhambatan 30 Ω dihubungkan dengan sumber tegangan AC sebesar V = 100 sin 50t . Tentukan besarnya :

    a). Reaktansi kapasitif,

    b). Impedansi rangkaian,

    c). Kuat arus maksimum,

    d). Beda fase antara arus dan tegangan, dan

    e). Tuliskan persamaan arus sesaatnya

    Contoh Soal Perhitungan Impendansi Rangkaian Seri Kapasitor Resistor C-R
    Contoh Soal Perhitungan Impendansi Rangkaian Seri Kapasitor Resistor C-R

    Diketahui

    R = 30 Ω

    C = 500 μF = 5 x 10-4 F

    V = 100 sin 50t

    Dari persamaan tegangan

    Vmak = 200 volt

    ω = 50 rad/s,

    Rumus Mencari Reaktansi Kapasitif Kapasitor Rangkaian Seri C-R

    Reaktansi kapasitif sebuah kapasitor pada rangkaian seri C-R dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:

    XC = 1/( ω C)

    XC = 1/(50 x 5 x10-4)

    XC = 40 Ω

    Jadi reaktansi kapasitif pada rangkaian C-R adalah 40 Ohm

    Rumus Menentukan Impendansi Z Rangkaian Seri C-R

    Impendansi rangkaian seri kapsitor resistor C-R dapat dirumuskan dengan menggunakan persamaan berikut:

    Z = √(R2+XC2)

    Z = √(302 + 402)

    Z = √(900 + 1600)

    Z = √(2500)

    Z = 50 Ω

    Jadi, impendansi rangkaian seri C-R adalah 50 Ohm

    Rumus Menghitung Kuat Arus Maksimum Rangkaian Seri Resistor Kapasitor C-R

    Kuat arus maksimum yang mengalir pada rangkaian seri C-R dapat diyatakan dengan persamaan berikut

    Imak = Vmak/Z

    Imak = 100/50

    Imak = 2 A

    Jadi kuat arus maksimum yang mengalir pada rangkaian seri C-R adalah 2 A

    Rumus Menghitung Beda Fase Arus Dan Tegangan Rangkaian C-R

    Beda fase antara arus dan tegangan pada rangkaian seri resistor dan kapasitor C-R dapat dirumuskan dengan menggunakan persamaan berikut

    tg θ = XC/R

    tg θ = 40/30 = 1,33

    θ = arc tg 1,33

    θ = 530

    Jadi beda tegangan antara arus dan tegangan pada rangkaian seri C-R adalah 530

    Cara Membuat Diagram Fasor Resistansi Kapasitif dan Hambatan Rangkaian Seri C-R

    Membeuat diagram fasor cukup dengan memplot resistansi resistor R dan reaktansi kapasitf XC sesuai dengan besar hambatannya, seperti ditunjukkan pada gambar di bawah.

    Cara Membuat Diagram Fasor Resistansi Kapasitif dan Hambatan Rangkaian Seri C-R
    Cara Membuat Diagram Fasor Resistansi Kapasitif dan Hambatan Rangkaian Seri C-R

    Sumbu mendapar adalah hambatan resistor R pada 30 Ohm dan sumbu vertical negative adalah reaktansi kapasitif pada 40 Ohm.

    Sudut yang terbentuk menunjukkan perbedaan fase antara arus dan tegangan pada rangkaian seri kapasitor dan resistor C-R

    Besarnya sudut pergeseran antara arus dan tegangan pada rangkaian seri C-R adalah 53o. Tegangan tertinggal terhadap arus sebesar Sudut 530.

    Cara Membuat Persamaan Arus Sesaat Rangkaian Seri C-R

    Persamaan umum arus AC pada rangkaian seri C-R dapat dinyatakan dengan rumus berikut

    I = Imak sin (ωt + θ)

    Dari hasil perhitungan di atas

    Imak = 2A

    θ = 530

    Sehingga persamaan arus sesaatnya adalah

    Imak = 2 sin(ωt + 530)

    14). Contoh Soal Perhitungan Daya Listrik Arus Bolak Balik

    Contoh Soal Perhitungan Rumus Daya Listrik Arus Bolak Balik Rangkaian Seri R-L-C
    Contoh Soal Perhitungan Rumus Daya Listrik Arus Bolak Balik Rangkaian Seri R-L-C

    Perhatikan rangkaian pada Gambar di atas.  R.L.C dirangkai seri. Resistor 80 Ω, induktor 1,1H dan kapasitor 0,2 mF. Pada rangkaian tersebut dialiri arus listrik bolak balik dengan frekuensi 100 rad/s.  Jika diketahui Vbc = 200 volt, maka tentukan:

    1. impedansi rangkaian,
    2. arus efektif yang mengalir pada rangkaian,
    3. tegangan efektif Vad,
    4. beda fase antara tegangan Vad dengan arus yang melewati rangkaian,
    5. daya yang diserap rangkaian !

    Diketahui

    R = 80 Ω

    ω= 100 rad/s

    L = 1,1 H

    C = 0,2 mF = 2. 10-4 F

    Rumus Mencari Reaktansi Induktif  Rangkaian L-R-C

    Reaktansi Induktif Pada Rangkaian R-L-C dapat dirumuskan dengan menggunakan persamaan berikut:

    XL = ωL = 100 . 1,1

    XL = 110 Ω

    Rumus Menentukan Reaktansi Kapasitif Rangakaian Seri R-L-C

    Reaktansi kapasitid Pada Rangkaian R-L-C dapat dihitung dengan rumus berikut

    XC= 1/(ωC)

    XC = 1/(100 x 2×10-4)

    XC = 50 Ω

    Rumus Perhitungan Impendasi Rangkaian Seri R-L-C Arus Tegangan AC

    Impendasi diselesaikan dengan diagram fasor hambatan melalui rumus seperti berikut

    Z = [802+(110 – 50)2]0,5

    Z2 = 802+(110 – 50)2

    Z2 = 802+(60)2

    Z = 100 Ω

    Rumus Menentuka Kuat Arus Efektif Rangkaian Seri R-L-C Arus AC

    Kuat arus efektif rangkaian seri R-L-C dapat dinyatakan dengan rumus persamaan berikut:

    Vbc = VL = 200

    VL = Ief. XL

    200 = Ief. 110

    Ief = 1,82A

    Rumus Perhitungan Tegangan Efektif  Rangkaian Seri R-L-C Tegangan AC

    Tegangan efektif rangkaian seri R-L-C dapat dihitung dengan rumus seperti ini

    Vad = I.Z

    Vad = 1,82 x100

    Vad = 182 volt

    Rumus Mencari Beda Fase Antara Arus dan Tegangan V dan I Rangkaian Seri R-L-C

    Beda Fase atau sudut fase antara arus dan tegangan bolak balik AC rangkaian seri R-L-C dapat dirumuskan dengan persamaan berikut

    tan φ = (XL – XC)/R

    tan φ = (110 – 50)/80

    tan φ = ¾

    tan φ  = 370

    Rumus Menentukan Daya Yang Diserap Rangkaian Seri Listrik R-L-C

    Besarnya daya yang diserap oleh rangkaian seri R-L-C dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut

    P = Vad .I.cos φ

    P = 182 x 2 x cos(370)

    P = 291 watt

    Seandainya materi ini memberikan manfaat, dan anda ingin memberi dukungan motivasi pada ardra.biz, silakan kunjungi SociaBuzz Tribe milik ardra.biz di tautan berikuthttps://sociabuzz.com/ardra.biz/tribe

      Daftar Pustaka:

      1. Ganijanti Aby Sarojo, 2002, “Seri Fisika Dasar Mekanika”, Salemba Teknika,  Jakarta.
      2. Giancoli, Douglas, 2001, “Fisika Jilid 1, Penerbit Erlangga, Jakarta.
      3. Sears, F.W – Zemarnsky, MW , 1963, “Fisika untuk Universitas”, Penerbit Bina Cipta, Bandung,
      4. Giancoli, Douglas C. 2000. Physics for Scientists & Engineers with Modern Physics, Third Edition. New Jersey, Prentice Hall.
      5. Halliday, David, Robert Resnick, Jearl Walker. 2001. Fundamentals of Physics, Sixth Edition. New York, John Wiley & Sons.
      6. Tipler, Paul, 1998, “Fisika untuk Sains dan Teknik”, Jilid 1,Pernerbit Erlangga, alih bahasa: Prasetyo dan Rahmad W. Adi, Jakarta.
      7. Tipler, Paul, 2001, “Fisika untuk Sains dan Teknik”, Jilid 2, Penerbit Erlangga, alih bahasa: Bambang Soegijono, Jakarta.
      8. Arus AC Bolak Balik: Pengertian Tegangan Efektif Maksimum Reaktansi Induktif Kapasitif Impendansi Fasor Contoh Soal Rumus Perhitungan Sudut Fase Rangkaian RLC 14,  Contoh Soal Perhitungan Tegangan Arus Bolak Balik AC Efektif Maksimum Rata Rata,  Contoh Soal Perhitungan Reaktansi Induktif Kapasitif  Rangkaian Seri AC,  Rumus Reaktansi Induktif Reaktansi Kapasitif,  Rumus Tegangan Arus Bolak Balik AC Efektif Maksimum Rata Rata,

      Dinamika Gerak Melingkar: Pengertian, Periode Frekuensi, Kecepatan Percepatan Linear, Sudut Anguler, Gaya Centripetal, Contoh Soal Rumus Perhitungan,

      Pengertian Gerak Melingkar.  Gerak melingkar adalah sebuah gerak yang memiliki lintasan berupa lingkaran.

      Gerak Melingkar Beraturan

      Gerak melingkar beraturan (GMB) merupakan gerak suatu benda yang menempuh lintasan melingkar dengan besar kecepatan tetap. Kecepatan pada GMB besarnya selalu tetap, namun arahnya selalu berubah, dan arah kecepatan selalu menyinggung lingkaran.

      Artinya, arah kecepatan (v) selalu tegak lurus terhadap garis r yang ditarik melalui pusat lingkaran ke titik tangkap vektor kecepatan pada saat itu.

      Lintasan Benda Gerak Melingkar Beraturan
      Lintasan Benda Gerak Melingkar Beraturan

      Periode (T) Gerak Melingkar

      Waktu yang dibutuhkan suatu benda begerak melingkar sebanyak satu putaran penuh disebut periode. Pada umumnya periode diberi notasi T. Satuan SI periode adalah sekon (s).

      Rumus Periode Gerak Melingkar

      Periode gerak melingkar dapat dinyatakan dengan persamaan rumus berikut:

      T = t/N

      Dengan keterangan

      T = periode, s

      N = jumlah putaran

      t = waktu putaran, s

      Frekuensi (f) Gerak Melingkar

      Banyaknya putaran yang ditempuh oleh suatu benda yang bergerak melingkar dalam selang waktu satu detik disebut frekuensi.

      Rumus Frekuensi Geral Melingkar

      Satuan frekuensi dalam SI adalah putaran per sekon atau hertz (Hz). Hubungan antara periode dan frekuensi dapat dinyatakan dengan menggunakan persamaan rumus berikut.

      f = N/t

      Dengan keterangan

      f = frekuensi, Hz

      N = jumlah putaran

      t = waktu putaran, s

      Contoh Soal Perhitungan Periode Frekuensi Gerak Melingkar

      sebuah roda sepeda diputar, dan katup ban pada roda tersebut berputar sebanyak 60 kali putaran selama 15 detik. Tentukan periode dan frekuensi gerak katup tersebut. Berapakah banyak putarannya setelah 20 detik.

      Penyelesaian

      Periode gerak katup sebesar :

      Diketahui

      N = 60

      t = 15 detik

      Menghiitung Periode Gerak Melingkar

      Periode katup roda dapat dinyatakan dengan persamaan rumus berikut:

      T = t/N

      T = 15/60

      T = ¼ detik

      Menghitung Frekuensi Gerak Melingkar

      Frekuensi gerak katup dapat dinyatakan dengan rumus berikut:

      f = N/t

      f = 60/15

      f = 4 Hz

      atau dapat juga menggunakan persamaan frekuensi berikut:

      f = 1/T

      f = 1/(1/4)

      f = 4 Hz

      Menghitung Jumlah Putaran Gerak Melingkat

      Banyaknya putaran setelah menempuk waktu selama t = 20 detik dapat dinyatakan dengan rumus berikut:

      N = t/T

      N = 20/(1/4)

      N = 80 putaran

      Contoh Soal Lainnya Beserta Pembahasan Ada Di Akhir Artikel

      Kecepatan Linear Gerak Melingkar

      Kecepatan linear gerak melingkat adalah Kecepatan benda yang bergerak melingkar dengan arah kecepatan selalu menyinggung lintasan putarannya. Sehingga panjang lintasan benda melingkar sama dengan keliling lingkarannya.

      Kecepatan linear gerak melingkar selalu tegak lurus terhadap garis jari jari r lingkarannya.

      Kecepatan linear (v) merupakan hasil bagi panjang lintasan linear yang ditempuh benda dengan selang waktu tempuhnya.

      Kecepatan linear benda bergerak melingkar dapat dinyatakan dengan menggunakan persamaan rumus berikut:

      v = (2.π.r)/T

      diketahui bahwa T =1/f sehingga dengan substitusi menjadi

      v = 2.π.r.f

      dengan keterangan:

      v = kecepatan linear, (m/s)

      r = radius jari jari lingkaran, m

      f = frekuensi, (Hz)

      Contoh Soal Perhitungan Kecepatan Linear Gerak Melingkar

      Sebuah roda sepeda berputar sebanyak 10 kali putaran tiap satu detiknya dengan kecepatan linearnya adalah 18 m/s. Tentukanlah panjang diameter dari roda sepeda tersebut.

      Jawab

      Diketahui:

      f = 10 Hz

      v = 18 m/s.

      Menghitung Diameter Roda Pada Gerak Melingkar

      Diameter roda dapat dinyatakan Dengan menggunakan persamaan kecepatan linear gerak melingkar

      v = 2.π.r.f

      v = 2. .

      r = v/(2.π.f)

      r = 18/(2×3,14×10)

      r = 0,287 m

      Diketahui bahwa jari jari adalah setengah diameter lingkaran, atau diameter lingkaran sama dengan dua kali jari jari. Dengan demikian

      r = ½ d

      d = 2.r

      d = 2 x 0,287 m

      d = 0,57m = 5,7 cm

      dengan demikian diameter roda sepeda tersebut adalah 5,7 cm

      Contoh Soal Lainnya Beserta Pembahasan Ada Di Akhir Artikel

      Pengertian Radian Gerak Melingkar

      Satuan perpindahan sudut bidang datar dalam SI adalah radian (rad). Nilai radian adalah perbandingan antara jarak linear yang ditempuh benda dengan jari- jari lingkaran.

      Satu radian atau rad didefinsikan sebagai sudut pusat lingkaran yang Panjang busurnya sama dengan Panjang jari jari lingkaran. Pada gambar dapat dilihat Satu rad adalah daerah yang dibatasi oleh garis jari jari hijau r, dan garis busur biru r.

      Pengertian Radian Sudut Dinamika Gerak Melingkar
      Pengertian Radian Sudut Dinamika Gerak Melingkar

      Diketahui bahwa

      Satu keliling = 3600 atau

      Satu keliling = 2π rad sehingga

      2π rad = 3600

      1 rad = 3600/2π

      1 rad = 57,320

      Kecepatan Sudut Anguler Gerak Melingkar

      Kecepatan sudut biasa disebut juga dengan kelajuan anguler. Kelajuan anguler ini dilambangkan dengan ω dan memiliki satuan rad/s.

      Rumus Kecepatan Sudut Anguler Gerak Melingkar
      Rumus Kecepatan Sudut Anguler Gerak Melingkar

      Dalam gerak melingkar beraturan, kecepatan sudut atau kecepatan anguler untuk selang waktu yang sama selalu konstan. Kecepatan sudut didefinisikan sebagai besarnya sudut yang ditempuh tiap satu satuan waktu. Atau Besarnya perubahan sudut ( Δθ ) dalam selang waktu ( Δt ) tertentu disebut kecepatan anguler.

      Untuk partikel yang melakukan gerak satu kali putaran, diperoleh sudut yang ditempuh adalah θ = 2π dan waktu tempuh adalah t = T.

      Rumus Kecepatan Sudut Gerak Melingkar

      Kecepatan sudut (ω) pada gerak melingkar beraturan dapat dinyatakan dengan menggunakan persamaan rumus berikut:

      ω = Δθ/Δt

      Untuk satu putaran penuh, maka

      Δθ/ = 2π

      Δt= T

      Sehingga dapat ditulis ulang menjadi

      ω = 2π/T

      Karena  T = 1/f maka

      Besarnya kecepatan anguler gerak melingkar dapat dinyatakan dengan menggunkan persamaan rumus berikut.

      ω = 2π.f

      Dengan keterangan

      ω = kecepatan sudut (rad/s)

      T = periode (s)

      f = frekuensi (Hz)

      Percepatan sudut dapat pua dinyatakan dengn putaran per menit, biasa disebut cycle per menit atau CPM atau dalam bahasa Indonesia RPM rotasi per menit dapat dalam cps cycle per second atau rotasi per detik.

      Contoh Soal Perhitungan Rumus Persamaan Kecepatan Sudut Anguler Gerak Melingkar

      Sebuah benda yang berada di ujung sebuah piringan putar (compact disc) melakukan gerak melingkar dengan besar sudut yang ditempuh adalah 3/4 putaran dalam waktu 1 detik. Tentukanlah kelajuan sudut dari benda tersebut.

      Jawab

      Diketahui:

      f = (¾)/1 detik = 0,75 Hz

      Jawab

      Menghitung Kelajuan Sudut Gerak Melingkar

      Besar kelajuan sudut piringan putar dapat dinyataka denga rumus berikut:

      ω = 2π.f

      ω = 2×3,14×0,75

      ω = 4,7 rad/detik

      Contoh Soal Lainnya Beserta Pembahasan Ada Di Akhir Artikel

      Hubungan Kecepatan Linear dan Kecepatan Sudut Anguler Gerak Melingkar

      Persamaan rumus kecepatan linear gerak melingkar adalah

      v = 2.π.r.f atau

      v /r = 2.π.f

      Persamaan rumus kecepatan Anguler gerak melingkar adalah

      ω = 2.π.f

      Hubungan antara kecepatan linear dengan kecepatan sudut anguler adalah

      ω = v/r atau

      v = ω .r

      dengan keterangan:

      v = laju linear (m/s),

      ω = laju anguler (rad/s),

      r = jari- jari lintasan (lingkaran) (m).

      Contoh Soal Perhitungan Rumus Kecepatan Linear dan Kecepatan Sudut Anguler

      Sebuah partikel bergerak melingkar dengan kelajuan 8 m/s dan jari- jari lintasannya 1 m. Tentukanlah kelajuan angulernya.

      Jawab

      Diketahui:

      v = 8 m/s, dan

      r = 1 m.

      Menghitung Kelajuan Anguler Gerak Melingkar

      Kelajuan anguler partikel bergerak melingkar dapat dinyatakan Dengan menggunakan persamaan rumus berikut:

       v = ω .r

      ω = v/r

      ω = (8 m/s)/(1 m)

      ω = 8 rad/s

      Contoh Soal Lainnya Beserta Pembahasan Ada Di Akhir Artikel

      Percepatan Centripetal Gerak Melingkar

      Pada gerak melingkar, arah gerak setiap saat berubah walaupun besar kecepatannya konstan atau tetap. Arah kecepatan yang setiap saat berubah ini mengakibatkan adanya percepatan yang selalu mengarah ke pusat lingkaran.

      Percepatan ini sering disebut sebagai percepatan sentripetal. Percepatan sentripetal berfungsi untuk mengubah arah kecepatan. Percepatan sentripetal tidak berfungsi untuk mengubah kecepatan linear, tetapi untuk mengubah arah gerak partikel sehingga lintasannya berbentuk lingkaran.

      Untuk benda yang melakukan gerak melingkar beraturan, benda yang mengalami percepatan, kelajuannya tetap tetapi arahnya yang berubah- ubah setiap saat. Jadi, perubahan percepatan pada GMB bukan mengakibatkan kelajuannya bertambah tetapi mengakibatkan arahnya berubah. Hal ini karena percepatan merupakan besaran vektor (memiliki nilai dan arah).

      Rumus Percepatan Centripetal Gerak Melingkar

      Percepatan centripetal dapat dinyatakan dengan menggunakan persamaan rumus berikut:

      as = v2/r

      as = ω2/r

      as =4. π2. f2. r

      dengan keterangan

      as = percepatan sentripetal (m/s2)

      v = kecepatan linear (m/s)

      r = jari jari lingkaran

      f = fekuensi (Hz)

      Contoh Soal Perhitngan Persamaan Rumus Percepatan Sentripetal

      Seseorang mengendarai sepeda motor melintasi sebuah tikungan berupa lingkaran yang berjari jari 20 m saat akan pergi ke sekolah. Jika kecepatan sepeda motor adalah 10 m/s, maka tentukan percepatan sepeda motor tersebut yang menuju ke pusat lintasan!

      Diketahui :

      r = 20 m

      v = 10 m/s

      Menghitung Percepatan Centripetal Gerak Melingkar

      Percepatan seperda motor dapat dinyatakan dengan menggunakan persamann rumus berikut:

      as = v2/r

      as = (10)2/20

      as = 5 m/s

      Contoh Soal Lainnya Beserta Pembahasan Ada Di Akhir Artikel

      Gerak Melingkar Berubah Beraturan

      Pada gerak melingkar berubah beraturan (GMBB), kecepatan linearnya berubah secara beraturan. Perubahannya dapat bertambah atau berkurang. Jika penambahan atau pengurangan kecepatannya adalah konstan, maka gerakannya dikatakan gerak melingkar berubah beraturan. Ini artinya Gerakan melingkarnya dilakukan dengan percepatan sudut yang konstan.

      Jika perubahan percepatan searah dengan kecepatan, maka kecepatannya akan meningkat. Namun jika perubahan percepatannya berlawanan arah dengan kecepatan, maka kecepatannya menurun.

      Percepatan Sudut Anguler Gerak Melingkar Berubah Beraturab

      Perubahan kecepatan sudut tiap satu satuan waktu dinamakan percepatan sudut. percepatan sudut anguler dapat dinyatakan dengan menggunakan persamaan rumus berikut.

      α= Δω /Δt

      dengan keterangan

      α= percepatan sudut (rad/s2)

      Δω = perubahan kecepatan sudut (rad/s)

      Δt = selang waktu (s)

      Contoh Soal Perhitungan Rumus Percepatan Sudut Anguler Gerak Melingkar

      Sebuah Partikel yang berputar melalui lintasan melingkar berubah kecepatan sudutnya dari 120 rpm menjadi 180 rpm dalam waktu 40 detik. Berapakah percepatan sudut gerak partikel itu?

      Penyelesaian

      Diketahui

      Δt = 40 detik

      ω1 = 120 rpm = 120x(2π/60)

      ω1 = 4πrad/s

      ω2 =180 rpm = 180x((2π/60)

      ω2 =6πrad/s

      jawab

      Menghitung Percepatan Sudut Anguler Gerak Melingkar

      Percepatan sudaut angular partikel yang bergerak melingkar dapat dinyatakan dengan rumus berikut

      Δω = ω2 – ω1

      Δω = 6π rad/s – 4π rad/s

      Δω =  2π rad/s

      Percepatan sudut anguler nya adalah

      α = Δω/Δt

      α= (2π rad/s)/40s

      α= 0,05 π rad/s2

      Contoh Soal Lainnya Beserta Pembahasan Ada Di Akhir Artikel

      Percepatan Tangensial Gerak Melingar Berubah Beraturan

      Pada gerak melingkar berubah beraturan (GMBB), kecepatan linear dapat berubah secara beraturan. Hal ini menunjukkan adanya besaran yang berfungsi untuk mengubah kecepatan. Besaran tersebut adalah percepatan tangensial (at), yang arahnya dapat sama atau berlawanan dengan arah kecepatan linear.

      Rumus Percepatan Tangensial Gerak Melingar Berubah Beraturan
      Rumus Percepatan Tangensial Gerak Melingar Berubah Beraturan

      Rumus Percepatan Tangensial Gerak Melingar Berubah Beraturan

      Percepatan tangensial didapat dari percepatan sudut α dikalikan dengan jari- jari lingkaran r.

      at = α · r

      Dengan Keterangan

      at = percepatan tangensial (m/s2)

      α =  percepatan sudut (rad/s2)

      r = jari-jari lingkaran dalam cm atau m

      Pada Gerak Melingkar Berubah Beraturan, benda mengalami dua jenis percepatan, yaitu percepatan sentripetal (as) dan percepatan tangensial (at). Percepatan sentripetal selalu menuju ke pusat lingkaran, sedangkan percepatan tangensial selalu menyinggung lingkaran.

      Percepatan total dalam Gerak Melingkar Berubah Beraturan adalah jumlah vektor dari kedua percepatan tersebut.

      Perepatan total gerak melingkar berubah beraturan dapat dinyatakan dengan menggunakan persamaan rumus beriktu

      a = (at2 + as2)0,5

      at = percepatan tangensial (m/s2)

      as = percepatan sentripetal (m/s2)

      Sedangkan arah percepatan total terhadap arah radial, yaitu θ dapat dihitung dengan perbandingan tangen seperti persamaan rumus berikut

      tan θ = at/as

      Hubugnan Antar Roda Gerak Melingkar

      Gerak melingkar dapat dipindahkan dari sebuah benda berbentuk lingkaran ke benda lain yang juga berbentuk lingkaran, misalnya antara gir dengan roda pada sepeda, gir pada mesin-mesin kendaraan bermotor, dan sebagainya.

      Hubungan roda-roda pada gerak melingkar dapat berupa sistem langsung yaitu dengan memakai roda-roda gigi atau roda-roda gesek, atau system tak langsung, yaitu dengan memakai streng/rantai/pita. Seperti ditunjukkan pada gambar berikut:

      Hubungan Antar Roda Seporos Sistem Tak Langsung Gerak Melingkar
      Hubungan Antar Roda Seporos Sistem Tak Langsung Gerak Melingkar

      Rumus Hubungan Roda Seporos Gerak Melingkar:

      Roda yang dihubungkan melalui satu poros akan menghisilkan Arah putar roda 1 searah dengan roda 2. Roda seporos memiliki kecepatan sudut sama dan hubungan seporos dapat dinyatakan dengan persamaan berikut:

      ω1 = ω2

      v1/r1 = v2/r2

      Rumus Hubungan Roda Singgungan Gerak Melingkar:

      Pada hubungan roda bersingunggan, arah putar roda 1 berlawanan arah dengan roda 2. Roda bersinggungan mempunyai kecepatan linear sama dan dinyatakan dengan persamaan berikut:

      v1 = v2

      ω1.r1 = ω2.r2

      Rumus Hubungan Roda Dengan Rantai Sabuk Gerak Melingkar:

      Pada hubungan roda dengan rantai ata sabuk, maka sarah putar roda 1 searah dengan roda 2. dan Kelajuan linear roda 1 dan 2 adaah sama atau

      Roda yang dihubungkan dengan sabuk atau rantai dapat diyatakan dengan persamaan berikut

      v1 = v2

      ω1.r1 = ω2.r2

      Keterangan:

      v1 = kecepatan linier roda 1 (m/s)

      v2 = kecepatan linier roda 2 (m/s)

      ω1 = kecepatan sudut roda 1 (rad/s)

      ω2 = kecepatan sudut roda 2 (rad/s)

      r1 = jari-jari roda 1 (m)

      r2 = jari-jari roda 2 (m)

      1). Contoh Soal Perhitungan Peiode Kecepatan Linear Sudat Roda Gerak Melingkar

      Suatu benda bergerak melingkar beraturan dengan radius lintasannya 300 cm. Benda ini berputar 600 kali dalam waktu 5 menit.

      Hitunglah:

      a). periode putaran benda,

      b). kecepatan sudut benda, dan

      c). kecepatan linear benda.

      Diketahui:

      r = 300 cm = 3 m

      N = 600 putaran

      t = 5 menit = 300 detik

      Menghitung Periode Putaran Benda Gerak Melingkar

      Periode putaran benda dapat dinyatakan dengan menggunakan persamaan berikut:

      T = t/N

      T = 300/600

      T = 0,5 detik

      Jadi periode putaran benda yang gerak melingkar adalah 30 detik.

      Menghitung Frekueni Benda Gerak Melingkar

      Frekuensi benda yang bergerak melingkar dapat dinyatakan dengan persamaan rumus berikut

      f = N/t

      f = 600/300

      f = 2 Hz

      Menghitung Kecepatan Sudut Benda Gerak Melingkar

      Kecepatan sudut benda yang bergerak secara melingkar dapat dinyatakan dengan rumus berikut:

      ω = 2.π/T

      ω = 2.π/0,5

      ω = 4π rad/s

      Menghitung Kecepatan Linear Benda Gerak Melingkar

      Kecepatan linear benda yang bergerak secara melingkar dapat dinyatakan dengan rumus berikut:

      v = 2.π.r.f

      v = 2.π.r./T

      v =2.π(3)./0,5

      v = 12π m/s

      2). Contoh Perhitungan Hubungan Roda Gerak Melingkar

      Dua buah roda dihubungkan dengan rantai. Roda yang lebih kecil dengan jari-jari 10 cm diputar pada 100 rad/s.

      a). Berapakah kelajuan linier kedua roda tersebut.

      b). Jika jari-jari roda yang lebih besar adalah 20 cm, berapa rpm roda tersebut berputar.

      Contoh Perhitungan Hubungan Antar Roda Tak Seporos Gerak Melingkar
      Contoh Perhitungan Hubungan Antar Roda Tak Seporos Gerak Melingkar

      Diketahui:

      r1 = 10 cm = 0,1 m

      ω1 = 100 rad/s

      r2 = 20 cm = 0,2 m

      Menghitung Kelajuan Dua Roda Berputar Tidak Seporos

      Dua roda yang dihubungkan dengan rantai, sehingga memiliki kelajuan linier sama besar dan dapat dinyatakan dengan persamaan berikut:

      v1 = v2.

      v1 = ω1.r1

      v1 = (100)(0,1)

      v1 = 10 m/s

      Menghitung Kelajuan Linear Hubugan Roda Gerak Melingkar

      Kelajuan linier roda 2 dapat dinyatakan dengan rumus berikut

      v2 = v1

      v2 = 10 m/s

      Jadi kelajuan linear kedua roda adalah10 m/s

      Menghitung Kecepatan Anguler Hubungan Roda Gerak Melingkar

      Kecepatan anguler roda 2 yang dihubungkan dengan roda 1 dapat dinyatakan dengan rumus berikut:

      v2 =  ω2. r2

      ω2 = v2/ r2

      ω2 = 10/0,2 = 50 rad/s

      Jadi kecepatan anguler roda 2 adalah 40 rad/s

      Menghitung Putaran Roda Gerak Melingkar rpm,

      Banyaknya putaran yang dialami roda ke 2 merupakan frekuensi yang dapat dinyatakan dengan persamaan berikut:

      ω2 = 2 π.f2

      ω2 = v2/ r2

      2 π.f2 = v2/ r2

      f2 = v2/ (2 π.r2)

      f2 = 10/(2 π x 0,2)

      f2 = 7,96 Hz

      f2 = 7,96 putaran/detik atau

      f2 = 7,96 x 60 putaran/menit

      f2 = 477,7 rpm

      Jadi putaran rada 2 adalah 477,7 rotation per menit (rpm)

      3). Contoh Soal Perhitungan Hubungan Roda Gerak Melingkar

      Seseorang mengayuh sepeda sehingga roda gir berputar dengan kecepatan anguler 10 rad/s. Jika jari-jari gir depan10 cm, gir belakang 5 cm, dan jari jari roda belakang sepeda 40 cm tentukan

      a). kecepatan anguler gir belakang sepeda, dan

      b). kecepatan gerak sepeda.

      Diketahui:

      ω1 = 10 rad/s

      r1 = 10 cm = 0,1 m

      r2 = 5 cm = 0,05 m

      r3 = 40 cm = 0,4 m

      Jawab

      Menghitung Kecepatan Anguler Tak Seporos Gerak Melingkar Gir Sepeda

      Kedua gir dihubungkan oleh rantai (tak seporos). Sehingga kecepatan anguler gir belakang sepeda dapat dinytakan dengan persamaan berikut:

      v1 = v2

      ω1.r1 = ω2.r2

      ω2 = (ω1.r1)/ r2

      ω2 = (10 x0,1)/0,05

      ω2 = 20 rad/s

      Kecepatan anguler gir belakang ω2 = 20 rad/s

      Menghitung Kecepatan Linear Seporos Gerak Melingkar Roda Sepeda

      Gir belakang seporos dengan roda belakang sepeda. Sehingga kecepatan linear roda belakan sepeda dapat dinyatakan dengan rumus berikut:

      ω3 = ω2

      v3 = ω3.r3

      v3 = (20)x (0,4)

      v3 = 8 m/s

      Kecepatan gerak sepeda = kecepatan linier roda belakang sepeda v3 = 8 m/s

      4). Contoh Soal Perhitungan Tiga Silinder Gerak Melingkar

      Tiga silinder terhubung satu sama lain seperti pada Gambar di bawah. Diketahui jari-jari dari masing-masing silinder adalah r1 = 10 cm, r2 = 25 cm dan r3 = 15 cm.

      Contoh Soal Perhitungan Tiga Silinder Seporos Dan Tak Langsung Gerak Melingkar
      Contoh Soal Perhitungan Tiga Silinder Seporos Dan Tak Langsung Gerak Melingkar

      Silinder 3 dihubungkan pada mesin penggerak sehingga dapat berputar dengan kecepatan sudut tetap 5 rad/s. Jika semua silinder dapat berputar tanpa slip maka tentukan:

      a). kecepatan linier titik-titik di pinggir silinder 2,

      b). kecepatan sudut putaran silinder 1

      Diketahui:

      r1 = 10 cm = 0,1 m

      r2 = 25 cm = 0,25 m

      r3 = 15 cm = 0,15 m

      ω3 = 5 rad/s

      Menghitung Kecepatan Linear Silinder Bersinggungan Gerak Melingkar

      Silinder 2 bersinggungan dengan silinder 3 berarti kecepatan linier titik-t itik yang bersinggungan sama:

      v2 = v3

      v2 = ω3 r3

      v2  = 5. 0,15 = 0,75 m/s

      Jadi kecepatan linear silinder 2 adalah 0,75 m/s

      Menghitung Kecepatan Sudut Silinder Seporos Gerak Melingkar

      Silinder 1 sepusat dengan silinder 2 berarti kecepatan sudutnya sama dengan kecepatan sudut selinder 2, sehingga dapat dinyatakan dengan rumus berikut

      ω1 = ω2

      ω1 = v2/r2

      ω1 = 0,75/0,25

      ω1 = 3 rad/s

      Jadi kecepatan sudut silinder 1 adalah 3 rad/s

      5). Contoh Soal Menentukan Percepatan Sentripetal Gerak Melingkar

      Seseorang mengendarai sepeda motor melewati sebuah tikungan berbentuk lingkaran yang berjari jari 40 m. Jika kecepatan motor adalah 20 m/s, maka tentukan percepatan sentripetal yang menuju ke pusat lintasan tersebut

      Diketahui:

      r = 40 m

      v = 20 m/s

      Jawab :

      Menghtiung Percepatan Sentripetal Lintasan Sepeda Motor Gerak Melingkar.

      Percepatan sentripetal sepeda motor pada geral melingkar dapat dinyatakan dengan rumus berikut:

      as = v2/r

      as = (20)2/40

      as = 10 m/s2

      6). Contoh Soal Perhitungan Gaya Normal Gerak Melingkar Vertikal  Roda Putar

      Seorang anak bermassa 40 kg naik roda putar dan duduk di kursinya. Roda putar itu memiliki jari-jari 9 m.

      a). Berapakah gaya normal anak itu pada saat di titik terendah dan kursi roda putar bergerak dengan kecepatan 3 m/s?

      b). Berapakah kecepatan maksimum kursi roda putar agar anak-anak yang sedang duduk dalam keadaan aman?

      Perhitungan Gaya Normal Gerak Melingkar Vertikal Permaninan Roda Putar
      Perhitungan Gaya Normal Gerak Melingkar Vertikal Permaninan Roda Putar

      Diketahui

      m = 40 kg

      W = 400 N

      r = 9 m

      v = 3m/s

      Menghtiung Gaya Normal Benda Posisi Terendah Roda Putar Gerak Melingkar Vertikal,

      Gaya gaya yang bekerja pada anak saat posisi terendah di titik B dapat dinyatakan dengan persamaan berikut

      ΣF = Fs

      Fs = Gaya sentrifugal

      N – W = (m.v2)/r

      N – 400 = (40.(3)2)/9

      N = 400 + 40

      N = 440 N

      Jadi gaya normal anak pada posisi terendah pada roda putar adalah 440 N

      Menghtiung Kecepatan Maksimum Roda Putar Gerak Melingkar Vertikal,

      Kecepatan maksimum yang diperbolehkan harus dilihat pada titik teratas (titik A) karena yang paling mudah lepas. Keadaan ini terjadi saat N = 0 sehingga dapat dinyatakan dengan persamaan berikut:

      ΣF = Fs

      N + W = (m.v2)/r

      N = 0

      m.g = (m.v2)/r

      g = v2/r

      v2 = g.r

      v2 = 10×9

      v =  9,49 m/s

      Jadi kecepatan linear maksimum roda putar agar anak duduk aman adalah 9,49 m/s

      7). Contoh Menghitung Gaya Mobil Gerak Di Atas Jembatan Melingkar

      Mobil bermassa 1,2 ton melintasi sebuah jembatan yang melengkung. Jari-jari kelengkungan jembatan 60 m dengan pusat berada di bawah jembatan. Tentukan besar gaya yang diberikan mobil pada jembatan saat berada di puncak jembatan jika kelajuannya 72 km/jam.

      Diketahui:

      m = 1,2 ton = 1.200 kg,

      v = 72 km/jam = 20 m/s,

      R = 60 m.

      Gaya yang diberikan mobil pada jembatan sama dengan gaya yang diberikan jembatan pada mobil, yakni gaya normal, seperti diperlihatkan pada gambar. Selain gaya normal, pada mobil bekerja gaya berat.

      Menghitung Gaya Mobil Gerak Di Atas Jembatan Melingkar
      Menghitung Gaya Mobil Gerak Di Atas Jembatan Melingkar

      Gaya normal dan gaya berat merupakan gaya radial (berimpit dengan diameter lingkaran) yang saling berlawanan arah.

      Menghitung Gaya Normal Mobil Pada Jembatan Bentuk Gerak Melingkar

      Resultan gaya yang bekerja pada mobil dapat dinyatakan dengan persamaan rumus berikut:

      ΣF = Fs

      W – N = m v2/r

      Menghitung Gaya Berat Mobil Gerak Pada Jembatan Melingkar

      Gaya berat mobil yang sedang gerak tepat di atas jembatan melingkar dapat dinytakan dengan persamaan berikut:

      W = m.g

      W = 1200 x10

      W = 12.000 N

      Menghitung Gaya Sentripetal Mobil Gerak Pada Jembatan Melingkar

      Gaya sentripetal mobil yang bergerak tepat di atas jembatan melingkar dinyatakan dengan rumus berikut:

      Fs = m v2/r

      Fs = (1200)(20)2/(60)

      Fs = 8.000 N

      Menghitung Gaya Normal Mobil Gerak Pada Jembatan Melingkar

      Gaya normal mobil yang melaju tepat di atas jembatan melingkar dinyatakan dengan rumus berikut:

      ΣF = Fs

      W – N = Fs

      N = W – Fs

      N = 12.000 – 8000

      N = 4000 N

      Penentuan resultan gaya radial mengikuti perjanjian sebagai berikut. Gaya yang berarah ke pusat lingkaran diberi tanda positif dan gaya yang berarah ke luar lingkaran diberi tanda negatif. Pada contoh di atas, mg berarah ke pusat lingkaran, sedangkan N berarah keluar lingkaran.

      8). Contoh Soal Penentuan Mobil Gerak Tergelincir Pada Tikungan Melingkar,

      Sebuah mobil melintasi tikungan datar yang memiliki jari-jari 60 m dengan kelajuan 36 km/jam. Apakah mobil berhasil berbelok atau justru tergelincir jika diketahui

      a). jalannya kering dengan koefisien gesekan statis μ1 = 0,7

      b). jalannya sedikit licin dengan koefisien gesekan statis μ2 = 0,2

      Diketahui

      r = 60 m

      v = 36 km/jam = 10 m/s

      μ2 = 0,7

      μ2= 0,1

      Menentukan Gaya Pada Mobil Gerak Melingkar

      Gaya gaya yang bekerja pada mobil yang bergerak melingkar pada sumbu vertical dapat dinyatakan dengan persamaan berikut:

      ΣF = N − mg = 0

      N = mg

      Pada sumbu horizontal, terdapat gaya gesekan statis. Gaya gesekan ini akan bertindak sebagai gaya sentripetal. Gaya gesekan ini memiliki nilai maksimum Fg.

      Fg = μ.N

      Fg = gaya gesekan

      Kelajuan mobil tidak boleh menghasilkan gaya sentripetal yang lebih besar daripada nilai gaya gesekan maksimum. Gaya gesekan maksimum membatasi kelajuan maksimum mobil.

      Menentukan Keceptan Maksimum Mobil Pada Gerak Melingkar

      Kelajuan maksimum mobil dapat diturunkan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut.

      Fg = Fs

      Fs = gaya sentripetal

      μ. N = m (vmaks)2/r

      N = m.g

      sehingga

      μ.m.g = m.(vmaks)2/r

      (vmaks)2 = μ. g.r

      Menghitung Kecepatan Maksimum Mobil Belok Gerak Melingkar Agar Tidak Tergelincir,

      Kecapatan maksimum mobil yang diijinkan saat belok di jalan kering dengan koefisien μ2 = 0,7 dapat ditentukan dengan menggunakan  persamaan berikut:

      (vmaks)2 = μ. g.r

      (vmaks)2 = (0,7)(10)(60)

      (vmaks)2 = 420

      vmaks = 20,5 m/s

      Kecepatan masikmum adalah 20,5 m/s, sedangkan mobil melintas dengan kecepatan 10 m/s, sehingga mobil dapat berbelok dengan aman.

      Menentukan Kecepatan Maksimum Mobil Gerak Melingkar Pada Jalan Licin

      Kecapatan maksimum mobil yang diijinkan saat belok di jalan licin dengan koefisien μ2 = 0,2 dapat ditentukan dengan menggunakan  persamaan berikut:

      (vmaks)2 = μ. g.r

      (vmaks)2 = (0,1)(10)(60)

      (vmaks)2 = 60

      vmaks = 7,75 m/s

      Kecapatan maksimum untuk berbelok pada jalan licin adalah 7,75 m/s. Sedangkan kecepatan mobil yang melintas adalah 10 m/s. Kecepatan mobil yang meilintas lebih besar dari kecepatan maksimum untuk berbelok, sehingga mobil akan tergelincir.

        Daftar Pustaka:

        1. Ganijanti Aby Sarojo, 2002, “Seri Fisika Dasar Mekanika”, Salemba Teknika,  Jakarta.
        2. Giancoli, Douglas, 2001, “Fisika Jilid 1, Penerbit Erlangga, Jakarta.
        3. Sears, F.W – Zemarnsky, MW , 1963, “Fisika untuk Universitas”, Penerbit Bina Cipta, Bandung,
        4. Giancoli, Douglas C. 2000. Physics for Scientists & Engineers with Modern Physics, Third Edition. New Jersey, Prentice Hall.
        5. Halliday, David, Robert Resnick, Jearl Walker. 2001. Fundamentals of Physics, Sixth Edition. New York, John Wiley & Sons.
        6. Tipler, Paul, 1998, “Fisika untuk Sains dan Teknik”, Jilid 1,Pernerbit Erlangga, alih bahasa: Prasetyo dan Rahmad W. Adi, Jakarta.
        7. Tipler, Paul, 2001, “Fisika untuk Sains dan Teknik”, Jilid 2, Penerbit Erlangga, alih bahasa: Bambang Soegijono, Jakarta.
        8. Ringkasan Rangkuman: Sebuah benda dapat dikatakan bergerak melingkar jika lintasan yang dilewatinya berbentuk lingkaran.
        9. Kecepatan yang diberikan kepada benda Ketika bergerak melingkar, dalam arah tangensial, disebut kecepatan linear.
        10. Kecepatan anguler adalah perubahan sudut (Δθ ) dalam selang waktu (Δt) tertentu.
        11. Hubungan antara kecepatan linear dan kecepatan anguler dapat dituliskan sebagai berikut. vr
        12. Percepatan sentripetal adalah percepatan yang arahnya selalu menuju pusat lingkaran.
        13. Gerak melingkar beraturan (GMB) terjadi jika kecepatan anguler benda bernilai tetap (konstan). Persamaan terdapat dalam GMB adalah ω = konstan  θ =θ0t
        14. Ardra.Biz, 2019, “Dinamika Gerak Melingkar Berubah dan Beraturan, Pengertian Gerak melingkar, Pengertian Gerak Melingkar Beraturan, Rumus Gerak melingkar beraturan(GMB), arah kecepatan (v) gerak melingkar, rumus kecepatan gerak melingkar,
        15. Ardra.Biz, 2019, “satuan lambang kecepatan gerak melingkar, Periode (T) Gerak Melingkar, Rumus periode gerak melingkar, Rumus Frekuensi (f) Gerak Melingkar, Satuan lambang frekuensi gerak melingkar,
        16. Ardra.Biz, 2019, “Hubungan periode dan frekuensi, Contoh Soal Perhitungan Periode Frekuensi Gerak Melingkar, Rumus Kecepatan Linear Gerak Melingkar, Satuan lambang Kecepatan linear benda bergerak melingkar, Contoh Soal Perhitungan Kecepatan Linear Gerak Melingkar,
        17. Ardra.Biz, 2019, “Pengertian Radian Gerak Melingkar, Satuan perpindahan sudut, Pengertian Satu radian atau rad, gambar satuan radian, Kecepatan Sudut Anguler Gerak Melingkar, satuan lambang kecepatan sudut, rumus kecepatan sudut,
        18. Ardra.biz, 2019, “hubungan kecepatan linear dan kecepatan sudut, Contoh Soal Perhitungan Rumus Persamaan Kecepatan Sudut Anguler Gerak Melingkar, Contoh Soal Perhitungan Rumus Kecepatan Linear dan Kecepatan Sudut Anguler,
        19. Ardra.Biz, 2019, “Percepatan Centripetal Gerak Melingkar, Rumus Percepatan Centripetal Gerak Melingkar, Satuan lambang Percepatan Centripetal, Contoh Soal Perhitngan Persamaan Rumus Percepatan Sentripetal, Gerak Melingkar Berubah Beraturan, rumus gerak melingkar berubah beraturan (GMBB),
        20. Ardra.Biz, 2019, “Arah Percepatan Sudut Anguler Gerak Melingkar Berubah Beraturan, Contoh Soal Perhitungan Rumus Percepatan Sudut Anguler, Percepatan Tangensial Gerak Melingar Berubah Beraturan, Rumus Percepatan Tangensial, Rumus percepatan tangensial,
        21. Ardra.Biz, 2019, “Satuan lambang percepatan tangensial, arah percepatan tangensial, Rumus Percepatan total Gerak Melingkar Berubah Beraturan, arah Percepatan total,

        Momen Gaya dan Inersia: Pengertian Dinamika Gerak Rotasi Contoh Soal Rumus Perhitungan

        Pengetian Momen Gaya Gerak Rotasi. Gerak rotasi (gerak melingkar) adalah gerakan pada bidang datar yang lintasannya berupa lingkaran.

        Momen Gaya Dinamika Gerak Rotasi

        Momen gaya disebut juga torsi adalah sebuah besaran yang menyatakan besarnya gaya yang bekerja pada sebuah benda sehingga mengakibatkan benda tersebut berotasi terhadap porosnya. Momen gaya timbul akibat gaya yang bekerja pada benda tidak tepat pada pusat massa.

        Momen Gaya Dinamika Gerak Rotasi
        Momen Gaya Dinamika Gerak Rotasi

        Momen gaya ini merupakan hasil kali antara gaya F dengan Panjang lengan momennya r. Sehingga Momen gaya dapat dinyatakan dengan menggunakan persamaan rumus berikut:

        τ = r.F

        Dengan keterangan

        τ = torsi/ momen gaya (N.m)

        F = gaya (N)

        r = Panjang batang = panjang lengan (m)

        Dalam kasus tertentu nilia r adalah jarak antara titik pusat rotasi atau putar dan titik tangkap gaya. Gambar di atas kalau disederhanakan menjadi gambar seperti berikut:

        Rumus Momen Gaya Dinamika Gerak Rotasi
        Rumus Momen Gaya Dinamika Gerak Rotasi

        Intilah Sumbu rotasi sering juga disebut sebagai pivot point atau titik engsel atau sumbu putar atau sumbu rotasi atau titik pusat putar atau titik pusat rotasi.

        Apabila gaya F yang bekerja pada benda (batang atau lengan) membentuk sudut θ dengan Panjang lengan gayanya (r), maka persamaan rumus momen gaya berubah menjadi seperti berikut:

        τ = r.F sin θ

        θ = sudut antara gaya dengan lengan

        Rumus Momen Gaya Bersudut Dinamika Gerak Rotasi
        Rumus Momen Gaya Bersudut Dinamika Gerak Rotasi

        Lengan pada system momen gaya sering disebut dengan lengan gaya atau lengan momen. Karena gaya bekerja melalui lengan tersebut.

        Dari persamaan rumus momen gaya tersebut dapat dikatakan bahwa Momen gaya terbesar diperoleh ketika sudut gaya adalah θ = 90° (karena sin 900 = 1), yaitu ketika gaya dan lengan gaya saling tegak lurus.

        Dan momen gaya terkecil adalah nol, ketika gaya searah dengan lengan. Pada saat gaya searah dengan lengan maka sudut adalah θ = 0° atau θ = 180° karena sin 00 = 0 atau sin 1800 = 0, sehingga momen gaya nya nol, artinya tidak ada momen gaya, dan artinya juga benda tidak akan berotasi.

        Contoh Soal Perhitungan Persamaan Rumus Momen Gaya Dinamika Gerak Rotasi

        Sebuah baut akan diputar menggunakan kunci pas dengan gaya 40 N seperti ditunjukkan dalam gambar. Jika titik tangkap gaya berjarak 50 cm dari titik pusat baut, berapakah besar momen gaya terhadap baut tersebut?

        Contoh Soal Perhitungan Rumus Momen Gaya Bersudut Dinamika Gerak Rotasi
        Contoh Soal Perhitungan Rumus Momen Gaya Bersudut Dinamika Gerak Rotasi

        Jawab

        Diketahui:

        F = 40 N,

        r = 50 cm, dan

        θ = 150°.

        τ = r. F sin θ

        τ = (0,5 cm)(40 N)(sin 150°)

        τ = (0,5 cm)(40 N)(1/2)

        τ = 10 Nm.

        Jadi momen gaya yang bekerja pada baut adalah sebesar 10 Newton meter (Nm).

        Total Momen Gaya Dinamika Gerak Rotasi

        Jika pada benda bekerja beberapa gaya, maka momen gaya total benda tersebut adalah sebagai berikut:

        τ total = Σ (r × F)

        Contoh Soal Perhitungan Total Momen Gaya Dinamika Gerak Rotasi

        Batang AB bebas berputar di titik O. Seperti pada Gambar. Panjang AB = 3 m, AO = 2 m dan OB = 1 m. Pada titik A bekerja gaya FA = 10 N dan pada titik B bekerja gaya FB = 20 N. Tentukan torsi yang bekerja pada batang dan arah putarnya.

        Contoh Soal Rumus Momen Gaya Torsi Bersudut Dinamika Gerak Rotasi
        Contoh Soal Rumus Momen Gaya Torsi Bersudut Dinamika Gerak Rotasi

        Penyelesaian

        Momen gaya oleh gaya FA

        τA = (OA). FA

        τA = 2 x 10

        τA = 20 N.m

        τA berputar searah jarum jam dengan poros titik O sehingg nilai momen gayanya negatif

        Momen gaya oleh gaya FB

        τB = (OB) . FB sin 1500

        τB = 1.x 20 x 1/2 = 10 Nm

        τB berputar berlawanan arah jarum jam dengan poros titik O sehingga nilai momen gayanya positif

        Total momen gaya dapat dihitung dengan rumus berikut:

        τtotal =  τA + τB

        τtotal =  – 20 Nm + 10 Nm

        τtotal = =  – 10 Nm

        Jadi momen gaya atau torsi yang bekerja pada batang A-B adalah 10 Nm dengan arah rotasi searah jarum jam.

        Jenis Momen Gaya Dinamika Gerak Rotasi

        Momen gaya bernilai positif jika arahnya berlawanan dengan arah putar jarum jam, dan megatif jika searah jarum jam.

        Momen Inersia Dinamika Gerak Rotasi

        Sebuah benda yang berotasi pada sumbunya, cenderung untuk terus berotasi pada sumbu tersebut selama tidak ada gaya luar (momen gaya) yang bekerja pada bendanya. Ukuran yang menentukan kelembaman benda terhadap gerak rotasi dinamakan momen inersia.

        Pengertian dan Rumus Momen Inersia
        Pengertian dan Rumus Momen Inersia

        Inersia berarti lembam atau mempertahankan diri. Momen inersia berarti besaran yang nilainya tetap pada suatu gerak rotasi. Momen inersia menyatakan bagaimana massa benda yang berotasi didistribusikan di sekitar sumbu rotasinya. Momen inersia dilambangkan dengan I, satuannya dalam SI adalah kgm2.

        Momen Inersia Partikel. Dinamika Gerak Rotasi

        Momen inersia dari sebuah pertikel merupakan hasil kali antara massa m partikel dengan kuadrat jarak partikel tersebut dari titik porosnya r.

        Momen inersia partikel dapat dinyatakan dengan menggunakan persamaan rumus berikut:

        I = m.r2

        Dengan keterangan

        I = momen inersia (kg.m2)

        m = massa partikel (kg)

        r = jarak partikel terhadap titik poros (m)

        dari persamaan tersebut dapat dinyatakan bahwa momen inersia suatu partikel berbanding lurus dengan massa partikel dan kuadrat jarak partikel tersebut terhadap sumbu rotasinya.

        Momen Inersia System Partikel Dinamika Gerak Rotasi

        System partikel adalah kumpulan dari beberapa partikel yang memiliki momen inersia total dari hasil jumlah seluruh momen inersia pada tiap tiap partikel.

        Momen inersia system partikel dapat dinyatakan dengan menggunakan persamaan rumus berikut:

         ∑m.r2 = m1r12 + m2 .r22 + m3 .r32 + … + mn .rn2

        Contoh Soal Momen Inersia Partikel.

        Sebuah partikel bermasa 2 kg dihubungkan dengan seutas tali Panjang 20 cm yang sangat ringan sehingga massa tali dapat diabaikan seperti pada gambar berikut. Hitunglah momen inersia partikel tersebut

        Contoh Soal Perhitungan Rumus Momen Inersia
        Contoh Soal Perhitungan Rumus Momen Inersia

        Penyelesaian

        Diketahui

        m = 20 kg

        r = 20 cm =0,2 m

        ditanya momen inersia I partikel

        Jawab

        I = m.r2

        I = 20 x (0,2)2

        I = 20 x 0,04

        I = 0,8 kg.m2

        Momen Inersia Benda Tegar Dinamika Gerak Rotasi

        Benda tegar adalah suatu benda yang memiliki satu kesatuan massa yang kontinu, tidak terpisahkan antara satu sama lain dan bentuknya teratur. Pada benda tegar, massa benda terkonsentrasi pada pusat massanya dan tersebar pada jarak yang sama dari titik pusat massa benda. Benda tegar merupakan benda yang tidak mengalami perubahan bentuk akibat pengaruh gaya atau momen gaya.

        Momen inersi benda tegar tergantung pada bentuk benda, massa benda, dan sumbu putarnya. Secara umum, momen inersia benda tegar dapat dinyatakan dengan menggunakan persamaan rumus berikut:

        I = k.m.r2

        Dengan keterangan

        k = konstanta inersia yang tergantung pada suhu dan bentuk benda.

        r = tergantung bentuk dan sumbu rotasi (jari jari atau Panjang dll)

        Momen Inersia Bola Pejal Dinamika Gerak Rotasi

        Untuk bola pejal yang berputar melalui pusatnya, nilai k=2/5 dengan demikin persamaan momen inersianya adalah

        I = 2/5.m.r2

        r = jari jari bola pejal

        Momen Inersia Silinder Pejal Dinamika Gerak Rotasi

        Untuk silinder pejal yang berputar melalui sumbunya, nilai k=1/2, dengan demikian persamaan momen inersianya adalah:

        I = 1/2.m.r2

        r = jari jari silinder pejal

        Contoh persamaan rumus momen inersia lainnya seperti ditunjukkan pada tabel di bawah

        Tabel Momen Inersia Bola Silinder Pejal Benda Tegar Benda Tegar
        Tabel Momen Inersia Bola Silinder Pejal Benda Tegar Benda Tegar

        Teorema Sumbu Sejajar 

        Teorema Sumbu Sejajar digunakan untuk mengetahui momen inersia suatu benda terhadap sembarang sumbu yang sejajar dengan sumbu pusat massa.

        Momen inersia sumbur sejajar dapat dinytakan dengan menggunkan persamaan rumus berikut:

        I =Ipm + m.l2

        Dengan keterangan

        I = momen inersia baru (kg.m2)

        Ipm = momen inersia benda terhadap pusat massa (kg.m2)

        m = massa benda (kg)

        l = jarak dari sumbu pusat massa ke sumbu paralel (m)

        Momentum Sudut Dinamika Gerak Rotasi

        Sebuah titik partikel yang sedang melakukan gerak rotasi, karena mempunyai massa dan kecepatan maka titik partikel tersebut mempunyai momentum. Sedangkan Arah kecepatan partikelnya merupakan arah garis singgung di titik tersebut.

        Momentum yang dimiliki oleh titik partikel yang melakukan gerak rotasi disebut dengan momentum sudut (atau momentum anguler), yang diberi lambang dengan L.

        Rumus Momentum Sudut Anguler Benda Tegar
        Rumus Momentum Sudut Anguler Benda Tegar

        Gambar di atas memperlihatkan titik A yang berotasi dengan sumbu putar O. r adalah jarak antara O dan A. Selama berotasi titik A memiliki momentum sebesar

        P = m × v.

        Hasil perkalian momentum dengan jarak r disebut momentum sudut, dan diberi notasi L.

        L = P × r

        L = m × v × r

        Dengan v = ω × r maka

        L = m × ω × r × r

        L = m × r2 × ω

        Dengan I = m.r2

        Benda yang bergerak secara rotasi akan memiliki momentum sudut yang dinyatakan dengan persamaan rumus berikut:

        L = I.ω

        Dengan Keterangan:

        v = kecepatan linear (m/s)

        L =  momentum sudut (kg.m2/s)

        m = massa partikel/tittik (kg)

        r = jarak partikel ke sumbu putar (m)

        ω = kecapatan sudut (rad/s)

        I = momen inersia (kg.m2)

        Contoh Soal Ujian Perhitungan Rumus Momentum Sudut Dinamika Gerak Rotasi

        Sebuah roda memiliki massa 40 kg dan diameter 120 cm. Roda tersebut berputar dengan kecepatan sudut 5 rad/s. Hitunglah besar momentum sudutnya!

        Diketahui :

        r = 60 cm = 0,6 m

        m = 40 kg

        ω = 5 rad/s

        Ditanyakan:

        L = …?

        Jawab:

        L = m × r2 × ω

        L = 40 × (0,6)2 x 5

        L = 72 kgm2/s

        Hukum Kekekalan Momentum Sudut. Dinamika Gerak Rotasi

        Hukum kekekalan momentum sudut berbunyi “Jika tidak ada gaya yang memengaruhi pada sistem, momentum sudut sistem adalah tetap”.

        Hukum tersebut dapat diartikan bahwa momentum sudut sebelum dan sesudah peristiwa adalah tetap.

        Momentum sudut benda dapat dinyatakan dengan menggunakan persamaan rumus berikut:

        L1 = L2

        L1. ω1= L2 . w2

        Dengan keterangan:

        L1 = momentum sudut awal

        L2 = momentum sudut akhir

        ω1 = kecepatan sudut awal (rad/s)

        ω2 = kecepatan sudut akhir (rad/s)

        Penerapan Hukum Kekekalan Momentum Sudut Dinamika Gerak Rotasi

        Contoh penerapan aplikasi hukum kekekalan momentum sudut adalah gerak pelompat indah, gerak penari balet, dan gerak akrobat.

        Contoh Soal Perhitungan Rumus Kekekalan Momentum Sudut Dinamika Gerak Rotasi

        Seorang penari balet memiliki momen inersia sebesar 8 kgm2 ketika kedua lengannya sedang telentang dan 2 kgm2 ketika lengan merapat ke tubuhnya. Pada saat kedua lengannya terentang, penari tersebut berputar dengan kelajuan 3 putaran/s. Setelah itu, kedua lengannya dirapatkan ke tubuhnya.

        Tentukanlah laju putaran penari ketika kedua lengannya merapat!

        Diketahui :

        I1 = 8 kgm2

        I2 = 2 kg m2

        ω = 3 putaran/s

        Ditanyakan :

        ω = …?

        Jawab

        L1. ω1= L22

        ω2 = (L1. ω1)/L2

        ω2 = (8 x 3)/2

        ω2 = 12 putaran/s

        Seandainya materi ini memberikan manfaat, dan anda ingin memberi dukungan motivasi pada ardra.biz, silakan kunjungi SociaBuzz Tribe milik ardra.biz di tautan berikuthttps://sociabuzz.com/ardra.biz/tribe

          Daftar Pustaka:

          1. Ganijanti Aby Sarojo, 2002, “Seri Fisika Dasar Mekanika”, Salemba Teknika,  Jakarta.
          2. Giancoli, Douglas, 2001, “Fisika Jilid 1, Penerbit Erlangga, Jakarta.
          3. Sears, F.W – Zemarnsky, MW , 1963, “Fisika untuk Universitas”, Penerbit Bina Cipta, Bandung,
          4. Ardra.Biz, 2019, “Pengertian Gelombang, Jenis Gelombang, Sifat-sifat Gelombang, Contoh Gelombang, Manfaat fungsi gelombang,
          5. Giancoli, Douglas C. 2000. Physics for Scientists & Engineers with Modern Physics, Third Edition. New Jersey, Prentice Hall.
          6. Halliday, David, Robert Resnick, Jearl Walker. 2001. Fundamentals of Physics, Sixth Edition. New York, John Wiley & Sons.
          7. Tipler, Paul, 1998, “Fisika untuk Sains dan Teknik”, Jilid 1,Pernerbit Erlangga, alih bahasa: Prasetyo dan Rahmad W. Adi, Jakarta.
          8. Tipler, Paul, 2001, “Fisika untuk Sains dan Teknik”, Jilid 2, Penerbit Erlangga, alih bahasa: Bambang Soegijono, Jakarta.
          9. Ardra.Biz, 2019, “Pengertia Dinamika Gerak Rotasi, Pengertian Dan Contoh Soal Gerak Rotasi, Pengertian Momen Gaya, Contoh Momen gaya,  Pengertian torsi, Penyebab Momen gaya, artinya momen gaya nol, Gambar Momen gaya,
          10. Ardra.Biz, 2019, “Rumus Momen gaya, Pengertian momen lengan gaya, Satuan lambang torsi, satuan lambang momen gaya, Pengertian titik pusat rotasi dan titik tangkap gaya, rumus momen gaya bersudut, Nilai momen gaya terkecil, Contoh Soal Perhitungan Persamaan Rumus Momen Gaya,
          11. Ardra.Biz, 2019, “Contoh Penggunaan momen gaya, momen gaya sehari hari, Rumus Total Momen Gaya, Contoh Soal Perhitungan Total Momen Gaya, Jenis Jenis Momen Gaya, arah momen gaya, Pengertian momen gaya negative dan momen gaya positif, Pengertian Momen Inersia,
          12. Ardra.Biz, 2019, “menentukan kelembaman benda, menentukan momen gaya, menentukan momen inrsia benda, Contoh momen inersia, Gaya momen inersia,  Momen Inersia Partikel, rumus momen inersia partikel, Satuan lambang momen inersia,
          13. Ardra.Biz, 2019, “Pengertian Momen Inersia System Partikel, satuan lambang momen inersia, Contoh Soal Perhitungan Momen Inersia Partikel. Gambar momen inersia partikel, Momen Inersia Benda Tegar, Pengertian benda tegar, contoh benda tegar, Momen inersia benda tegar,
          14. Ardra.biz, 2019, “Rumus momen inersia benda tegar, Satuan lambang momen lnersia benda tegar, konstanta inersia, Momen Inersia Bola Pejal, Rumurs momen inersia bola pejal, nilai konstanta inersia benda bola pejal silinder dan lempeng,
          15. Ardra.Biz, 2019, “Momen Inersia Silinder Pejal, Tabel persamaan rumus momen inersia benda tegar, Teorema Sumbu Sejajar, Rumus Teorema Sumbu Sejajar, Contoh Momen inersia sumbur sejajar, Pengertian Momentum Sudut,
          16. Ardra.Biz, 2019, “Pengertian rumus momentum anguler, Gambar momentum sudut, Satuan lambang momentum sudut, Rumus persamaan momentum sudut, Contoh Soal Ujian Perhitungan Rumus Momentum Sudut, Hukum Kekekalan Momentum Sudut,
          17. Ardra.Biz, 2019, “rumus hukum kekekalan momentum sudut, Penerapan Hukum Kekekalan Momentum Sudut sehari hari, Contoh Soal Perhitungan Rumus Kekekalan Momentum Sudut,

          Hukum Kepler Gravitasi Newton: Pengertian Rumus Medan Arah Garis Gaya Tarik Massa Matahari Bumi Bulan Planet Venus Semesta Contoh Perhitungan 6,

          Teori Geosentris

          Aristoteles merupakan pemikir dari Yunani yang menyatakan teori geosentris. Teori geosentris menyatakan bahwa bumi sebagai pusat peredaran benda-benda angkasa.

          Heliosentris

          Nikolaus Copernicus, orang yang pertama kali mengemukakan pendapat bahwa matahari sebagai pusat peredaran benda- benda angkasa. Pernyataan tersebut dikenal dengan Heliosentris.

          Hukum Kepler

          Hukum Kepler bersifat empiris karena diturunkan dari pengamatan tentang gerak planet. Kepler menyatakan tiga hukum tentang peredaran benda- benda angkasa sebagai penyempurna dari pendapat Heliosentris yang dikemukakan oleh Nicolaus Copernicus.

          Hukum I Kepler

          Berdasarkan hukum I Kepler “Setiap planet bergerak mengitari Matahari dengan lintasan berbentuk elips, Matahari berada pada salah satu titik fokusnya.“.

          Hukum Kepler Gravitasi Newton: Pengertian Rumus Medan Arah Garis Gaya Tarik Massa Matahari Bumi Bulan Planet Venus Semesta Contoh Perhitungan 6, Teori Geosentris, Heliosentris, Gambar Aphelion dan Perihelion, Kala Revolusi Orbit Planet,
          Pengertian Aphelion dan Perihelion

          Pengertian Aphelion dan  Perihelion

          Titik Aphelion adalah jarak terjauh yang dicapai planet selama mengelilingi Matahari. Sedangkan kebalikannya adalah titik perihelion, yaitu jarak terdekat dengan Matahari

          Hukum II Kepler

          Berdasarkan hukum II Kepler “selama planet bergerak mengelilingi matahari, garis hubung antara planet dan matahari dalam waktu yang sama, melingkupi luasan daerah yang sama pula”.

          Contoh Soal Rumus Cara Menentukan Gaya Tarik Menarik Gravitasi Newton Dua Benda Matahari Bumi,
          Orbit Planet Mengelilingi Matahari Hukum Kepler

          Jika waktu yang dibutuhkan planet untuk melintas dari titik A ke B sama dengan  waktu dari C ke D, maka luas yang dilingkupi oleh titik AMB (Luas 1) sama dengan luas CMD (Luas 2).

          Jika waktu yang dibutuhkan planet melintas dari titik A ke B satu bulan dan waktu melintas dari C ke D juga satu bulan, maka daerah Luas 1 akan sama dengan daerah Luas 2.

          Hukum III Kepler

          Berdasarkan hukum III Kepler ”selama planet bergerak mengelilingi matahari, perbandingan dari kuadrat periode planet dan pangkat tiga dari jarak rata-rata planet ke matahari merupakan bilangan konstan”.

          Bunyi Pernyataan hukum III Kepler dapat dinyatakan dengan menggunakan rumus persamaan berikut:

          K = T2/r3

          Dengan keterangan:

          T = periode planet mengelilingi matahari

          r = jarak rata- rata planet ke matahari

          K = bilangan konstan yang nilainya tidak bergantung pada jenis planet

          Pernyataan hukum III Kepler di atas dapat juga dinyatakan dengan menggunakan rumus berikut:

          T12/r13 = T22/r23

          Dengan keterangan

          T1 = periode planet I

          T2 = periode planet II

          r1 = jarak rata-rata planet I ke matahari

          r2 = jarak rata-rata planet II ke matahari

          Contoh Soal Ujian Perhitungan Rumus Persamaan Hukum Kepler

          Dalam tata surya diketahui bahwa jarak rata- rata bumi ke matahari adalah 1 astronomi dan kala revolusi bumi adalah 365 hari. Jika jarak rata- rata venus ke matahari 0,72 astronomi, maka berapakah kala revolusi planet venus?

          Penyelesaian

          Diketahui:

          T1 = 365 hari ;

          r1 = 1 As

          r2 = 0,72 As

          Ditanya: T2

          Menentukan Kala Revolusi Planet Venus Hukum Kepler

          T12/r13 = T22/r23

          (T1/T2)2 = (r1/r2)3

          (365/T2)2 = (1/0,72)3

          365/T2 = 1,64

          T2 = 222,6 hari

          Jadi Kala Revolusi Planet Venus adalah 222,6 hari

          Contoh Soal Lainnya Dan Pembahasannya Ada Di Akhir Artikel

          Medan Gravitasi

          Pada prinsipnya setiap partikel yang memiliki massa, selain mempunyai sifat lembam juga mempunyai sifat menarik partikel bermassa lainnya. Gaya tarik antara partikel- partikel bermassa tersebut disebut dengan gaya gravitasi.

          Setiap partikel / benda yang memiliki massa akan mempunyai medan gravitasi tertentu. Medan gravitasi adalah daerah atau tempat di sekitar partikel atau benda yang masih mendapat pegaruh gaya gravitasi dari partikel atau benda tersebut.

          Arah Garis Gaya Medan Gravitasi
          Arah Garis Gaya Medan Gravitasi

          Medan gravitasi suatu benda dapat digambarkan oleh garis berarah yang menuju ke pusat partikel benda.

          Gaya Gravitasi Semesta

          Pada  prinsipnya antara benda satu dengan benda yang lain, seperti antara planet dengan planet atau antara matahari dengan planet terjadi gaya tarik- menarik yang disebut dengan gaya gravitasi atau gaya gravitasi semesta. Gaya gravitasi adalah gaya Tarik menarik antara dua benda yang bermassa

          Hukum Gravitasi Newton

          Jika dua benda yang bermassa m1 dan m2 mempunyai jarak antara pusat massanya adalah r. Kedua benda saling tarik-menarik dengan gaya gravitasi (F) yang besarnya berbanding lurus dengan massa masing- masing benda dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara pusat massanya.

          Arah Gaya tarik- menarik antara dua benda berada pada garis lurus di kedua benda tersebut.

          Gaya Gravitasi Dua Benda Planet Bumi Matahari
          Gaya Gravitasi Dua Benda Planet Bumi Matahari

          Rumus Gravitasi Newton Dua Benda

          Gaya Gravitasi Newton antara dua benda dapat dinyatakan dengan menggunakan persamaan rumus berikut:

          F = G (m1.m2)/r2

          Dengan keterangan

          F = gaya gravitasi (N)

          m1 dan m2 = massa benda (kg)

          r = jarak antara pusat massa kedua benda (m)

          G = konstanta gravitasi umum atau universal

          Contoh Soal Menentukan Gaya Gravitasi Newton Dua Benda

          Hitunglah gaya Tarik menarik antara dua benda yang terpisah sejauh 10 cm, dan massa masing asing benda 5 kg

          Penyelesaian:

          Diketahui

          m1 = 10 kg

          m2 = 10 kg

          r = 10 cm, atau 0,1m

          ditanyakan, F = …

          Menghitung Gaya Tarik Menarik Gravitasi Dua Benda Terpisah

          Besar gaya Tarik menarik gravitasi dua benda dapat dinyatakan dengan persamaan rumus berikut:

          F = G (m1.m2)/r2

          F =(6,67 x 10-11)x(5×5)/(0,1)2

          F = 16,7 x 10-8 N

          Contoh Soal Perhitungan Rumus Gaya Gravitasi Matahari Bumi

          Matahari diperkirakan memiliki massa 1,49 x 1030 kg. Sedangkan Massa bumi adalah 5,9 x 1024 kg. Jika Jarak rata rata bumi dan matahari 1,496 x 1011 m. Berapakah besar gaya Tarik menarik antara matahari dan bumi

          Penyelesaian:

          Diketahui

          Mm = 1,49 x 1030 kg

          mb = 5,9 x 1024 kg

          r = 1,496 x 1011 m

          Jawab

          Menghitung Gaya Tarik Menarik Gravitasi Matahari Bumi

          Besar gaya Tarik menarik gravitasi antara matahari dan bumi dapat dinyatakan dengan persamaan rumus berikut:

          F = G (Mm.mb)/r2

          F = (6,67 x 10-11)x(1,49 x 1030x5,9 x 1024)/ (1,496 x 1011)2

          F = 26,3 x 1021 N

          Jadi gaya Tarik menarik antara bumi dan matahari adalah 26,3 x 1021 Newton.

          Contoh Soal Lainnya Dan Pembahasannya Ada Di Akhir Artikel

          Konstanta Gravitasi Umum (G)

          Nilai G pada persamaan gaya gravitasi di atas, belum dapat ditentukan saat itu. Baru setalah satu abad kemudian, nilai G dapat ditentukan atau diukur dengan menggunakan alat yang disebut dengan neraca torsi atau neraca punter. Alat ini ditemukan oleh Rev John Michell dan pertama kali dipakai oleh Sir Henry Cavendish pada tahun 1798 dan kemudian dikenal dengan neraca Cavendish. Dari penelitiannya diketahui bahwa nilai G adalah:

          G = 6,673 x 10-11 Newton . m2/kg2.

          Kuat Medan Gravitasi Dua Benda Bermassa

          Setiap benda mempunyai medan gravitasi sendiri dengan nilai tertentu. Sehingga Setiap benda yang berada dalam medan gravitasi benda lain akan mendapat gaya gravitasi. Besarnya kuat medan gravitasi ditunjukkan dengan besarnya percepatan gravitasi.

          Kuat Medan Gravitasi Dua Benda Bermassa Planet Bumi Bulan
          Kuat Medan Gravitasi Dua Benda Bermassa Planet Bumi Bulan

          1. benda dengan massa m2 terletak dalam medan gravitasi yang dihasilkan oleh benda bermassa m1, sehingga benda m2 mendapat gaya gravitasi sebesar F.
          2. Jika benda m2 diambil dan letak m2 diberi nama titik T, maka setiap benda yang diletakkan pada titik T akan mendapat gaya gravitasi dari benda m1.

          Besar gaya gravitasi yang dialami setiap benda yang menempati titik T per satuan massa disebut kuat medan gravitasi dan diberi notasi huruf kecil g.  Dengan demikian Kuat medan gravitasi dapat dinyatakan dengan menggunakan persamaan rumus berikut:

          g = F/m2

          Dengan Keterangan

          F = gaya gravitasi (N)

          g = kuat medan gravitasi (N/Kg) di titik T atau yang dialami oleh benda m2 di titk T

          m2 = massa benda di titik T (kg)

          Persamaan dari rumus kuat medan gravitasi ini digunakan ketikan gaya gravitasi dan massa benda disuatu titik T diketahui.

          Nilai kuat medan gravitasi g dapat ditentukan dengan menggunakan dua persamaan rumus berikut:

          g = F/m2 dan

          F =G (m1.m2/r2)

          Sehingga diperoleh nilai g dengan menggunakan rumus sebagai berikut

          g = G (m1/r2)

          Dengan Keterangan

          g = kuat medan gravitasi (N/kg, m/s2) yang dialami atau dirasakan oleh benda dititik T (m2), dari benda yang menghasilkan medan gravitasi (m1)

          G = konstanta gravitasi = 6,673 . 10-11 Nm2/kg2

          m1 = massa benda (kg) yang menghasilkan medan gravitasi

          r = jarak titik T ke pusat benda yang menghasilkan medan gravitasi (m1)

          Persamaan rumus kuat medan gravitasi ini digunakan jika massa sumber penghasil medan gravitasi dan jarak ke titik suatu benda diketahui.

          Contoh Soal Perhitungan Kuat Medan Gravitasi

          Hitunglah percepatan gravitasi yang dialami orang yang berada 1 m di atas permukaan bumi…

          Diketahui

          mb = massa bumi 5,98 x 1024 kg

          rb = jari jari bumi 6,36 x 106 m

          Pada soal ini, yang menghasilkan atau menjadi sumber medan gravitasi adalah bumi dengan demikian massa bumi dinotasikan dengan mb untuk menghindari kesalahan notasi dengan M dan m yang bisa digunakan untuk matahari dan bumi atau benda lain.

          Jarak orang ke pusat (titik tengah atau jari jari) bumi dinotasikan dengan ro. hal ini untuk menghindari kekeliruan dengan notasi r (yang umum digunakan umum notasi jari jari)). Sehingga nilai ro adalah:

          ro = jari jari bumi + jarak orang ke permukaan bumi

          ro = rb + 1 meter

          ro =   6,36 x 106 m + 1 m

          G = 6,67 x 10-11 Nm2

          Ditanyakan nilai kuat medan gravitasi, g = …

          Menentukan Kuat Medan Gravitasi Di Atas Permukaan Bumi

          Besar kuat medan gravitsi yng dialami seseorang di atas permukaan bumi dapat dinyatakan dengan persamaan berikut:

          g = G.mb/ro2

          g = (6,67 x 10-11)x(5,98 x 1024)/(6,36 x 106+1)2

          g = 9,8 m/s2 (atau N/kg)

          Jadi kuat medan gravitasi yang dirasakan oleh orang (benda) pada ketinggian 1 meter dari permukaan bumi adalah 9,8 m/s2 (atau N/kg). ini sama artinya dengan kuat medan gravitasi yang dihasilkan oleh bumi pada jarak 1 meter dari permukaan bumi.

          Jadi sebenarnya kuat medan gravitasi sama dengan percepatan gravitasi.

          Contoh Soal Lainnya Dan Pembahasannya Ada Di Akhir Artikel

          Percepatan Gravitasi Bumi

          Setiap titik yang berada di dalam medan gravitasi bumi akan memiliki percepatan gravitasi yang besarnya dapat dinyatakan dengan persamaan rumus:

          g = G (mb/r2)

          Dengan keterangan

          g = percepatan gravitasi bumi, N/kg atau m/s2

          G = konstanta gravitasi umum, 6,67 x 10-11 Nm2

          mb = massa bumi, kg

          r = jarak titik T ke pusat bumi, m

          Percepatan Gravitasi Bumi Hukum Newton
          Percepatan Gravitasi Bumi Hukum Newton

          Dari Persamaan rumus ini, diketahui bahwa besar percepatan gravitasi bumi hanya dipengaruhi oleh massa bumi, dan tidak dipengaruhi oleh massa benda lainnya.

          Contoh Soal Percepatan Gravitasi Bumi Hukum Newton

          Jika massa bumi 5,98 x 1024 kg dan jari-jari bumi 6.380 km, berapakah percepatan gravitasi di puncak Mount Everest yang tingginya 8.848 m di atas permukaan bumi? (G = 6,67 x 10-11 Nm2/kg2)

          Penyelesaian:

          Diketahui:

          h = tinggi puncak Mount Everest = 8.848 m = 8,848 km

          mb = massa bumi = 5,98 x 1024 kg

          Rb = jari jari bumi = 6.380 km

          G = 6,67 x 10-11 Nm2/kg2

          Ditanya:

          g = …?

          Jawab:

          Cara Menentuka Percepatan Gravitasi Di Puncak Gunung Permukaan Bumi

          Percapatan grvitasi di permukaan bumi dapat dinyatakan dengan rumus berikut:

          Nilai r adalah jarak dari titik pusat bumi ke puncak Mount Everest yaitu:

          r = Rb + h

          r = (6.380 + 8,848) km = 6.389 km = 6,389 x 106 m

          g = G (mb/r2)

          g = 6,67×10-11x(5,98 x 1024)/(6,389×106)2

          g = 9,8 m/s

          Contoh Soal Lainnya Dan Pembahasannya Ada Di Akhir Artikel

          Hukum Kepler Berdasarkan Hukum Gravitasi Newton

          Hukum Kepler yang pertama dapat dijelaskan berdasarkan hukum gravitasi Newton yang menyatakan setiap benda yang dipengaruhi oleh gaya sentral akan memiliki lintasan berupa elips, lingkaran, parabola atau hiperbola. Gaya sentral adalah gaya yang selalu mengarah ke pusat gaya.

          Jika sebuah benda bergerak dipengaruhi oleh gaya sentral maka lintasan benda itu adalah elips, parabola, atau hiperbola. Lintasan atau orbit yang berbentuk elips, disebut memiliki orbit tertutup, sedang orbit hiperbola dan parabola dinamakan memiliki orbit terbuka.

          Hukum Kepler yang kedua dapat dijelaskan berdasarkan gaya yang bekerja pada planet dan matahari bekerja sepanjang garis lurus yang menghubungkan planet dan matahari sehingga momentum sudut yang diakibatkan oleh gaya tersebut kekal.

          Hukum ketiga Kepler dapat dijelaskan berdasarkan kenyataan gaya antara planet dengan matahari sebanding dengan massa planet dan matahari dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak matahari dan planet.

          Planet yang mengelilingi matahari bermassa M memiliki kaitan antarperiode dan jarak rata- ratanya sebagai:

          T2 = (4p2. r3)/(G.M)

          Planet mengelilingi matahari karena adanya gaya sentripetal yang berupa gaya gravitasi antara matahari dan planet tersebut.

          Rumus Menghitung Massa Bumi

          Massa bumi dapat dihitung dengan menggunakan nilai Konstanta Gravitasi Universal atau umum G yang telah diperoleh dari percobaan Cavendish. Massa bumi  dinotasikan denga mB dan jari- jari bumi Rb = 6,37 × 106 m (denga anggapan bahwa bumi adalah bulat sempurna). Berdasarkan pada rumus percepatan gravitasi bumi seperti berikut:

          g = (G.mB)/Rb2

          maka massa bumu m adalah:

          mB = (g.Rb2)/G

          mB = 9,8x (6,37 x 106)2/(6,67 x 10-11)

          mB = 5,96 x 1024 kg

          Rumus Menghitung Massa Matahari

          Telah diketahui bahwa jari- jari rata- rata orbit bumi rb = 1,5 × 1011 m dan periode bumi dalam mengelilingi matahari TB = 1 tahun = 3 × 107 s.

          Dengan menggunakan kedua data tersebut, dan dengan menyamakan gaya matahari dan gaya sentripetal bumi, maka dapat diperkirakan besarnya massa matahari.

          Jari jari Orbit bumi = rb = 1,5 × 1011 m

          Periode keliling bumi = Tb = 1 tahun = 3 × 107 s

          Gaya matahari = Fg

          Gsys sentripetal bumi =Fs

          Massa Matahari =M

          Massa bumi = mb

          Maka Fg = Fs

          (G.M.mb)/(rb)2 = (mb.(vb)2)/rb

          Karena vb = (2.π.rb)/Tb,

           maka

          (G.M.mb)/(rb)2 = mb.(4π2 rb2)/(Tb2 rb)

          M =(4π2 rb3)/(G.Tb2)

          M = [4x(3,14)2x(1,5×1011)3]/[(6,67×10-11)x(3×107)2]

          M = 2×1030kg

          Contoh Soal Lainnya Dan Pembahasannya Ada Di Akhir Artikel

          Planet bumi bermassa mb bergerak dengan kelajuan v, jika tidak ada gaya yang menarik bumi, planet bumi akan tetap bergerak lurus. Bumi dapat bergerak melingkari matahari karena ada gaya sentripetal. Gaya sentripetal yang dialami oleh bumi adalah gaya gravitasi antara bumi dan matahari.

          Bumi yang bergerak melingkar memiliki gaya sentrifugal dengan arahnya menuju keluar lingkaran. Karena adanya keseimbangan antara gaya sentripetal dan gaya sentrifugal, maka bumi bergerak mengelilingi matahari dengan orbit tertutup.

          Bila massa matahari adalah M   , gaya gaya yang bekerja pada bumi dapat dituliskan sebagai berikut:

          Fsentripetal = Fsentrifugal

          G.(M.mb)/r2 = (mb.v2)/r

          Diketahui bahwa v2 adalah

          v2 =(G.M)/r

          Diketahui periode bumi yaitu T. Selama waktu T, bumi menempuh perjalanan mengelilingi matahari satu kali putaran penuh, maka jarak yang dilalui adalah keliling lingkaran sebesar

          2π.r.

          Kelajuan bumi adalah:

          v = (2π.r)/T

          substitukan ke persamaan sebelumnya

          v2 = ((2π.r)/T)2 =(G.M)/r

          sehingga diperoleh persamaan berikut

          T2 = (4π2. r3)/(G.M)

          Bila orbit planet tidak berupa lingkaran tetapi elips maka jari- jari r diganti jarak rata- rata antara planet dan matahari, yang besarnya sama dengan sumbu semimayor elips.

          1). Contoh Soal Menghitung Berat Astronot Di Orbit

          Seorang astronot di bumi memiliki berat 600 N. Kemudian astronot naik pesawat meninggalkan bumi hingga mengorbit pada ketinggian sama dengan jari jari bumi R (R = jari-jari bumi = 6.380 km). G = 6,67.10-11 Nm2kg-2. Berapakah berat astronot tersebut pada orbit tersebut?

          Diketahui

          R1 = R =  Jari jari bumi

          R1 = 6.380 km = 6,38×106m

          F1 = 600 N

          R2 = jarak astronot ke pusat bumi

          R2 = R1 + R1 = 2R1

          R2 =  2 x 6,38×106

          R2 = 1,276×107 m

          Menghitung Berat Astronot Di Orbit Luar Bumi

          Berat astronot merupakan gaya gravitasi bumi. Sehingga berbanding terbalik dengan kuadrat jarak kedua.

          F1 = berat astronot di bumi

          F1 = G.M.m/(R1)2 atau

          F1 (R1)2 = G.M.m

          F2 = berat astronot di orbit luar bumi

          F2 = G.M.m/(R2)2

          F2 (R2)2 = G.M.m

          Sehingga dapat dinyatakan dengan

          F2 (R2)2  = F1 (R1)2

          F2 = F1 (R1/R2)2

          F2 = F1 (R1/2R1)2

          F2 = F1(1/2)2

          F2 = (600) (¼)

          F2 = 150 N

          Jadi berat astronot di orbit di luar bumi adalah 150 N

          2). Contoh Soal Menentukan Gaya Gravitasi Bumi Bulan

          Massa bumi adalah 6 x 1024 kg dan massa bulan adalah 7,4 x 1022 kg. Jarak rata rata Bumi dengan Bulan adalah 3,8 x 108 m dan G = 6,67 x 10-11 Nm2/kg2, tentukan gaya gravitasi antara Bumi dengan Bulan!

          Diketahui:

          M = 6 x 1024 kg

          m = 7,4 x 1022 kg

          R = 3,8 x 108 m

          G = 6,67 x 10-11 Nm2/kg2

          Menentukan Gaya Gravitasi Antara Bumi Dan Bulan

          Gaya gravitasi yang terjadi antara bumi dan bulan dapat dinyatakan dengan menggunakan persamaan berikut:

          F = (G.M.m)/r2

          F = (6,67 x 10-11)( 6 x 1024)(7,4 x 1022)/(3,8 x 108)2

          F = 2,05 x 1020 N

          Jadi gaya gravitasi antara bumi dan bulan adalah 2,05 x 1020 N

          3). Contoh Soal Menghitung Massa Bumi

          Tentukan massa bumi jika jari-jari bumi 6,38 x106 m, konstanta gravitasi 6,67x 10-11 Nm2/kg2, dan percepatan gravitasi 9,8 m/s2:

          Diketahui:

          R = 6,38 x 106 m

          G = 6,67 x 10-11 Nm2/kg2

          g = 9,8 m/s2

          Rumus Cara Menentukan Massa Bumi

          Massa bumi dapat dinyatakan dengan menggunakan dengan persamaan berikut

          mb = (g R2)/G

          mb = (9,8)( 6,38 x 106)2/(6,67 x 10-11)

          mb = 5,98x 1024 kg

          Jadi massa bumi adalah 5,98x 1024 kg

          4). Contoh Soal Menentukan Percepatan Gravitasi Bulan dan Berat Benda Di Bulan

          Bila sebuah benda beratnya di permukaan bumi adalah 9,8 N sedangkan Massa bulan adalah 7,35x 1022 kg dan jari-jarinya 1,738 x 106 m. Hitunglah berapakah beratnya bila berada di bulan.

          Diketahui:

          Berat di Bumi

          W = m.g = 9,8 N,

          Percepatan gravitasi bumi di permukaan bumi adalah 9,8 maka massa benda 1 kg. Berat

          9,8= m.9,8

          m = 1kg

          Menghitung Percepatan Gravitasi Bulan

          Percepatan gravitasi bulan dapat dinyatakan dengan persamaan rumus berikut:

          gm = G.mm/(rm)2

          gm = percepata gravitasi bulan

          mm = massa bulan

          mm = 7,35x 1022 kg

          rm = jari jari bulan

          rm = 1,738 x 106 m

          G = 6,67 x 10-11 Nm2/kg2

          gm = (6,67 x 10-11) 7,35x 1022)/(1,738 x 106)2

          gm = 1,62 m/s2

          Jadi percepatan gravitasi di bulan adalah 1,62 m/s2

          Rumus Menentukan Berat Benda Di Bulan

          Berat benda di bulan dapat dinyatakan dengan menggunakan rumus berikut

          W =m.gm

          W = 1x 1,62

          W = 1,62 N

          Jadi berat benda di bulan adala 1,62 N

          5). Contoh Soal Menghitung Kala Revolusi Venus Hukum Kepler 3

          Jarak rata-rata bumi ke matahari = 1 astronomi dan kala revolusi bumi = 365 hari. Jika jarak rata-rata venus ke matahari 0,72 astronomi, berapakah kala revolusi venus?

          Diketahui:

          T1 = kala revolusi bumi

          T1 = 365 hari

          R1 = jarak rata rata bumi ke matahari

          R1 = 1 As

          R2 = Jarak rata rata  venus ke matahari

          R2 = 0,72 As

          T2 = kala revolusi venus

          Jawab:

          Rumus Cara Menghitung Kala Revolusi Venus

          Kala revolusi venus dapat dinyatakan dengan persamaan rumus berikut:

          (T1)2/(R1)3 = (T2)2/(R2)3

          (T1/T2)2 = (R1/R2)3

          (365/T2)2 = (1/0,72)3

          (365/T2)2 = 2,679

          365/T2 = 1,64

          T2 = 222,56 hari

          Jadi kala revolusi venus adalah 222,56 hari

          6). Contoh Soal Menghitung Energi Potensial Gravitasi

          Sebuah pesawat antariksa bermassa 1 ton akan diluncurkan dari permukaan bumi. Jari-jari bumi R = 6,38×106 m dan massa bumi 5,98×1024 kg. Tentukan:

          a). energi potensial pesawat saat di permukaan bumi,

          b). kecepatan awal pesawat agar tidak kembali lagi ke bumi

          Diketahui

          m = 1 ton = 103 kg

          R = 6,38×106 m

          M = 5,98×1024 kg

          Rumus Menghitung Energi Potensial Pesawat Di Permukaan Bumi,

          Energi potensial pesawat saat berada di permukaan bumi dapat dinyatakan dengan  rumus berikut:

          Ep = – G M.m/R

          Ep = – (6,67 x 10-11)( 5,98×1024)(103 )/( 6,38×106)

          Ep = – 6,25 x 1010 Joule

          Jadi energi potensial pesawat adalah 6,25 x 1010 Joule

          Kecepatan Awal Pesawat Luar Antariksa Agar Tidak Kembali Ke Bumi

          Pada gerak pesawat berlaku hukum kekekalan energi mekanik. Karena tidak kembali berarti energi akhirnya nol dan dapat dinyatakan dengan rumus berikut

          Ep1 + Ek1 = Em (~)

          G M.m/R = ½ m.(v0)2

          (v0)2 = 2,G M./R

          (v0)2 = 2 (6,67 x 10-11)( 5,98×1024)/( 6,38×106)

          v0 = 11,2 x 103 m/s

          Jadi kecepatan awal pesawat agar tidak kembali ke bumi adalah 11,2 x 103 m/s

          Kecepatan v0 ini dinamakan dengan kecepatan lepas.

            Daftar Pustaka:

            1. Ganijanti Aby Sarojo, 2002, “Seri Fisika Dasar Mekanika”, Salemba Teknika,  Jakarta.
            2. Giancoli, Douglas, 2001, “Fisika Jilid 1, Penerbit Erlangga, Jakarta.
            3. Sears, F.W – Zemarnsky, MW , 1963, “Fisika untuk Universitas”, Penerbit Bina Cipta, Bandung,
            4. Ardra.Biz, 2019, “Pengertian Gelombang, Jenis Gelombang, Sifat-sifat Gelombang, Contoh Gelombang, Manfaat fungsi gelombang,
            5. Giancoli, Douglas C. 2000. Physics for Scientists & Engineers with Modern Physics, Third Edition. New Jersey, Prentice Hall.
            6. Halliday, David, Robert Resnick, Jearl Walker. 2001. Fundamentals of Physics, Sixth Edition. New York, John Wiley & Sons.
            7. Tipler, Paul, 1998, “Fisika untuk Sains dan Teknik”, Jilid 1,Pernerbit Erlangga, alih bahasa: Prasetyo dan Rahmad W. Adi, Jakarta.
            8. Tipler, Paul, 2001, “Fisika untuk Sains dan Teknik”, Jilid 2, Penerbit Erlangga, alih bahasa: Bambang Soegijono, Jakarta
            9. Ringkasan Rangkuman: Gaya gravitasi adalah gaya interaksi yang berupa tarik-menarik antara benda.
            10. Hukum Gravitasi Newton berbunyi: “Setiap benda di alam semesta menarik benda lain dengan gaya yang besarnya berbanding lurus dengan hasil kali massa-massanya dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara keduanya”,
            11. Cavendish mendapatkan nilai G sebesar 6,67 x10-11 Nm2/kg2.
            12. Percepatan gravitasi adalah percepatan suatu benda akibat gaya gravitasi
            13. Massa bumi dapat dihitung dari persamaan percepatan gravitasi, yang besarnya mb = 5,98 x 1024 kg.
            14. Orbit geosinkron adalah orbit satelit dimana periodenya sama dengan periode rotasi bumi.
            15. Kepler mengemukakan tiga hukum yang berhubungan dengan peredaran planet terhadap Matahari.
            16. Hukum I Kepler: “Setiap planet bergerak mengitari Matahari dengan lintasan berbentuk elips, Matahari berada pada salah satu titik fokusnya”.
            17. Hukum II Kepler: “Suatu garis khayal yang menghubungkan Matahari dengan planet menyapu daerah yang luasnya sama dalam waktu yang sama”.
            18. Hukum III Kepler: “Perbandingan kuadrat periode planet mengitari Matahari dengan pangkat tiga jarak rata-rata planet ke Matahari adalah sama untuk semua planet”,
            19. Hukum Kepler Gravitasi Newton: Pengertian Rumus Medan Arah Garis Gaya Tarik Massa Matahari Bumi Bulan Planet Venus Semesta Contoh Perhitungan 6, Teori Geosentris, Heliosentris, Gambar Aphelion dan Perihelion, Kala Revolusi Orbit Planet,

            Hukum Biot Savart, Gaya Lorentz, Induksi Medan Magnetik: Pengertian Rumus Contoh Soal Perhitungan,

            Pengertian Medan Magnetik. Di sekitar benda magnet selalu ada daerah atau ruang atau tempa yang dinamai medan magnet. Pada daerah ini, magnet lain dan benda yang bersifat magnet akan dipengaruhi oleh gaya magnet.

            Sumber Medan Magnet

            Sumber medan magnetic dibedakan menjadi dua jenis, yaitu magnet permanen dan magnet induksi.

            Garis Gaya Magnet

            Di sekitar magnet permanen terdapat medan megnetik yang digambarkan dengan garis garis gaya magnetic. Garis garis gaya megnetik selalu keluar dari kutub utara dan masuk ke kutub selatan magnet. Sedangan di dalam magnet, arah garis garis gaya magnetic digambarkan dari selatan ke utara.

            Garis garis gaya magnet dapat menunjukkan kekuatan dari medan maget. Daerah yang memiliki medan magnet kuat digambarkan dengan garis garis gaya yang rapat. Sedangkan daerah yang medan magnetiknya lemah digambarkan dengan garis garis gaya yang renggang..

            Daerah medan magnet yang memiliki kuat medan magnetic terbesar disebut kutub magnet. Setiap magne memiliki dua kutub yaitu kutub utara dan kutub selatan.

            Induksi Medan Magnetik

            Medan Magnet yang dihasilkan oleh arus listrik disebut medan magnet induksi. Garis garis gaya magnet oleh arus listrik selalu melingkari kawat. Dalam hal ini Kawat sebagai sumbu lingkaran.

            Arah Medan Magnet

            Orientasi arah garis garis gaya megnet mengikuti aturan tangan kanan atau aturan putaran sektup. Arah medan magnet di suatu titik searah dengan orientasi garis garis gaya dan selalu menyinggung lingkaran garis garis gaya.

            Aturan Tangan Kanan Arah Medan Magnet Kawat Berarus
            Aturan Tangan Kanan Arah Medan Magnet Kawat Berarus

            Kaidah Aturan Tangan Kanan

            Apabila arah ibu jari menyatakan arah aliran arus listrik, maka arah lipatan jari-jari yang lainnya menyatakan arah medan magnet.

            Hukum Bio Savart

            Hukum Biot–Savart menyatakan bahwa besarnya induksi magnet di suatu titik di sekitar kawat berarus listrik adalah:

            – Berbanding lurus dengan kuat arus yang mengalir pada kawat tersebut.

            – Berbanding lurus dengan panjang kawat penghantarnya.

            – Berbanding lurus dengan sinus sudut yang dibentuk oleh arah arus dengan garis hubung dari suatu titik ke kawat penghantar.

            – Berbanding terbalik dengan kuadrat jarak dari titik itu ke kawat penghantar.

            Kuat Medan Magnet

            Kuat  medan magnetic menunjukkan besarnya induksi magnetic yang ditimbulkan oleh sebuah kawat yang berarus listrik.

            Kuat Medan Magnet – Induksi Magnet Kawat Lurus

            Besarnya kuat medan magnet di sekitar kawat lurus panjang beraliran arus listrik dapat dinyatakan dengan persamaan rumus berikut:

            BP =(μ0. I)/(2.π.r)

            Dengan Keterangan

            BP = induksi magnetik di suatu titik (P)  (Wb/m2 atau Tesla)

            μ0 = permeabilitas ruang hampa (4 ×10-7 Wb.A-1m-1)

            I = kuat arus yang mengalir dalam kawat (A)

            r = jarak suatu titik (P) ke kawat penghantar (m)

            Contoh Soal Ujian Kuat Medan Magnet Kawat Lurus

            Sebuah kawat lurus panjang yang dialiri arus listik sebesar 10 A dari arah timur ke barat, tentukan besar dan arah induksi magnetik di titik P tepat di bawah kawat tersebut pada jarak 10 cm..

            Penyelesaian :

            Diketahui :

            I = 10 A

            r= 10 cm = 0,1 m

            μ0 = 4 π×10-7 Wb A-1 m-1

            Ditanyakan :

            BP = …?

            Jawab

            BP =(μ0.I)/(2.π.r)

            BP = (4 x 3,14 x10-7x10)/(2 x 3,14 x 0,1)

            Bp = 2 x 10-5 Tesla  yang arahnya ke selatan.

            Jadi, besarnya induksi magnet di titik P adalah: 2 x 10-5 Tesla dan arahnya ke selatan.

            Contoh Soal Lainnya Beserta Pembahasan Ada Di Akhir Artikel

            Kuat Medan Magnet – Induksi Magnet Kawat Lingkaran

            Besarnya induksi magnetic di pusat kawat berbentuk lingkaran dapat dinyatakan sebagai berikut:

            BP =(μ0 I)/(2.r)

            Jika keliling lingkaran tidak penuh atau tidak membentuk  3600, misalkan θ derajat, maka besar induksi magnetic di pusat lingkaran dapat dinyatakan dengan persamaan rumus berikut:

            BP = (θ/360)x(μ0 I)/(2.r)

            Jika terdapat terdapat N lilitan kawat yang membentuk lingkaran, maka induksi magnetiknya adalah:

            BP = N (μ0 I)/(2.r)

            Kuat Medan Magnet – Induksi Magnet Solenoida

            Solenoida adalah kumparan yang memanjang yang memiliki diameter lebih kecil dibandingkan dengan Panjang kumparannya. Jarak antara lilitan yang satu dengan yang lainnya sangat rapat dan biasanya terdiri atas satu lapisan atau lebih.

            Kuat Medan Magnet – Induksi Magnet Solenoida
            Kuat Medan Magnet – Induksi Magnet Solenoida

            Besarnya induksi magnetic di tengah atau pusat solenoida dapat dinyatakan dengan menggunakan persamaan rumus berikut:

            BP = N (μ0 I)/(L)

            Sedangkan besar induksi magnetic di ujung solenoida dapat dinyatakan dengan mebggunakan persamaan rumus berikut:

            BP = N (μ0 I)/(2.L)

            Dengan Keterangan:

            N = jumlah lilitan kawat

            L = Panjang solenoida

            Contoh Soal Perhitungan Rumus Kuat Medan Magnet Solenoida

            Suatu solenoida memiliki panjang 2 m dan 800 lilitan dengan jari- jari 2 cm. Jika solenoida dialiri arus 0,5 A, tentukan induksi magnetic di pusat solenoida,

            Penyelesaian:

            Diketahui

            L = 2 m

            N = 800

            I = 0,5 A

            Ditanyakan Bp di pusat solenoida = ..?

            Jawab

            BP = N (μ0 I)/(L)

            BP = 800 (4 π×10-7 Wb.A-1m-1 x 0,5A)/(2m)

            BP = 2,5 x 10-4 T

            Contoh Soal Lainnya Beserta Pembahasan Ada Di Akhir Artikel

            Kuat Medan Magnet – Induksi Magnet Toroida

            Toroida  adalah sebuah solenoida yang dilengkungkan sehingga membentuk sebuah lingkaran.

            Kuat Medan Magnet – Induksi Magnet Toroida
            Kuat Medan Magnet – Induksi Magnet Toroida

            Besar induksi magnetic pada toroida dapat dinyatakan dengan menggunakan persamaan rumus berikut:

            BP = N (μ0 I)/(2.π.r) atau

            BP = N (μ0 I)/(L)

            Dengan keterangan:

            r = jari jari toroida, m

            Gaya Lorentz

            Gaya magnetik atau gaya lorentz adalah gaya yang timbul pada penghantar berarus atau muatan yang bergerak dalam medan magnetik.

            Jika kawat sepanjang l dialiri arus listrik sebesar I dan berada dalam medan magnet B, maka kawat tersebut akan mengalami gaya Lorentz atau gaya magnet.

            Besarnya gaya magnetik gaya Lorentz yang dialami oleh kawat yang beraliran arus lisrik :

            – Berbanding lurus dengan kuat medan magnet/induksi magnet (B).

            – Berbanding lurus dengan kuat arus listrik yang mengalir dalam kawat (I).

            – Berbanding lurus dengan panjang kawat penghantar ( L).

            – Berbanding lurus dengan sudut (θ) yang dibentuk arah arus (I) dengan arah induksi magnet (B).

            Arah Gaya Lorentz

            Arah gaya Lorentz dapat ditentukan dengan aturan tangan kanan seperti yang ditunjukkan dalam gambar berikut  (Gambar en.wikipedia)

            Gaya Lorenzt  Gaya Magnet Kawat Berarus
            Gaya Lorenzt Gaya Magnet Kawat Berarus

            Aturan Tangan Kanan Gaya Lorentz

            Apabila tangan kanan dalam keadaan terbuka, semua jari- jari dan ibu jari diluruskan. Arah dari pergelangan tangan menuju jari- jari menyatakan arah induksi magnet B dan arah ibu jari menyatakan arah arus listrik I, maka arah gaya magnetiknya F dinyatakan dengan arah telapak tangan menghadap (arah F ke atas).

            Gaya Lorentz  Gaya Magnet Kawat Berarus

            Gaya Lorentz yang terjadi pada kawat berarus dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan rumus berikut:

            F = B. I. L sin θ

            Contoh Soal Perhitungan Rumus Gaya Lorentz  Gaya Magnet Kawat Berarus

            Sebuah kawat  berarus 3 A berada dalam medan magnet 0,5 tesla yang membentuk sudut 300. Berapakah besar gaya Lorentz yang dialami kawat tersebut sepanjang 5 cm?

            Penyelesaian

            Diketahui

            I = 3 A

            B = 0,5 tesla (1 tesla = 1 wb/m2)

            θ = 300

            L = 5 cm = 5.10-2 m

            Ditanyakan F = …

            Gaya Lorentz memenuhi :

            F = B .I .L sin 300

            F = 0,5 . 3 . 5.10-2 . 1/2

            F = 3,75 . 10-2 N

            Contoh Soal Lainnya Beserta Pembahasan Ada Di Akhir Artikel

            Gaya Lorentz  Gaya Magnet Muatan Bergerak

            Jika sebuah muatan listrik bergerak dalam medan magnet, maka muatan tersebut akan mengalami gaya Lorentz atau gaya magnet. Besar gaya Lorentz yang terjadi dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan rumus berikut:

            F = B. q. v sin θ

            Gaya Lorentz  Gaya Magnet Dua Kawat Sejajar

            Besarnya gaya Lorentz baik Tarik menarik atau tolak menolak pada dua kawat sejajar yang berarus listrik dapat ditentukan dengan menggunkan formulasi persamaan berikut:

            F1= F2 = l. (μ0 I1 I2)/(2πr)

            Jika arah arus pada kedua kawat tersebut searah, maka kedua kawat akan saling Tarik menarik. Dan jika arah arus pada kedua kawat saling berlawanan, maka kawat akan saling tolak menolak.

            Fluks Magnet

            Michael Faraday menggambarkan medan magnetic sebagai garis garis gaya. Garis gaya semakin rapat menunjukkan medan magnetic yang semakin kuat. Kuat medan magnetic menunjukkan besarnya induksi magnetic.

            Fluks magnetik menyatakan banyaknya jumlah garis gaya yang menembus permukaan bidang secara tegak lurus.  Jadi kalau garis gaya tidak tegak lurus, maka ada koreksi terhadap arah datangnya dengan menggunakan sudut datang θ.

            Fluks Magnetik Induksi
            Fluks Magnetik Induksi

            Fluks magnetic φ adalah banyaknya garis medan magnetic yang dilingkupi oleh suatu luas daerah tertentu A dalam arah tegak lurus. Fluks magnetik dapat dinyatakan dengan menggunakan persamaan rumus berikut:

            φ = B. A cos q

            Dengan Keterangan:

            φ = Fluks magnet (Wb)

            A = Luas Penampang m2

            B = Induksi magnet (T)

            θ = sudut antara B dengan garis normal bidang A

            Hukum Faraday

            Hukum Faraday menyatakan bahwa “Jika fluks magnet yang memesuki suatu kumparan berubah, maka pada ujung – ujung kumparan akan timbul gaya geral listrik induksi dan besarnya bergantung pada laju perubahan fluks magnet yang dilingkupi oleh kumparan”.

            Jika kumparan yang memiliki N buah lilitan, maka gaya gerak listrik induksinya dapat dinyatakan dengan menggunakan persamaan rumus berikut:

            εinduksi = – N (Δf/Δt)

            εinduksi = GGL induksi (volt)

            N = jumlah lilitan

            Δf/Δt = laju perubahan fluks magnet (Wb/detik)

            Selain itu, gaya gerak listrik induksi dapat pula terbentuk akibat terjadinya perubahan medan magnet atau perubahan luas kumparan.

            Gaya gerak listrik induksi yang terbentuk akibat adanya perubahan medan magnet atau induksi magnet dapat dirumuskan dengan persamaan berikut:

            εinduksi = – N. A (ΔB/Δt)

            Ketika yang berubah adalah luas kumparan, maka besarnya gaya gerak listrik induksi yang terjadi dapat dirumuskan dengan persamaan berikut:

            εinduksi = – N. B (ΔA/Δt)

            Dengan keterangan:

            N = jumlah lilitan

            A = luas kumparan

            B = kuat medan magnet (T)

            1). Contoh Soal Perhitungan Induksi Magnetik Hukum Biot Savart

            Sebuah kawat lurus panjang yang dialiri arus listik sebesar 10 A dari arah timur ke barat, tentukan besar dan arah induksi magnetik di titik P tepat di bawah kawat tersebut pada jarak 10 cm.

            Penyelesaian :

            Diketahui :

            I = 10 A

            r = 10 cm = 0,1 m

            μ0= 4π ×10-7 WbA-1m-1

            Ditanyakan :

            BP = …?

            Jawab :

            BP  = μ0.I/2π.r

            BP  = (4π×10-7x10)/[2π x (0,1)]

            BP = 2×10-5 T yang arahnya ke selatan.

            Jadi, besarnya induksi magnet di titik P adalah : 2×10-5 T yang arahnya ke selatan.

            2). Contoh Soal Perhitungan Rumus Induksi Magnetik Kawat Penghantar Lurus

            Tentukan besar induksi magnetik pada jarak 30 cm dari pusat sebuah penghantar lurus yang berarus listrik 90 A

            Penyelesaian:

            Diketahui:

            r = 30 cm = 30 × 10-2 m, Jarak ke penghantar,

            I = 90 A,  kuat arus listrik,

            μ0 = 4π × 10-7 Wb/A.m,  permeabilitas vakum,

            Ditanya:

            B = Besar induksi magnetik oleh penghantar lurus

            Rumus Menghitung Induksi Magnetik Kawat Penghantar Biot Savart

            Besar induksi magnetic yang ditimbulkan oleh kawat penghantar dapat dinyatakan dengan rumus berikut

            BP = μ0.I/2.π.r

            BP = (4π x10-7)(90)/(2πx0,3)

            BP = 6×10-5 T

            3). Contoh Soal Perhitungan Gaya Magnetik Antara Dua Kawat Lurus

            Dua kawat berarus listrik sejajar terpisah sejauh 10 cm satu dengan yang lainnya. Kawat C dialiri arus 12 ampere dan kawat D dialiri 8 ampere. Arus pada kedua mengalir searah. Hitunglah gaya magnetic yang dialami oleh kawat D yang panjangnya 2 m.

            Perhitungan Gaya Lorentz Induksi Magnetik Antara Dua Kawat Lurus
            Perhitungan Gaya Lorentz Induksi Magnetik Antara Dua Kawat Lurus

            IC = 12 A

            ID = 8 A

            r = 10 cm = 0,1 m

            LD = 2 m

            μ0 = 4π × 10-7 Wb/A.m,

            Menghitung Induksi Medan Magnetik Pada Kawat D Disebabkan Kawat C

            Besar induksi magnetic pada kawat D yang disebabkan oleh kawat C yang berarus dapat dinyatakan dengan persamaan rumus berikut:

            BD = μ0.IC/2.π.r

            BD = (4π × 10-7)(12)/(2.π.x0,1)

            BD  = 2,4 x 10-5T

            Sesuai dengan aturan kaidah tangan kanan, arah medan magnetic adalah tembus masuk ke bidang halaman. Sehingga I dengan BD Membentuk sudut 900

            Menghitung Gaya Magnetik Pada Kawat D Oleh Kawat C

            Besar gaya magnetic yang disebabkan oleh induksi magnetic dari kawat C (BD) dapat dinyatakan dengan persamaan berikut:

            FM = ID LD BD sin θ

            FM = 8 x 2 x (2,4×10-5) sin 900

            FM = 38,4 x 10-5 N

            Sesuai dengan aturan kaidah tangan kanan, gaya magnetic pada kawat D mengarah ke kanan.

             

             

            4). Contoh Soal Perhitungan Induksi Magnetik Dua Kawat Lurus Sejajar Biot Savart

            Dua kawat lurus panjang berarus listrik sejajar dengan jarak 15 cm. Kuat arusnya searah dengan besar IA = 20 A dan IB = 30 A. Tentukan induksi magnet di suatu titik C yang berada diantara kedua kawat berjarak 5 cm dari kawat IA.

            Diketahui:

            IA = 20 A

            IB = 30 A

            rA = 5 cm

            rB = 10 cm

            μ0 = 4π × 10-7 Wb/A.m

            Letak titik P dapat dilihat seperti pada Gambar. Sesuai kaedah tangan kanan arah induksi magnetnya berlawanan arah sehingga memenuhi persamaan berikut:

            Perhitungan Induksi Magnetik Dua Kawat Lurus Sejajar Biot Savart
            Perhitungan Induksi Magnetik Dua Kawat Lurus Sejajar Biot Savart

            BC = BA – BB

            Menghitung Induksi Magnetik Kawat Lurus Arus IA

            BA = μ0.IA/2.π.rA

            BA = (4π×10-7)(20)/2.π.(0,05))

            BA = 8 x 10-5 T

            Menghitung Induksi Magnetik Kawat Lurus Arus IB

            BB = μ0.IB/2.π.rB

            BB = (4π×10-7)(30)/2.π.(0,1))

            BB = 6 x 10-5 T

            Menghitung Induksi Magnetik Di Titil P Dari Dua Kawat Lurus Berarus

            BC = BA – BB

            BP = (8 x 10-5) – (6 x 10-5)

            BP = 2x 10-5 T

            5). Contoh Soal Perhitungan Medan Magnetik di Sekitar Arus yang Melingkar

            Tentukanlah besarnya induksi medan magnetik di pusat lingkaran berarus 4 ampere, jika jari-jari lingkaran 16 cm!

            Penyelesaian:

            Diketahui:

            I = 4 A

            r = 16 cm = 0,16 m

            μ0 = 4π × 10-7 Wb/A.m,  permeabilitas vakum,

            Jawab

            Rumus Menghitung Induksi Medan Magnetik Sekitar Arus Melingkar

            Besarnya induksi magnetic sekitar arus melingkar dapat dinyatakan dengan rumus berikut

            BP = μ0.I/2.r

            BP = (4π x10-7)(4)/(2×0,16)

            BP = 5π x 10-6 T

            6). Contoh Soal Perhitungan Induksi Magnetik Di Tengah Selonoida

            Sebuah solenoida jari-jarinya 4 mm dan panjangnya 100 cm memiliki 500 lilitan. Jika dialiri arus 2 A maka tentukan induksi magnet di titik tengah suatu solenoida

            Diketahui

            L = 100 cm = 1 m

            N = 500

            I = 2 A

            μ0= 4π×10-7 WbA-1m-1

            Menghitung Besar Induksi Magnetik Di Tengah Solenoida

            Induksi magnet di titik tengah suatu solenoida dapat dinyatakan dengan menggunaka persamaan berikut:

            B = μ0.I.n

            n = N/L

            B = μ0.I.N/L

            B = (4π×10-7)(2)(500)/(1)

            B = 4π x 10-4 wb/m2

            7). Contoh Soal Perhitungan Biot Savart Solenoida

            Sebuah solenoida yang panjangnya L = 4m dengan jari jarinya r = 4m memiliki 1600 lilitan dan dialiri arus listrik 1 ampere.

            a). hitunglah induksi megnetik di ujung solenoida

            b). Jika solenoida direnggangkan sehingga panjanggnya dua kali semula. hitung besar induksi magnetic di ujung solenoida tersebut.

            Diketahui

            L = panjang 4m

            r = 4 m

            N = 1600 lilitan

            I = 1 ampere

            μ0= 4π×10-7 WbA-1m-1

            Jawab:

            a). Rumus Menghitung Induksi Magnetik Ujung Solenoida

            Induksi magnetic di ujung solenoida dapat dinyatakan dengan menggunakan persamaan berikut:

            BP  = μ0.I.N/2L

            Bp = (4π×10-7)(1)(1600)/(2×4)

            Bp = 8π x 10-5 T

            b). Menghitung Induksi Magnetik Biot Savart Solenoida Panjang Dua Kali.

            Jika panjangnya dijadikan dua kali semula, sehingga Panjang L= 2 x4 = 8m, maka induksi magnetic dapat dinyatakan dengan rumus berikut:

            BP = μ0.I.N/2.L

            Bp = (4π×10-7)(1)(1600)/(2x2x4)

            Bp = 4π x 10-5 T

            8). Contoh Soal Perhitungan Medan Magnetik Selonoida

            Sebuah selonoida terdiri dari 20 lilitan per cm dialiri arus 10 A. tentukan medan magnet di tengah tengah dan di ujung selonoida.

            Diketahui

            n = 20 lilitan/cm = 2000 lilitan/1m atau

            N = 2000 lilitan

            L = 1 m

            I = 10 A

            μ0 = 4π×10-7 WbA-1m-1

            Menghitung Medan Magnetik Di Tengah Selonoida

            Besar medan magnetic di tengah tengah selonoida dapat dinyatakan dengan rumus berikut:

            B = μ0 .I.n  atau

            B = μ0 I.N/.L

            B = (4π×10-7)(10)(2000)/(1)

            B = 8π x 10-3 T

            Menghitung Medan Magnetik Di Ujung Selonoida

            Besar medan magnetic di ujung selonoida dapat dinyatakan dengan rumus berikut:

            B = μ0.I.N/2.L

            B = (4π×10-7)(10)(2000)/(2×1)

            B = 4π x 10-3 T

            9). Contoh Soal Perhitungan Medan Magnetik Toroida

            Sebuah toroida mempunyai 200 lilitan dengan jari jari 20 cm dialiri arus 6 ampere. Tentukan medan magnet di dalam sumbu lilitan teroida tersebut

            Diketahui

            N = 200 lilitan

            r = 20 cm = 0,2 m

            I = 6 A

            μ0= 4π×10-7 WbA-1m-1

            Rumus Menghitungan Medan Magnetik Toroida

            Besar medan magnetic dalam totoida dapat dinyatakan dengan persamaan berikut:

            B = μ0. I.N/2.π.r

            B = (4π×10-7)(6)(200)/(2πx0,2)

            B = 1,2 x 10-3 T

            10). Contoh Soal Rumus Perhitungan Induksi Magnetik Toroida

            Sebuah toroida memiliki 2.000 lilitan dialiri arus sebesar 10 A. Toroida memiliki jari-jari lingkaran bagian dalam 4 cm dan bagian luar 6 cm. Tentukan besarnya induksi magnet pada toroida tersebut!

            Diketahui :

            N = 2.000 lilitan

            I = 10 A

            r1 = 4 cm = 0,04 m

            r2 = 6 cm = 0,06 m

            Jawab :

            Jari-jari rata-rata toroida adalah :

            r = (0,04 + 0,06)/2

            r = 0,05 m

            Menghitung Induksi Magnetik Toroida

            Besar induksi magnetic toroida dapat dinyatakan dengan persamaan rumus berikut:

            B = μ0. I.N/2.π.r

            B = (4π×10-7)(10)(2000)/(2πx0,05)

            B =  8x 10-2 T

            11). Contoh Soal Perhitungan Gaya Magnet Kawat Penghantar Berarus

            Sebuah kawat penghantar panjangnya 50 cm diletakkan di dalam medan magnet homogen 2×10-5 T dan membentuk sudut 30o. Berapa N gaya magnet yang dialami kawat jika dialiri arus sebesar 10 A

            Diketahui:

            L = 50 cm = 0,5 m

            B = 2×10-5 T

            θ = 30o

            I = 10 A

            Jawab:

            Menghitung Gaya Magnet Kawat Penghantar

            Besar gaya magnet pada kawat yang diletakan dalam medan magnet dapat dinyatakan dengan menggunakan persamaan berikut:

            F = B.I.L.sin θ

            F= 2×10-5 x 10 x 0,5 x sin 30o

            F= 10×10-5 x (0,5)

            F= 5 x10-5 N

            12). Contoh Soal Perhitungan Kuat Arus Kawat Dalam Gaya Lorentz

            Suatu kawat berarus listrik berada dalam medan magnetik 2 T dengan membentuk sudut 60o terhadap kawat. Jika Panjang kawat 2 meter, dan besarnya gaya Lorentz yang dialami kawat tersebut 17,4 N, hitung besar arus yang mengalir pada kawat tersebut

            Diketahui:

            F = 17,4

            θ = 60o

            B = 2 T

            L = 2 m

            Menghitung Gaya Lorentz Kawat Berarus

            Besar gaya Lorentz yang dialami kawat berarus Ketika berada dalam medan magnet dapat dinyatakan dengan persamaan berikut:

            F = B.I.L sin θ atau

            I = F/(B.L sin θ)

            I = (17,4)/(2x2x sin 60o)

            I = 4,35/(0,87)

            I = 5A

            13). Contoh Soal Perhitungan Gaya Magnetik Lorentz Dua Kawat Sejajar Berarus

            Dua buah kawat panjang sejajar terpisah pada jarak 5 cm, masing- masing dialiri arus sebesar 5 A dan 10 A, tentukan besar gaya magnetik per satuan panjang yang bekerja pada kawat:

            Diketahui:

            r = 5 cm = 0,05 m

            I1 = 5 A

            I2 = 10 A

            μ0 = 4 π × 10-7 Wb A-1m-1

            Jawab:

            Menghitung Gaya Lorentz Dua Kawar Berarus Sejajar

            Besar gaya magnetic Lorentz persatuan Panjang yang dialami kedua kawat dapat dinyatakan dengan persamaan rumus berikut:

            F/L = (μ0.I1.I2)/(2.π.r)

            F/L = = (4 π x10-7)(5)(10)/(2.π x0,05)

            F/L = 2×10-4 N

            14). Contoh Soal Perhitungan Kecepatan Muatan Dalam Medan Magnet

            Suatu muatan bermassa 18,4× 10-38 kg bergerak memotong secara tegak lurus medan magnetik 4 tesla. Jika muatan sebesar 3,2 × 10-9 C dan jari-jari lintasannya 2 cm, tentukan kecepatan muatan tersebut!

            Diketahui:

            m = 18,4 × 10-38 kg

            B = 4 tesla

            q = 3,2 × 10-9 C

            r = 2 cm = 0,02 m

            Menghitung Kecapata Partikel Bermuatan Dalam Medan Magnet

            Besarnya kecepatan muatan dapat dinyatakan dengan menggunakan Persamaan berikut:

            r = (m.v)/(q.B) atau

            v = (r.q.B)/m

            v = (0,02)(3,2 × 10-9)(4)/(18,4× 10-38)

            v = 1,39 x 1027 m/s

            15). Contoh Soal Perhitungan Gaya Magnetik Lorentz Partikel Bermuatan

            Sebuah partikel bermuatan sebesar 4×10-5 C bergerak dalam medan magnet 2 Wb/m2 dengan kecepatan 3×104 m/s. Tentukan besarnya gaya magnetik yang dialami partikel tersebut jika arah geraknya membentuk sudut 30o terhadap medan magnet!

            Diketahui :

            q = 4×10-5 C

            B = 2 Wb/m2

            v = 3×104 m/s

            θ = 30o

            Jawab:

            Menghitung Gaya Magnetik Lorentz Partikel Bermuatan Bergerak

            Besar gaya magnetic lorentz yang dialami partikel bemuatan yang sedang bergerak dalam medan magnetic dapat dinyatakan dengan persamaan rumus berikut:

            F = B.q.v sin θ

            F= (2)(4×10-5)(3×104) sin 30o

            F = 2,4 x ½

            F= 1,2  N

            Jadi, besarnya gaya magnetik yang dialami partikel adalah 1,2 N.

              Daftar Pustaka:

              1. Ganijanti Aby Sarojo, 2002, “Seri Fisika Dasar Mekanika”, Salemba Teknika,  Jakarta.
              2. Giancoli, Douglas, 2001, “Fisika Jilid 1, Penerbit Erlangga, Jakarta.
              3. Sears, F.W – Zemarnsky, MW , 1963, “Fisika untuk Universitas”, Penerbit Bina Cipta, Bandung,
              4. Ardra.Biz, 2019, “Pengertian Gelombang, Jenis Gelombang, Sifat-sifat Gelombang, Contoh Gelombang, Manfaat fungsi gelombang,
              5. Giancoli, Douglas C. 2000. Physics for Scientists & Engineers with Modern Physics, Third Edition. New Jersey, Prentice Hall.
              6. Halliday, David, Robert Resnick, Jearl Walker. 2001. Fundamentals of Physics, Sixth Edition. New York, John Wiley & Sons.
              7. Tipler, Paul, 1998, “Fisika untuk Sains dan Teknik”, Jilid 1,Pernerbit Erlangga, alih bahasa: Prasetyo dan Rahmad W. Adi, Jakarta.
              8. Tipler, Paul, 2001, “Fisika untuk Sains dan Teknik”, Jilid 2, Penerbit Erlangga, alih bahasa: Bambang Soegijono, Jakarta.
              9. Ardra.Biz, 2019, “Pengertian Induksi Medan Magnet, Pengertian Medan Magnetik, Contoh Sumber Medan Magnet, magnet permanen dan magnet induksi, Garis Gaya Magnet, Arah Garis Gaya Magnet, Contoh Garis garis gaya magnet, kutub utara dan kutub selatan magnet,
              10. Ardra.Biz, 2019,”Contoh Induksi Medan Magnetik, medan magnet induksi, Arah Medan Magnet, Orientasi arah garis garis gaya megnet, Gambar Arah Medan Magnet, Bunyi Pernyataan Aturan Tangan Kanan,  Kaidah Tangan Kanan arah medan magnet, Bunyi Penrnyataan Hukum Bio Savart,
              11. Ardra.Biz, 2019,”Rumus Persamaan Hukum Biot–Savart, Contoh Soal Rumus Persamaan Hukum Biot–Savart, Rumus Persamaan Kuat Medan Magnet, Kuat Induksi Magnet Kawat Lurus,  Rumus kuat medan magnet, Satuan  induksi magnetic,
              12. Ardra.Biz, 2019, “Nilai satuan permeabilitas ruang hampa, satuan kuat arus, Contoh Soal Ujian Kuat Medan Magnet Kawat Lurus, Pengertian satuan Tesla, Kuat Medan Magnet – Induksi Magnet Kawat Lingkaran, Kuat Medan Magnet – Induksi Magnet Solenoida,  Pengertian Solenoida,
              13. Ardra.Biz, 2019, “Contoh  kumparan solenoida, Rumus induksi magnetic di tengah dan ujung solenoida, Contoh Soal Perhitungan Rumus Kuat Medan Magnet Solenoida, Kuat Medan Magnet – Induksi Magnet Toroida, Pengertian Contoh Toroida, Rumus induksi magnetic toroida,
              14. Ardra.Biz, 2019, “Gaya Lorentz, Bunyi Pernyataan Hukum Lorentz, gaya Lorentz atau gaya magnet, Arah Gaya Lorenzt Aturan tangan kanan Arah gaya Lorenzt, Aturan Tangan Kanan Gaya Lorenzt, Gaya Lorenzt  Gaya Magnet Kawat Berarus,
              15. Ardra.Biz, 2019, “Satuan Gaya Lorenzt, Persamaan rumus Hukum Lorenzt, Contoh Soal Perhitungan Rumus Gaya Lorenzt  Gaya Magnet Kawat Berarus,
              16. Ardra.Biz, 2019, “Gaya Lorenzt  Gaya Magnet Muatan Bergerak, Rumus Gaya Lorenzt  Gaya Magnet Dua Kawat Sejajar, Pengertian Fluks Magnet, Rumus  Fluks magnetic, Pengaruh Kuat medan magnetic terhadap besarnya induksi magnetic, Gambar Fluks magnetic, Satuan  Fluks magnet (Wb),
              17. Ardra.Biz, 2019, “Satuan Induksi magnet (T), Bunyi Pernyataan Hukum Faraday, Rumus Hukum Faraday, Satuan GGL induksi (volt), Rumus gaya gerak listrik induksi, Satuan kuat medan magnet (T).

              Hukum Kekekalan Energi Momentum Impul: Pengertian Restitusi Tumbukan Tidak Lenting Elastis Sempurna, Contoh Soal Perhitungan 14

              Pengertian Momentum. Momentum dapat dikatakan sebagai tingkat kesulitan menghentikan benda yang sedang bergerak.

              Semakin besar momentum suatu benda, maka semakin sulit benda tersebut dihentikan. Momentum dapat didefinisikan sebagai hasil kali antara massa benda dengan kecepatannya. Momentum merupakan besaran vector.

              Rumus Momentum

              Momentum suatu benda dapat dinyatakan dengan menggunakan formuasi rumus berikut:

              p = m.v

              dengan keterangan

              p = momentum (kg.m/detik)

              m = massa benda (kg)

              v = kecepatan benda (m/detik)

              Contoh Soal Ujian Perhitungan Rumus Momentum

              Sebuah Mobil sedan dengan massa 1000 kg meluncur di jalan tol dengan kelajuan 72 km/jam. Tentukan momentum mobil tersebut!:

              Diketahui:

              m = 1000 kg

              v = 72 km/jam = 20 m/s

              Rumus Menentukan Momentum Mobil

              Besarnya momentum mobil yang sedang bergerak dapat dinyatakan dengan rumus berikut:

              p = m . v

              p = 1000 x 20

              p = 20.000 kg.m/s

              Jadi besarnya momentum mobil adalah 20.000 kg.m/s

              Contoh Soal Dan Pembahasan Lainnya Di Akhir Artikel

              Pengertian Impuls

              Impuls dapat didefinisikan sebagai hasil kali gaya dengan selang waktu. Impul merupakan besaran vector.

              Rumus Impul

              Besarnya impul yang dimiliki oleh suatu benda dapat dinyatakan dengan menggunakan persaman rumus berikut:

              I = F Δt

              Dengan keterangan:

              I = impuls (N.s)

              F = Gaya, Newton

              Δt = selang waktu (s)

              Contoh Soal Ujian Perhitungan Rumus Impuls

              Sebuah bola bermassa 1000 gram ditendang dengan gaya 500 N. Jika kaki dan bola bersentuhan selama 1 detik, tentukan impuls pada peristiwa tersebut!

              Diketahui:

              m = 1 kg

              F = 500 N

              Δt = 1 detik, s

              Rumus Impul Saat Bola Ditendang

              Besarnya impul saat bola ditendang dapat dinyatakan dengan rumus berikut:

              I = F . Δt

              I = 500 . 1

              I = 500 N.s

              Jadi besarnya impul bola ditendang adalah 500 N.s

              Contoh Soal Dan Pembahasan Lainnya Di Akhir Artikel

              Hubungan Momentum – Impuls

              Sebuah benda yang massanya m mula-mula bergerak dengan kecepatan vt. Kemudian dalam selang waktu Δt kecepatan benda tersebut berubah menjadi v0.

              Menurut hukum II Newton, jika benda menerima gaya yang searah dengan gerak benda, maka benda akan dipercepat. Percepatan ratarata yang disebabkan oleh gaya F sebagai berikut

              F = m.a

              F = m. Δv/Δt’

              F Δt = m. Δv

              I = m (vt – v0)

              I = m vt – m v0

              I = p1 – p0

              Dengan keterangan

              p1 = momentum akhir (kg.m/s)

              p0 = momentum awal (kg.m/s)

              Bunyi Hukum Kekekalan Momentum

              Hukum kekekala momentum menyatakan “Jika tidak ada gaya luar yang bekerja pada benda, maka jumlah momentum benda sebelum dan setelah tumbukan adalah tetap”

              Rumus Kekekalan Momentum

              Hukum kekekalan momentum dapat dinyatakan dengan menggunakan persamaan rumus berikut:

              p1 + p2 = p1’ + p2

              Contoh Soal Ujian Perhitungan Rumus Hukum Kekekalan Momentum

              Sebuah peluru bermassa 30 gram ditembakkan dengan kecepatan 600 m/s pada sepotong kayu yang digantung pada seutas tali. Jika ternyata peluru tembus masuk ke dalam kayu dan massa kayu adalah 5 kg, hitung kecepatan kayu sesaat setelah peluru tersebut menembusnya:

              Diketahui:

              mp  = massa peluru

              mp  =30 gram= 0,03 kg

              vp = 600 m/s

              mk = massa kayu

              mk = 5 kg

              vk = 0 m/s (diam menggantung)

              Rumus Hukum Kekekalan Momentum  Menentukan Kecepatan Kayu Ditembak

              Karana puluru tembus dan bersarang, maka kecepatan peluru sama dengan kecepatan kayu. Sehingga kecepatan kayu dapat dinyatakan dengan rumus berikut::

              (mp . vp) + (mk. vk) = (mp.v’) + (mk . v’)

              (0,03 . 600) + (5 . 0) = (0,03 + 5) . v

              18 + 0 =5,03 v’

              v’ = 3,58 m/s

              Jadi kecepatan gerak kayu setelah ditembak adalah = 3,58 m/s

              Contoh Soal Dan Pembahasan Lainnya Di Akhir Artikel

              Hukum Kekekalan Energi Momentum

              Tumbukan antara dua benda dikatakan lenting (elastis) sempurna apabila jumlah energi mekanik benda sebelum dan sesudah tumbukan tetap .

              Untuk benda yang bertumbukan pada bidang datar, energi potensial benda tidak berubah sehingga yang ditinjau hanya energi kinetiknya saja. Jadi, akan berlaku pernyataan bahwa jumlah energi kinetik (EK) benda sebelum dan sesudah bertumbukan adalah tetap.

              EK1 + EK2 = EK’1 + EK’2

              Jenis Jenis Tumbukan

              Tumbukan Lenting Elastis Sempurna.

              Tumbukan elastis sempurna terjadi antara dua benda atau lebih yang energi kinetiknya setelah tumbukan tidak ada yang hilang dan momentum linear totalnya tetap.

              Jumlah momentum benda sebelum bertumbukan sama dengan jumlah momentum benda setelah bertumbukan. Selain itu, jumlah energi kinetik benda sebelum tumbukan juga sama dengan jumlah energi kinetik benda setelah tumbukan.

              Ciri Tumbukan Elastis Sempurna

              Adapun ciri tumbukan elastis sempurna adalah

              Berlaku hukum kekekalan momentum

              Berlaku hukum kekekalan energi kinetic

              e = -Δv’/Δv

              e = – (v2’ – v1’)/(v2 – v1)

              e = 1

              dengan keterangan

              e = koefesien restitusi

              pada tumbukan lenting sempurna ini, jika massa kedua benda yang bertumbukan sama, maka akan terjadi pertukaran besar dan arah kecepatan setelah tumbukan.

              Tumbukan Lenting Elastis Sebagian

              Tumbukan elastis sebagian terjadi antara dua benda atau lebih yang sebagian energi kinetiknya hilang setelah terjadi tumbukan. Sebagian energi berubah menjadi panas, bunyi, atau bentuk energi lainnya.

              Momentum benda sebelum dan sesudah tumbukan adalah konstan. Tumbukan elastis sebagian terjadi ketika partikel- partikel yang bertumbukan tidak menempel bersama- sama setelah terjadi tumbukan.

              Ciri Ciri Tumbukan Lenting Sebagian

              Berlaku hukum kekekalan momentum

              Tidak berlaku hukum kekekalan energi kinetic

              e = -Δv’/Δv

              e = –  (v2’ – v1’)/(v2 – v1)

              0 < e < 1

              Tumbukan Tidak Lenting Elastis

              Tumbukan tidak elastis terjadi antara dua benda atau lebih yang energi kinetiknya setelah tumbukan hilang karena berubah menjadi panas, bunyi, atau bentuk energi lainnya.

              Momentum benda sebelum dan sesudah tumbukan adalah konstan. Tumbukan tidak elastis terjadi jika partikel- partikel yang bertumbukan menempel bersama- sama setelah terjadi tumbukan.

              Ciri Ciri Tumbukan Tidak Elastis

              Berlaku hukum kekekaan momentum

              Tidak berlaku hukum kekekalan energi kinetic

              v1’= v2’ = v’

              e = 0

              Contoh Soal Ujian Nasional Momentum

              Bola bermassa 20 gram dilempar dengan kecepatan v1 = 4m/s ke kiri, setelah membentur tembok bola memantul dengan kecepatan v2 = 2 m/s ke kanan. Besar impuls yang dihasilkan adalah:

              Rumus Momentum Impuls Tumbukan Elastis
              Rumus Momentum Impuls Tumbukan Elastis

              Diketahui

              m = 20 gram = 0,02kg

              v1 = -4 m/s

              v2 = 2 m/s

              Rumus Menenukan Impul Dan Perubahan Momentum

              Besarnya impul yang diakibatkan adanya perubahan momentum bola dapat dirumuskan seperti berikut:

              I = Δp

              I = m v2 – m v1

              I = m (v2 – v1)

              I = (0,02) (2 – (-4))

              I = 0,02 x 6 = 0,12 Ns

              Jadi impul yang disebabkan oleh perubahan momentum adalah 0,12 Ns

              Contoh Soal Dan Pembahasan Lainnya Di Akhir Artikel

              Koefisien Restitusi

              Peristiwa tumbukan umumnya terjadi antara tumbukan elastis sempurna dan tidak elastis sempurna. Keelastikan suatu tumbukan dapat diukur dengan menggunakan koefisien restitusinya yaitu e.

              Nilai restitusi (atau koefisien restitusi) bisa digunakan untuk menentukan ketinggian pantulan benda yang dijatuhkan ke lantai.

              Koefisien Restitusi Pantulan Tubukan Momentum Impuls
              Koefisien Restitusi Pantulan Tubukan Momentum Impuls

              Rumus Koefisien Restitusi

              Nilai restitusinya dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan rumus berikut:

              e = h2/h1

              Dengan keterangan:

              h1 = ketinggian awal benda, m

              h2 = ketinggian patulan, m

              Contoh Contoh Soal Dan Pembahasan Impul dan Momentum

              ). Contoh Soal Perhitungan Koefisien Restitusi Lantai

              Koefisien restitusi lantai dapat ditentukan dengan menjatuhkan bola ke lantai. Bila bola dijatuhkan dari ketinggian 3 m kemudian bola memantul kembali sampai ketinggian 2,5 m. Berapakah koefisien restitusi lantai

              Diketahui :

              h1= 3 m

              h2 = 2,5 m

              Rumus Menentukan Kecepatan Bola Saat Sampai Di Lantai

              Bola jatuh ke lantai dengan gerak jatuh bebas. Saat sampai di lantai kecepatan bola dapat dinyatakan dengan rumus berikut:

              v1 = (2gh)0,5

              v1 = (2 x 9,8 x 3)0,5

              v1 = 7,7 m/s

              Bola memantul ke atas dengan ketinggian 2,5 m, maka kecepatan bola tepat saat memantul sama dengan kecepatan saat bola jatuh dari ketinggian 2,5 m.

              v1’ = (2 x 9,8 x 2,5)0,5

              v1’ = 7 m/s

              Rumus Mencari Koefisien Restitusi Lantai Dengan Bola

              Tumbukan terjadi antara bola dengan lantai, lantai tetap diam sehingga kecepatannya 0. Bola membalik ke atas setelah menumbuk lantai maka arah kecepatannya negatif.

              Dengan demikian, koefisien restitusi lantai :

              e = – (-7 – 0)/(7,7 – 0)

              e = 0,91

              jadi  koefisien restitusi atau koefisien elastisitas lantai adalah 0,91

              1). Contoh Soal Perhitungan Rumus Momentum Mobil Bergerak

              Mobil bermassa 1000 kg bergerak dengan kelajuan 108 km/jam. Hitunglah besarnya momentum mobil tersebut:

              Diketahui:

              m = 1000 kg

              v = 108 km/jam = 30 m/s

              Rumus Cara Menentukan Momentum Mobil Yang Bergerak

              p = m x v

              p = 1000 x 30

              p = 30.000 kg.m/s

              Jadi besar momentum mobil yang sedag melaju adalah 30.000 kg.m/s

              2). Contoh Soal Momemtum Perhitungan Kecepatan Mobil

              Mobil sedan melaju dengan kecepatan 20 m/s sehingga memiliki momentum sebesar 15.000 kg.m/s. Tentukan massa mobil sedan tersebut.

              Diketahui:

              v = 20 m/s

              p = 15.000 k.m/s

              Rumus Menghitung Massa Mobil Bermomentum

              Massa mobil yang bergerak dengan momentum dapat dinyatakan dengan rumus berikut
              p = m. v atau

              m = p/v

              m = 15000/20

              m = 750 kg

              Jadi, massa mobil sedan adalah 750 kg.

              3). Contoh Soal Perhitungan Momentum Mobil dan Pengemudinya

              Mobil bermassa 1200 kg yang dikemudikan seorang sopir bermassa 60 kg bergerak dengan kecepatan 72 km/jam. Hitung momentum mobil tersebut:

              mm = 1200 kg

              ms = 60 kg

              v = 72 km/jam = 20 m/s

              notasi m = mobil

              notasi s = sopir

              Rumus Momentum Mobil Dengan Pengemudinya

              Besar momentum mobil beserta pengemudinya dapat dinyatakan dengan rumus berikut

              p = (mm + ms)v

              p = (1200 + 60)20

              p = 25200 kg.m/s

              Jadi momentum mobil dan pengemudinya adalah 25200 kg.m/s

              4). Contoh Soal Pembahasan Rumus Impul Tendang Bola

              Sebuah bola bermassa 600 gram ditendang dengan gaya 500 N. Jika kaki dan bola bersentuhan selama 0,4 detik, tentukan impuls pada peristiwa tersebut!

              Diketahui:

              m = 0,8 kg

              F = 500 N

              Δt  = 0,4 s

              Rumus Menentukan Impul Nendang Bola

              Besarnya impul saat menendang bola dapat dinytakan dengan persamaan rumus berikut;

              I = F Δt

              I = 500 x 0,4

              I = 200 N.s

              Jadi impul saat menendang bola adalag 200 N.s

              5). Contoh Soal Impul Menghitung Waktu Kontak Tendangan Bola

              Sebuah bola bermassa 500 gram ditendang dengan gaya 400 N sehingga memiliki impul 300 N.s. Hitungan lamanya waktu kontak (sentuh) kaki dan bola bersentuhan.

              Diketahui:

              m = 500 g

              I = 300 N.s

              F = 400 N

              Rumus Menghitung Lama Waktu Kontak Impul

              Lama Waktu sentuhan bola dengan kaki dapat dinyatakan dengan rumus impul berikut

              I = F Δt atau

              Δt = I/ F

              Δt = 300/400

              Δt = 0,75 detik

              Jadi, lama waktu sentuhan bola dan kaki adalah 0,75 detik.

              6). Contoh Soal Impul Perubahan Momentum Menentukan Massa Bola

              Pada suatu permainan sepak bola, seorang pemain melakukan tendangan pinalti. Tepat setelah ditendang bola melambung dengan kecepatan 70 m/s. Bila gaya tendangan 350 N dan sepatu pemain menyentuh bola selama 0,4 s maka tentukan:

              a). impuls yang bekerja pada bola,

              b). perubahan momentumnya,

              c). massa bola!

              Diketahui:

              v0 = 0,

              v = 70 m/s,

              F = 350 N dan

              Δt = 0,4 s

              Rumus Mencari Impul Bola Yang Ditendang

              Nilai impuls yang bekerja pada bola dirumuskan dengan persamaan berikut:

              I = F Δt

              I = 350 x 0,4 = 140 N.s

              jadi. besar impul yang bekerja pada bola adalah 140 N.s

              Rumus Menentukan Perhubahan Bola Yang Ditendang

              Perubahan momentum bola sama dengan besarnya impuls yang diterima dan dinyatakan dengan rumus berikut:

              Δp = I = 140 kg m/s

              Jadi besar perubahan momentum bola adalag 90 kg.m/s

              Rumus Menghitung Massa Bola Pada Impul Dan Perubahan Momentum

              Massa bola dapat ditentukan dengan hubungan berikut.

              Δp = I

              m Δv = 140

              m . (70 – 0) = 140 berarti

              m = 140/70

              m = 2 kg

              Jadi massa bola adalah 2 kg

              7). Contoh Soal Hukum Kekekalan Momentum Perhitungan Kecepatan Senapan Saat Ditembakan

              Sebutir peluru bermassa 45 gr ditembakan dari senapan yang massanya 1,5 kg. Jika peluru saat lepas memiliki kecepatan 120 m/s. Tentukan kecepatan senapan sesaat setelah peluru lepas

              Diketahui

              mp = 45 gr = 4,5 x 10-2 kg

              ms = 1,5 kg

              vp = 120 m/s

              notasi p = peluru

              notasi s = senapan

              Rumus Hukum Kekekalan Momentum Mencari Kecepatan Senapan

              Peluru dan senapan tidak dipengaruhi impuls dari luar sehingga berlaku hukum kekekalan momentum.

              pawal = pakhir

              0 = mp vp − ms vs

              ms vs =  mp vp

              vs = (mp vp)/ms

              vs = (4,5 x 10-2 x 120)/1,5.

              vs = 3,6 m/s

              Jadi kecepatan senapan Ketika peluru dilepaskan adalah 3,6 m/s

              8). Contoh Soal Perhitungan Momentum Dua Bola Tumbukan

              Bola A dengan massa 300 gram digelindingkan ke kanan dengan kelajuan 20 m/s dan bola B dengan massa 500 gram digelindingkan ke kiri dengan kelajuan 10 m/s. Jika kedua bola tersebut bertumbukan, hitunglah momentumnya

              Diketahui:

              mA = 300 g = 0,3 kg

              mB = 500 g = 0,5 kg

              vA = 20 m/s

              vB = 10 m/s

              Rumus Menentukan Momentum Dua Bola Tumbukan

              Besarnya momentum yang terjadi Ketika dua bola saling tumbukan dapat dirumuskan dengan persamaan berikut:

              ptotal = mA vA + mB x vB

              ptotal = (0,3 x 20) + (0,5 x 10)

              ptotal = 11 kg.m/s

              Jadi momentum yang terjadi Ketika dua bola bermassa dan berkecepatan dah 11 kg.m/s

              9). Contoh Soal Perhitungan Kecepata Benda Tumbukan Tidak Elastis

              Dua benda dengan kecepatan 5 m/s dan 4 m/s bergerak searah dan segaris. Massa benda masing masing sebesar  3 kg dan 2 kg. Apabila terjadi tumbukan tidak lenting sama sekali (tidak elastis), tentukanlah kecepatan kedua benda tersebut setelah bertumbukan.

              Diketahui:

              v1 = 5 m/s,

              v2 = 4 m/s,

              m1 = 3 kg, dan

              m2 = 2 kg.

              Rumus Cara Mencari Kecepatan Tumbukan Dua Benda Tidak Lenting Sama Sekali

              Walaupun pada tumbukan tidak lenting sama sekali tidak berlaku Hukum Kekekalan Energi Kinetik, namun pada tumbukan ini masih berlaku Hukum Kekekalan Momentum.

              Pada tumbukan tidal lenting sama sekali, kedua benda Bersatu setelah tumbukan dan bergerak bersama sama dengan kecepatan sama.

              Hukum kekekalan momentum untuk tumbukan tidak lenting sama sekali dapat dinyatakan dengan rumus berikut:

              m1 v1 + m2 v2 = m1 v’1 + m2 v’2

              karena bergerak dengan kecepatan sama maka

              v’1 = v’2 = v’ sehingga dapat dinyatakan dengan rumus berikut

              m1 v1 + m2 v2 = (m1 + m2)v’

              v’= (m1 v1 + m2 v2)/(m1 + m2)

              v’ = (3)(5) + (2)(4)/ (3 + 2) v

              v‘ = 4,6 m/s

              Jadi kecepatan kedua benda setelah tumbukan adalah 4,6 m/s.

              10). Contoh Soal Perhitungan Tumbukan Tidak Elastis Peluru Senapan

              Sebuah peluru bermassa 0,05 kg bergerak secara horisontal dengan kelajuan 300 m/det dan menancap pada sebuah balok bermassa 0,3 kg yang mula-mula diam pada sebuah meja yang licin.

              a). Carilah kecepatan akhir peluru dan balok

              b). Carilah tenaga mekanik awal dan akhir sistem

              Diketahui :

              mp = 0,05 kg

              mb = 0,3 kg

              vp = 300 m/det

              vb = 0 m/det

              notasi p = peluru

              notasi b = balik

              Rumus Hukum Kekekalan Momentum Menentukan Kecepatan Akhir Peluru Balok

              Kecepatan akhir peluru dan balok adalah sama, karena peluru menancap pada balok. Artinya tumbukan tidak elastic dan dinyatakan dengan persamaan hukum kekekalan momentum berikut:

              mp vp + mb vb = mp v’p + mb v’b

              v’1 = v’2 = v’

              mp vp + mb vb = (mp + mb)v’

              v’= (mp vp + mb vb)/(mp + mb)

              v’ = (0,05)(300) + (0,3)(0)/ (0,05 + 0,3) v’

              v‘ = 42,9 m/s

              Jadi kecepatan peluru dan balok adalah 42,9 m/s

              Rumus Perhitungan Energi Mekanik Awal Dan Akhir Tumbukan

              Energi mekanik dalam hal ini adalah energi kinetik, energi potensial tidak berubah karena benda tidak bergerak naik ataupun turun.

              Tenaga Kinetik Awal Tumbukan Peluru Balok

              EK = Kpeluru + Kbalok

              EK= ½ mp vp2

              EK = ½ (0,05 x 3002) + (1/2(0,3 x (0)2)

              EK = 2250 J

              Jadi energi kinetic awal peluru dan balok adalah 2250 J

              Tenaga Kinetik Akhir Tumbukan Peluru Balok

              EK = ½ (mp + mb)(v’)2

              EK = ½(0,05 + 0,3)(42,9)2

              EK = 322,1 J

              Jadi energi kinetic setelah terjadi tumbukan peluru dengan balok adalah 322,1 J

              11). Contoh Soal Perhitungan Hukum Kekekalan Momentum Perahu Nelayan

              Seorang nelayan bermassa 60 kg melompat keluar dari perahu yang bermassa 300 kg yang mula-mula diam. Jika kecepatan nelayan 8 m/det ke kanan, berapakah kecepatan perahu setelah nelayan tadi meloncat

              Diketahui :

              mp = 300 kg

              mn = 60 kg

              vp = 0

              vn = 0

              vn’ = 8 m/det

              notasi n = nelayan

              notasi p = perahu

              Rumus Hukum Kekekalan Momentum Menentukan Kecepatan Perahu

              besar kecepatan perahu Ketika nelayan meloncat keluar dari perahu dapat dirumuskan dengan persamaan hukum kekekalan momentum berikut:

              pp + pn = pp’ + pn

              mp vp + mn vn = mp v’p + mn v’n

              (0 + 0 )= (300 v’p) + (60 x 8)

              v’p = – 1,6 m/s

              Kecepatan perahu negatif, perahu bergerak berlawanan dengan arah gerak nelayan dengan kelajuan 1,6 m/det perahu bergerak ke kiri.

              12). Contoh Soal Impul Perubahan Momentum Perhitungan Gaya

              Sebuah gaya konstan bekerja pada benda yang mula-mula diam sehingga dalam waktu 0,2 detik kecepatan benda menjadi 5 m/s. Jika massa benda 600 gram, berapakah besar gaya tersebut.

              Diketahui:

              v1 = 0

              Δt = 0,2 detik

              v2 = 5 m/s

              m = 600 gram = 0,6 kg

              Rumus Perhitungan Gaya Bekerja Pada Impul Perubahan Momentum

              Besarnya gaya yang bekerja pada impul dan perubahan momentum dapat dinyatakan dengan rumus berikut:

              F Δt = m v2 – m v1 atau

              F = (m v2 – m v1)/ Δt

              F = [(0,6 x 5) – (0,6 x 0)]/0,2

              F = 15 N

              Jadi gaya yang menyebabkan impul dan perubahan momentum adalah 15 N

              13). Contoh Soal Menghitung Koefisien Restitusi Tumbukan Elastis Sebagian

              Bola A 4 kg bergerak dengan kecepatan 8 m/s. Sedangkan bola B 6 kg bergerak di depan bola A dengan kecepatan 4 m/s searah. Setelah tumbukan kecepatan bola B menjadi 6 m/s. Tentukan:

              a). kecepatan bola A setelah tumbukan,

              b). koefisien restitusi!

              Dketahui:

              mA = 4 kg

              vA = 8 m/s

              mB = 6 kg

              vB =4 m/s

              vB’ = 6 m/s

              Rumus Mencari Kecepatan Bola Tumbukan Elastis Sebagian

              Kecepatan tumubukan dapat dinyatakan dengan menggunakan rumus persamaan hukum Kekekalan Momentum berikut:

              mA vA + mB vB = mA vA’ + mB vB

              mA vA’ = (mA vA + mB vB) – (mB vB’)

               4 x vA’ = (4 x 8 + 6 x4) – (6 x 6)

              vA’ = 5 m/s

              Jadi kecepatan bola B setelah tumbukan adalah 2,5 m/s

              Rumus Perhitungan Koefisien Restitusi Bola Tumbukan Elastis Sebagian

              Koefisien Restitusi dari dua bola yang bertumbukan dapat dinyatakan dengan menggunakan persamaan berikut:

              e = – (vA’ – vB’)/(vA – vB)

              e = – (5 – 6)/(8 – 4)

              e = 0,25

              Jadi koefisiensi restitusi tumbukan dua bola adalah 0,25. Ini artinya tumbukan bersifat elastis Sebagian.

              14). Contoh Soal Perhitungan Koefisien Restitusi Bola Lantai

              Sebuah bola dijatuhkan dari ketinggian 3,6 m. Kemudian, terpental hingga mencapai ketinggian 90 cm. Berapakah koefisien restitusi antara lantai dan bola itu

              Diketahui:

              h = 3,6 m, dan

              h’ = 90 cm = 0,9 m

              Rumus Cara Mencari Koefisien Restitusi Antara Lantai Bola

              Nilai koefisiensi resitutisi antara bola dan lantai dapat dinyatakan dengan rumus berikut:

              e = – (v1’ – v2’)/(v1 – v2) atau

              e = √(h’/h)

              e = √(0,9/3,6)

              e = 0,5

              Jadi nilai koefisien restitusi antara bola dan lantai adalah 0,5. Artinya tumbukan bersifat elastis Sebagian.

              15). Contoh Soal Hukum Kekekalan Momentum Perhitungan Percepatan Roket

              Sebuah roket menembakkan bahan bakar dengan laju 140 kg tiap detik. Hitung percepatan roket ketika kecepatannya 200 m/s relatif terhadap gas dan massa roket ketika itu adalah 1 ton. Jika:

              a). medan gravitasi diabaikan.

              b). dengan medan gravitasi dengan  percepatan gravitasi g = 5 m/s2

              Diketahui

              Δm/Δt = 140 kg/s

              vr = 200 m/s

              m = 1ton = 1000 kg

              Rumus Mencari Percepatan Roket Tanpa Memperhitungkan Medan Gravitasi

              Percapatan roket tanpa medan gravitasi g = 0 dapat dinyatakan dengan rumus seperti berikut:

              a = [(vr/m) x (Δm/Δt)] – g

              a = (vr/m) x (Δm/Δt)

              a = (200/1000) x (140)

              a = 28 m/s2

              Jadi percepatan roket tanpa medan gravitasi adalah 28 m/s2

              Rumus Mencari Percepatan Roket Dalam Medan Gravitasi

              Medan gravitasi tidak diabaikan g = 5 m/s2. Percepatan roket dapat dihitung dari hasil a dikurangi dengan percepatan akibat gravitasi ini.

              a = [(vr/m) x (Δm/Δt)] – g

              a = [(200/1000) x (140)] – 5

              a = 23 m/s2

              Jadi percepatan roket dengan memperhitungkan medan gravitasi adalah 23 m/s2

                Daftar Pustaka:

                1. Sears, F.W – Zemarnsky, MW , 1963, “Fisika untuk Universitas”, Penerbit Bina Cipta, Bandung,
                2. Giancoli, Douglas C. 2000. Physics for Scientists & Engineers with Modern Physics, Third Edition. New Jersey, Prentice Hall.
                3. Halliday, David, Robert Resnick, Jearl Walker. 2001. Fundamentals of Physics, Sixth Edition. New York, John Wiley & Sons.
                4. Tipler, Paul, 1998, “Fisika untuk Sains dan Teknik”, Jilid 1,Pernerbit Erlangga, alih bahasa: Prasetyo dan Rahmad W. Adi, Jakarta.
                5. Tipler, Paul, 2001, “Fisika untuk Sains dan Teknik”, Jilid 2, Penerbit Erlangga, alih bahasa: Bambang Soegijono, Jakarta.
                6. Ganijanti Aby Sarojo, 2002, “Seri Fisika Dasar Mekanika”, Salemba Teknika,  Jakarta.
                7. Giancoli, Douglas, 2001, “Fisika Jilid 1, Penerbit Erlangga, Jakarta.
                8. Ardra. Biz, 2020, “Hukum Kekekalan Energi Momentum Impul: Pengertian Restitusi Tumbukan Tidak Lenting Elastis Sempurna, Contoh Soal Perhitungan.

                Elastisitas Hukum Hooke: Pengerian Gaya Pemulih Rumus Konstanta Pengganti Susunan Seri Paralel Energi Potensial Pegas Contoh Soal Perhitungan 10,

                Pengertian Elastisitas Bahan Material. Elastisitas adalah kemampuan benda untuk kembali pada keadaan semula setelah gaya yang mempengaruhinya dihilangkan.

                Benda yang memiliki kemampuan untuk kembali ke bentuk semula setelah gaya ditiadakan disebut benda elastis. Sedangkan yang tidak mampu kembali ke bentuk semula disebut benda plastis.

                Contoh Benda Elastis dan Plastis

                Adapun Contoh benda elastis adalah karet, pegas, logam pada kondisi tertentu dapat menunjukkan sifat elastis-nya.

                Tegangan

                Tegangan atau stress merupakan hasil bagi antara gaya dengan luas penampang benda. Tegangan adalah gaya persatuan luas.

                Rumus Tegangan

                Tegangan yang dialami oleh suatu benda yang memiliki luas penampang A akibat diberi gaya sebesar F dapat ditentukan dengan menggunakan formula persamaan rumus berikut:

                σ = F/A

                Dengan keterangan:

                σ = tegangan (N/m2)

                F = gaya (N)

                A = luas penampang (m2)

                Regangan

                Regangan atau strain dapat didefinisikan sebagai hasil bagi antara pertambahan Panjang benda dengan Panjang awal benda.

                Rumus Regangan

                Besar reganag yang alami oleh suatu benda dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan rumus berikut:

                e = Δl/l

                dengan keterangan:

                e = regangan

                Δl = pertambahan Panjang (m)

                l0 = Panjang awal

                Modulus Elastisitas

                Modulus elastis atau modulus Young adalah perbandingan perbandingan antara tegangan dan regangan. Modulus elastisitas dinyatakan dengan rumus berikut:

                E = σ /e

                E =(F/A)/(Δl/l)

                E = (F/A) x (l0/Δl)

                Dengan keterangan:

                E = Modulus elastisitas

                Contoh Soal Perhitungan Tegangan Regangan Modulus Elastisitas Young

                Seutas  kawat memiliki penjang 50 cm dan luas penampangnya 2 cm2. Sebuah gaya yang besarnya 50 N bekerja pada kawat tersebut dan menyebabkan Panjang kawat menjadi 50,8 cm Hitunglah regangan, tegangan dan modulus elastisitas kawat tersebut

                Diketahui:

                l = 50 cm = 0,5m

                Δl = 50,8 – 50 = 0,8 cm

                Δl = 0,008 m

                F = 50 N

                A = 2 cm2 = 0,0002 m2

                Rumus Menghitung Regangan Benda Kawat

                Regangan Kawat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut

                e = Δl/l

                e = 0,008/0,5

                e = 0,016

                Rumus Perhitungan Tegangan Benda Kawat

                Tegangan kawat dihitung dengan menggunakan persamaan rumus berikut

                σ= F/A

                σ = 50/0,0002

                σ = 250 kN/m2

                Perhitungan Modulus Elastisitas Young Kawat

                Modulus Elastisitas kawat dapat dihitung dengan persamaan berikut:

                E = σ/e

                E = (250 kN/m2)/0,016

                E = 15,6 x 106 N/m2

                Contoh Soal Lainnya Dan Pembahasan Di Akhir Artikel

                Hukum Hooke Pada Pegas

                Hukum Hooke menyatakan, “bahwa jika gaya Tarik tidak melebihi batas elastis pegas, maka pertambahan Panjang pegas sebanding dengan gaya tariknya”.

                Jika sebuah pegas diberi gangguan sehingga pegas merenggang (pegas ditarik) atau merapat (pagas ditekan), maka pada pegas akan bekerja gaya pemulih yang arahnya selalu menuju titik asal.

                Gaya Pemulih Pegas

                Gaya yang timbul pada pegas untuk mengembalikan posisinya ke keadaan setimbang disebut gaya pemulih pada pegas.

                Besar gaya pemulih pada pegas sebanding dengan gangguan atau simpangan yang dialami oleh pegas.

                Jika sebuah pegas diberi gaya sebesar F (dalam bentuk bola pejal), maka Panjang pegas akan berubah dari pajang awal l0 (atau X0) menjadi Panjang akhir l1 (atau X1) seperti ditunjukkan pada gambar.

                rumus gaya pegas
                Gaya Pegas Hukum Hooke l = X

                Rumus Hukum Hooke

                Hukum Hooke dapat dinyatakan dengan menggunakan persamaan rumus berikut:

                F = – K.ΔX

                Dengan keterangan:

                Pada gambar notasi panjang adalah l.

                l = X

                Δl = ΔX

                F = gaya Tarik (N)

                K= konstanta gaya pegas (N/m)

                ΔX = peratambahan Panjang atau simpangan (m)

                X0 = Panjang awal (m)

                X1 = Panjang akhir (m)

                Konstanta pegas menunjukkan perbandingan antara gaya dengan Δl. Selama gaya tidak melampaui titik patah (melampaui ketahan pegas), maka besarnya gaya sebanding dengan perubahan panjang pegas.

                Tanda (-) negatif pada rumus hukum Hooke menunjukkan bahwa arah gaya pemulih yang senantiasa menuju ke titik kesetimbangan selalu berlawanan dengan arah gaya penyebabnya atau arah simpangannya. Namun dalam notasi skalar, tanda negatif dihilangkan sehingga hukum Hooke menjadi:

                F =  K.ΔX

                Contoh Soal Ujian Elastisitas Pegas Hukum Hooke

                Sebuah pegas yang memiliki konstanta gaya pegas sebesar 50 N/m ditekan sehingga pegas yang panjang awalnya 5 cm menjadi 2 cm. Berapa besar gaya pegas:

                Diketahui :

                K = 50 N/m

                X0= 5 cm = 0,05m

                X1= 2 cm = 0,02,

                ΔX = 0,05 m – 0,02m = 0,03 m

                Rumus Menghitunga Gaya Pegas Hukum Hooke

                Besar gaya pegas dapat dinyatakan dengan mengggunakan persamaan rumus berikut:

                F = K.ΔX

                F = (50 N/m)(0,03 m) = 1,5 N

                Besar gaya yang dilakukan oleh pegas adalah 1,5 N.

                Contoh Soal Lainnya Dan Pembahasan Di Akhir Artikel

                Contoh Soal Perhitungan Rumus Persamaan Hukum Hooke

                Berapa gaya yang dikerahkan agar sebuah pegas dengan konstanta pegas 50 N/m yang panjang mula-mula 5 cm menjadi 7 cm?

                Diketahui :

                K = 50 N/m,

                X0 = 5 cm = 0,05 m,

                X1= 7 cm = 0,07,

                ΔX = 0,07 m – 0,05m = 0,02 m

                Rumus Menghitunga Gaya Pegas Hukum Hooke

                Besar gaya pegas dihitung dengan rumus hukum Hooke berikut

                F = K.ΔX

                F = (50 N/m)(0,02 m) = 1 N

                Contoh Soal Lainnya Dan Pembahasan Di Akhir Artikel

                Susunan Pegas Hukum Hooke

                Sebuah sistem pegas terdiri atas berbagai pegas yang disusun. Pegas dapat disusun dengan dua cara yaitu susunan pegas seri dan susunan pegas parallel.

                Susunan Pegas Secara Seri Hukum Hooke

                Dua atau lebih pegas yang disusun secara seri dapat digantikan oleh satu pegas saja. Pegas pengganti ini harus mempunyai konstanta pegas yang besarnya sama dengan konstanta pegas total.

                Rumus Konstanta Gaya Pegas Susunan Seri
                Rumus Konstanta Gaya Pegas Susunan Seri

                Hal- hal yang berkaitan dengan pegas pengganti dari susunan pegas secara seri adalah sebagai berikut.

                Gaya yang menarik pegas pengganti dan Gaya yang menarik masing- masing pegas adalah sama besar  yaitu

                F1 = F2 = F

                Pertambahan panjang pegas pengganti sama dengan jumlah dari pertambahan Panjang masing masing pegas yaitu

                ΔX = ΔX1 + ΔX2

                Rumus Tetapan Pegas Pengganti Susunan Seri Hukum Hooke

                Tetapan pegas untuk susunan seri dapat dinyatakan dengan persamaan rumus berikut:

                1/Ks = 1/K1 + 1/K2

                dan secara umum dapat dituliskan sebagai berikut.

                1/Ks = 1/K1 + 1/K2 + 1/K3 + …

                Dengan Keterangan :

                Ks = konstanta pegas pengganti susunan seri

                Susunan Pegas Secara Paralel Hukum Hooke

                Dua atau lebih pegas yang disusun secara paralel dapat digantikan oleh satu pegas saja. Pegas penggantiny ini harus mempunyai konstanta pegas yang besarnya sama dengan konstanta pegas total.

                Rumus Konstanta Gaya Pegas Susunan Paralel
                Rumus Konstanta Gaya Pegas Susunan Paralel

                Hal- hal yang berkaitan dengan pegas pengganti dari susunan pegas secara paralel adalah sebagai berikut.

                Gaya yang menarik pegas pengganti sama dengan jumlah gaya yang menarik masing- masing pegas

                F = F1 + F2

                Pertambahan panjang pegas pengganti dan pertambahan Panjang masing- masing pegas adalah sama besar

                ΔX =ΔX1=ΔX2

                Rumus Tetapan Pegas Pengganti Susunan Paralel Hukum Hooke

                Tetapan pegas pengganti  susunan paralel dapat dinyatakan dengan menggunakan rumus berikut;

                Kp = K1 + K2

                atau secara umum dapat ditulis sebagai berikut.

                Kp = K1 + K2 + K3 + …

                Dengan Keterangan :

                Kp = konstanta pegas pengganti susunan parallel

                Susunan Pegas Secara Gabungan Seri dan Paralel Hukum Hooke

                Dan hal- hal yang berkaitan dengan pegas pengganti dari susunan pegas gabungan seri dan paralel adalah sebagai berikut.

                Rumus Konstanta Gaya Pegas Susunan Paralel Seri
                Rumus Konstanta Gaya Pegas Susunan Paralel Seri

                Gaya pengganti (F) adalah F1 + F2 = F

                Pertambahan panjang pegas ΔX

                ΔX1 = ΔX2

                ΔX = ΔX1 + ΔX3 atau

                ΔX= ΔX2 + ΔX3

                Rumus Tetapan Pegas Pengganti Seri Paralel Hukum Hooke

                Tetapan pegas pengganti susunan seri paralel Ktot dapat dinyatakan dengan menggunakan formula seperti berikut:

                1/(K1 + K2) + 1/K3 = 1/Ktot

                Energi Potensial Pegas

                Energi potensial pegas adalah usaha yang dilakukan pegas pada saat pegas mengalami pertambahan Panjang.

                Rumus Energi Potensian Pegas

                Energi potensial suatu pegas dapat dinyatakan dengan persamaan rumus berikut:

                Ep = ½ K (ΔX)2

                Dengan keterangan:

                Ep = energi potensial pegas (joule)

                K = konstanta pegas (N/m)

                ΔX = pertambahan Panjang (m)

                Contoh Soal Ujian Energi Potensial Pegas

                Sebuah pegas dapat direnggangkan sehingga bertambah panjang 20 cm dengan energi potensial 2 joule. Berapakah konstanta gaya pegas tersebut?

                Diketahui:

                ΔX = 20 cm = 0,2 m

                EP = 2 Joule

                Rumus Menghitung Konstanta Pegas Dari Energi Potensial

                EP = ½ K(ΔX)2

                2 = 0,5. K . (0,2)2

                K = 100/N/m

                Jadi Konstanta pagas adalah 100 N/m

                Contoh Contoh Soal Dan Pembahasan Secara Lengkap

                1). Contoh Soal Perhitungan Konstanta Gaya Pegas Diregang Energi Potensial

                Sebuah pegas dapat direnggang hingga bertambah panjang 5 cm dengan energi potensial 0,25 joule. Berapakah konstanta gaya pegas tersebut?

                Diketahui:

                ΔX = 5 cm = 0,05 m

                EP = 0,25 Joule

                Rumus Cara Menghitung Konstanta Gaya Pegas Yang Diregang Energi Potensial

                Besarnya konstanta gaya yang dimiliki pegas dapat dinyatakan dengan persamaan rumus berikut:

                Ep = ½ K (ΔX)2

                K = 2 Ep/(ΔX)2

                K = 2 x 0,25/(0,05)2

                K = 200 N/m

                Jadi konstanta pegas adalah 200 N/m

                2). Contoh Soal Perhitungan Pertambahan Panjang Pegas Seri Paralel

                Dua buah pegas dengan panjang sama dan konstanta gaya masing-masing 150 N/m dan 300 N/m dirangkai. Pada ujung rangkaian digantungkan beban dengan massa 0,45 kg. Berapakah pertambahan panjang rangkaian pegas jika kedua pegas dirangkai secara:

                a). seri

                b). paralel?

                Diketahui:

                K1 = 150 N/m ;

                K2 = 300 N/m ;

                m = 0,45 kg

                Rumus Mencari Konstanta Pengganti Pegas Seri

                Konstanta  pegas yang dirangkai secara seri dapat dinyatakan dengan rumus berikut:

                1/Ks = 1/K1 + 1/K2

                1/Ks = = 1/150 + 1/300

                1/Ks = 3/300

                Ks = 100 N/m

                notasi s = seri

                jadi konstanta pengganti dua pegas yang diseri adalah 100 N/m

                Rumus Mencari Perpanjangan Pegas Dirangkai Seri

                Perubahan Panjang pegas yang disusun seri Ketika diberi beban gaya dapat dinyatakan dengan rumus berikut:

                F = Ks ΔX  atau

                ΔX = F/Ks

                ΔX = (0,45 x 10)/100

                ΔX = 0,045 m

                Jadi pertambahan Panjang dua pegas yang diseri adalah 0,045 m

                Rumus Menghitung Konstanta Pegas Paralel

                Konstanta pegas yang disusun parallel dapat dinyatakan dengan menggunakan rumus berikut

                Kp = K1 + K2

                Kp = 150 + 300

                Kp = 450 N/m

                notasi p = parallel

                Jadi konstanta pegas pengganti yang disusun parallel adalah 450 N/m

                Rumus Menentukan Pertambahan Panjang Pegas Disusun Paralel

                Perpanjangan pegas yang disusun parallel dapat dihitung dengan rumus berikut:

                F = Kp ΔX  atau

                ΔX = F/Kp

                ΔX = (0,45 x 10)/450

                ΔX = 0,01 m

                Jadi pertambahan Panjang dua pegas yang diparalel adalah 0,01 m

                3). Contoh Soal Perhitungan Pertambahan Panjang Pegas Beban Bertambah

                Sebuah bahan elastis dalam keadaan tergantung bebas. Pada saat ujung yang bebas digantungi dengan beban 100 gram, bahan elastis bertambah panjang 10 mm. Berapakah pertambahan panjang bahan elastis tersebut jika ujung yang bebas digantungi dengan beban 300 gram

                Diketahui:

                m1 = 100 gram;

                ΔX1 = 10 mm

                m2 = 300 gram

                beban menjadi 3 kalinya.

                Rumus Mencari Pertambahan Pegas Yang Diberi Beban Bertambah

                Besar pertambahan Panjang pegas yang diberi beban tambahan dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

                Gaya pegas pertama

                F1 = K ΔX1

                K = F1/ΔX1

                Gaya pegas kedua

                F2 = K ΔX2

                K = F2/ΔX2

                sehingga

                F1/ΔX1 = F2/ΔX2

                ΔX2 = (m2 x g x ΔX1)/m1 x g

                ΔX2 = (m2 x ΔX1)/m1

                ΔX2 = (300 x 10)/100

                ΔX2 = 30 mm

                Jadi pertambahan Panjang pegas Ketika bebannya menjadi tiga kalinya adalah 30 mm.

                4). Contoh Soal Menentukan Gaya Pemulih Pegas

                Pegas yang tergantung tanpa beban panjangnya 30 cm. Kemudian, ujung bawah pegas digantungi beban 100 gram sehingga panjang pegas menjadi 35 cm. Jika beban ditarik ke bawah sejauh 8 cm dan percepatan gravitasi Bumi 10 m/s2, tentukan gaya pemulih pada pegas itu.

                Diketahui:

                X = 30 cm,

                X1 = 35 cm,

                ΔX = 35 – 30 = 5 cm

                ΔX2= 8 cm,

                m = 100 g, dan

                g = 10 m/s2.

                F = 0,1 x 10 = 1 N

                Rumus Mencari Kanstanta Pegas

                Besar konstanta pegas dapat dinyatakan dengan rumus berikut:

                F = K ΔX atau

                K = F/ΔX

                K = 1/(0,05)

                K = 20 N/m

                Jadi konstanta pegas adalah 20 N/m

                Rumus Menentukan Pemulih Pegas

                Gaya pegas yang diperlukan untuk mengembalikan posisis pegas ke kondisi kesetimbangan adalah:

                F = K ΔX2  atau

                F =  (20) (0,08 m) = 1,8 N

                Jadi gaya pegas yang diperluka untuk memulihkan ke kondisi setimbang adalah 1,8 N

                5). Contoh Soal Perhitungan Konstanta Dan Perpanjangan Pegas Seri Paralel

                Perhatikanlah gambar sistem pegas di bawah. Jika k1 = k2 = 300 N/m, k3 = 600 N/m, dan beban m = 1,5 kg, tentukanlah:

                a). tetapan sistem pegas, dan

                b). pertambahan panjang sistem pegas.

                Diketahui:

                K1 = K2 = 300 N/m,

                K3 = 600 N/m,

                m = 1,5 kg,

                Rumus Menghitung Konstanta Pegas Pengganti Seri Paralel

                Konstanta pegas pengganti parallel dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

                Kp = K1 + K2

                Kp = 300 + 300 = 600 N/m

                Konstanta Pegas Total

                1/Kt= 1/Kp + 1/K3

                1/Kt = 1/600 + 1/600

                Kt = 300 N/m

                jadi konstanta pegas total sebagai pengganti konstanta pegas parallel seri adalah 600 N/m

                Rumus Menghitung Perpanjangan Pegas Paralel Seri

                Perpanjang pegas yang disusun secara parallel dan seri dapat dinyatakan dengan rumus seperti berikut

                F = Kt ΔX atau

                ΔX = F/Kt

                ΔX = (1,5 x10)/300

                ΔX = 0,05 m = 5 cm

                Jadi pertambahan Panjang pegas yang disusun secara parallel seri adalah 5 cm

                6). Contoh Soal Perhitungan Energi Potensial Elastis Pegas

                Sebuah pegas menggantung dalam keadaan normal, panjangnya 20 cm. Ketika pada ujungnya diberi beban 200 gram, panjangnya menjadi 25 cm. Jika pegas ditarik sepanjang 5 cm, hitunglah energi potensial elastis pegas. (g = 10 m/s2)

                Diketahui:

                X = 20 cm

                ΔX1 = (25 – 20) cm = 5 cm = 0,05 m

                ΔX2 = 5 cm = 5 x 10-2 m

                m = 200 g = 0,2 kg

                Rumus Mencari Konstanta Elastis Pegas

                Besarnya konstanta pegas dapat dicari dengan menggunakan rumus berikut:

                F = K ΔX1 atau

                K = F/ΔX1

                F = m.g = 0,2 x 10

                F = 2 N sehingga

                K = 2/0,05

                K = 40 N/m

                Jadi konstanta pegas adalah 40 N/m

                Rumus Menghitung Energi Potensial Perpanjangan Elastis Pegas

                Energi potensial pegas yang dibutuhkan untuk menghasilkan perpanjangan pegas dapat dinyatakan dengan rumus berikut:

                Ep = ½ K (ΔX2)2

                Ep = ½ x 40 x (0,05)2

                Ep = 0,05 J

                Jadi energi potensial yang dibutuhkan untuk memperpanjang pegas adalah 0,05 J.

                7). Contoh Soal Perhitungan Gaya Untuk Pertambahan Panjang Elsatis Pegas

                Berapa gaya yang dikerahkan agar sebuah pegas dengan konstanta pegas 80 N/m yang panjang mula-mula 6 cm menjadi 10 cm?

                Diketahui :

                K= 80 N/m,

                X1 = 6 cm = 0,06 m,

                X2 = 10 cm = 0,1 m

                ΔX = 0,1 – 0,06 = 0,04 m

                Rumus Mencari Gaya Elastis Pegas

                Besar gaya yang dibutuhkan agar pegas bertambah Panjang atau meregang, dapat dinyatakan dengan persamaan berikut:

                F = – K ΔX

                F = (-80)(0,04 m)

                F = – 3,2 N (ini gaya pegas)

                Gaya yang harus dikerahkan agar pegas meregang besarnya sama dengan gaya pegas tetapi berlawanan arah. Besar gaya yang harus dikerahkan 3,2 N.

                8) Contoh Soal Menentukan Gaya Elastis Pegas

                Sebuah pegas yang memiliki konstanta pegas 60 N/m ditekan sehingga pegas yang panjang 8 cm menjadi 5 cm. Berapa besar gaya pegas?

                Diketahui :

                K= 60 N/m

                X1 = 8 cm = 0,08m

                X2 = 5 cm = 0,05,

                ΔX = 0,05 m – 0,08m = -0,03 m

                Rumus Menghitung Gaya Elasti Pegas Oleh Beban

                Besar gaya pegas dapat dinyatakan dengan rumus berikut

                F = -K ΔX

                F = (-60 N/m)(-0,03 m)

                F = 1,8 N (ini gaya pegas)

                Besar gaya yang dilakukan oleh pegas adalah 1,8 N. Gaya yang harus dikerahkan dari luar agar pegas tertekan sebesar 3 cm adalah sebesar 1,8 N arahnya berlawanan dengan gaya pegas.

                9). Contoh Soal Perhitungan Perpanjangan Pegas Energi Potensial

                Sebuah pegas mempunyai tetapan K 500 N/m. Berapa pertambahan panjang pegas jika diregang dengan energi potensial 2,5 Joule.

                Diketahui :

                K = 500 N/m

                Ep = 25 J

                Rumus Mencari Pertambahan Panjang Pegas Oleh Energi Potesial

                Perubahan Panjang pegas oleh energi potensial dapat dinyatakan oleh rumus berikut:

                Ep = ½ K (ΔX)2 atau

                (ΔX)2 = 2 Ep/K

                (ΔX)2 = (2 x 2,5)/500

                (ΔX)2 = 0,01

                (ΔX) = 0,1 m

                Jadi, pegas bertambah panjang sebesar 0,1 m

                10). Contoh Soal Perhitungan Periode Gerak Harmonik Pegas

                Gerak harmonik pada pegas menggunakan pegas dengan Konstanta 10 N/m dan massa beban yang digantungkan 900 gram. Selama beban bergetar, berapakah waktu yang diperlukan untuk 20 getaran?

                Diketahui:

                K = 10 N/m

                m = 900 gram = 0,9 Kg

                N = 20 getaran

                Rumus Periode  Getaran Harmonik Pegas

                Periode harmonic getaran pegas dapat dinyatakan dengan rumus berikut:

                T = 2 π √(m/K)

                T = 2 x 3,14 √(0,9/10)

                T = 1,884 detik

                Waktu yang dibutuh untuk melakukan 20 getaran adalah

                t = T N

                t = 1,884 x 20

                t = 38,68 detik

                Jadi waktu yang dibutuhkan untuk melakukan 20 getaran adalah 38,68 detik.

                  Daftar Pustaka:

                  1. Ganijanti Aby Sarojo, 2002, “Seri Fisika Dasar Mekanika”, Salemba Teknika,  Jakarta.
                  2. Giancoli, Douglas, 2001, “Fisika Jilid 1, Penerbit Erlangga, Jakarta.
                  3. Sears, F.W – Zemarnsky, MW , 1963, “Fisika untuk Universitas”, Penerbit Bina Cipta, Bandung,
                  4. Ardra.Biz, 2019, “Pengertian Gelombang, Jenis Gelombang, Sifat-sifat Gelombang, Contoh Gelombang, Manfaat fungsi gelombang,
                  5. Giancoli, Douglas C. 2000. Physics for Scientists & Engineers with Modern Physics, Third Edition. New Jersey, Prentice Hall.
                  6. Halliday, David, Robert Resnick, Jearl Walker. 2001. Fundamentals of Physics, Sixth Edition. New York, John Wiley & Sons.
                  7. Tipler, Paul, 1998, “Fisika untuk Sains dan Teknik”, Jilid 1,Pernerbit Erlangga, alih bahasa: Prasetyo dan Rahmad W. Adi, Jakarta.
                  8. Tipler, Paul, 2001, “Fisika untuk Sains dan Teknik”, Jilid 2, Penerbit Erlangga, alih bahasa: Bambang Soegijono, Jakarta.
                  9. Elastisitas Hukum Hooke: Pengerian Gaya Pemulih Rumus Konstanta Pengganti Susunan Seri Paralel Energi Potensial Pegas Contoh Soal Perhitungan 10. Perhitungan Rumus Mencari Konstanta Pengganti Pegas Seri Paralel, Contoh Soal Rumus Perhitungan Gaya Pemulih Pegas,  Pengertian Bunyi Rumus Hukum Hooke Dan Contoh Soal Perhitungan,  Contoh Soal Rumus Perhitungan Energi Potensial Pegas,

                  Hukum Coulomb: Pengertian Gaya Elektrostatik Energi Usaha Medan Potensial Listrik Contoh Soal Rumus Perhitungan,

                  Pengertian Listrik Statis atau Elokrostatis . Pada dasarnya Listrik dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu listrik statis dan listrik dinamis. Listrik statis berkaitan dengan muatan listrik dalam keadaan diam, tidak ada gerakan atau aliran muatan listrik. Sedangkan listrik dinamis berkaitan dengan muatan listrik dalam keadaan bergerak.

                  Listrik statis terbentuk akibat adanya interaksi antara partikel- partikel yang bermuatan listrik, elektron negatif, dan proton positif pada atom.

                  Sifat kelistrikan suatu benda ditunjukkan oleh adanya muatan listrik yang terdapat pada benda tersebut. Suatu benda dikatakan bermuatan listrik jika atom- atom benda tersebut kekurangan atau kelebihan elektron.

                  Besarnya muatan listrik tergantung pada seberapa banyak atom- atom tersebut kekurangan atau kelebihan elektron. Semakin banyak atom-atomnya kekurangan atau kelebihan elektron, maka semakin besar muatannya.

                  Ada dua jenis muatan listrik yaitu muatan positif dan negatif. Suatu benda dikatakan bermuatan positif jika kelebihan proton atau kekurangan elektron, dan sebaliknya benda akan bermuatan negatif jika kelebihan elektron atau kekurangan proton.

                  Cara Membuat Muatan Listrik Benda

                  Cara tradisional untuk membuat benda bermuatan listrik dapat dilakukan dengan gosokan. Jika dua benda.  Jika saling digosokan, maka elektron dari benda yang satu akan pindah ke benda yang lainnya.

                  Dengn demikian, benda yang kehilangan elektron akan bermuatan positif dan benda yang menerima pindahan electron akan bermuatan negatif.

                  Cara membuat benda bermuatan listrik selain dengan cara menggosok dapat juga dengan cara pemanasan dan cara induksi.

                  Sifat Muatan Listrik

                  Sifat-sifat yang dimiliki oleh muatan listrik adalah:

                  – Muatan listrik yang sejenis yaitu negatif dengan negatif atau positif dengan positif, jika didekatkan akan saling tolak menolak.

                  – Muatan listrik yang tidak sejenis yaotu negatif dengan positif, jika didekatkan akan saling tarik- menarik.

                  Satuan Muatan Listrik

                  Satuan muatan listrik dalam SI dinyatakan dengan Coulumb disingkat C, satuan tersebut diambill dari nama seorang fisikawan Perancis Charles Augustin Coulumb (1736-1806)

                  Hukum Coulomb

                  Hukum Coloumb adalah aturan yang mengemukakan tentang hubungan antara gaya listrik dan besar masing masing muatan listrik.

                  Hukum Coulomb Menyatakan bahwa “Gaya listrik yaitu tarik-menarik atau tolak-menolak antara dua muatan sebanding dengan besar muatan listrik masing-masing dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak pisah antara kedua muatan listrik”.

                  Secara matematis, Hukum Coloumb dapat dinyatakan dengan menggunakan persamaan rumus berikut:

                  F = k (q1 x q2)/r2 atau

                  F = (1/4πε0) x (q1 x q2)/r2

                  Dengan Keterangan:

                  F = gaya Coloumb (Newton = N)

                  q1, q2 = muatan listrik benda 1 dan 2 (Coloumb = C)

                  r = jarak antara dua muatan listrik (m)

                  k = konstanta pembanding = konstanta gaya Coloumb

                  k = (1/4πε0)

                  k = 9 × 109 Nm2C-2

                  ε0 = permitivitas ruang hampa

                  ε0 = 8,854 × 10-12 C2 N-1 m-2

                  Contoh Soal Perhitungan Rumus Coulomb

                  Dua keping logam yang bermuatan listrik masing- masing +4 × 10-9 C dan +6 × 10-9 C terpisah sejauh 5 cm. Berapakah besar gaya tolak- menolak kedua keeping logam tersebut?

                  Penyelesaian:

                  Diketahui:

                  q1 = 4 × 10-9 C

                  q2 = 6 × 10-9 C

                  r = 5 cm = 0,03 m

                  k = 9 × 109 Nm2 C-2

                  Ditanya :

                  Gaya tolak menolak F

                  Jawab:

                  F = k (q1 x q2)/r2 jadi

                  F = 9 x 109 (4 × 10-9 x 6 × 10-9)/(0,05)2

                  F = 8,6 × 10-5 N

                  Jadi, besar gaya tolak- menolak antara dua keping logam tersebut adalah 8,6 × 10-5 N.

                  Soal Soal Lainnya Beserta Pembahasan Ada Di Akhir Artikel

                  Elektroskop

                  Elektroskop adalah alat yang digunakan untuk mengetahui adanya muatan listrik pada suatu benda.

                  Salah satu jenis elektroskop yang umun digunakan adalah elektroskop daun. Bagian penting elektroskop daun adalah sebuah tangkai logam dari bagian logam kuningan dengan ujung bawah berbentuk pipih.

                  Pada ujung ini ditempatkan dua helai logam sangat tipis yang terbuat dari bahan aluminium atau emas, biasa disebut dengan bagian daun.

                  Ujung atas berbentuk cakram atau bola yang berfungsi sebagai penghantar muatan dan kotak kaca.

                  Pengertian Medan Listrik

                  Medan listrik didefinisikan sebagai daerah atau ruangan di sekitar benda bermuatan listrik. Jadi ada daerah atau ruang yang mengelilingi benda yang bermuatan listrik. Ketika sebuah benda bermuatan listrik berada di dalam ruangan tersebut, maka benda tersebut akan mendapat gaya listrik yang disebut dengan gaya eloktrostatis atau gaya Coulomb. Jadi sebenarnya, medan listrik merupakan tempat atau daerah yang masih dipengaruhi oleh gaya Coulomb.

                  Pengertian Garis Medan Listrik

                  Garis- garis gaya listrik yaitu garis lengkung yang menggambarkan lintasan yang ditempuh oleh muatan positif yang bergerak dalam medan listrik. Garis garis gaya listrik ini menunjukkan arah medan listrik pada setiap titik.

                  Garis gaya listrik tidak mungkin akan berpotongan, sebab garis gaya listrik merupakan garis khayal yang berawal dari benda bermuatan positif dan akan berakhir di benda yang bermuatan negatif.

                  Garis medan listrik disebut juga sebagai garis gaya listrik, karena garis tersebut menunjukkan arah gaya pada suatu muatan.

                  Garis-garis gaya listrik pada muatan positif bergerak keluar dan pada muatan negatif menuju ke pusat. Garis-garis gaya berasal dari muatan positif dan berakhir pada muatan negatif.

                  Pengertian Kuat Medan Listrik

                  Medan listrik dapat dinyatakan dengan kerapatan garis-garis gaya listrik. Medan listrik antara muatan negatif dan muatan positif terjadi sangat besar karena adanya kerapatan garis- garis gaya listrik.

                  Medan listrik yang terjadi antara muatan positif dengan muatan positif kecil karena tidak adanya kerapatan garis-garis gaya listrik. Jadi, makin banyak garis garis gaya listrik di suatu tempat antara dua muatan makin besar medan listriknya.

                  Kuat medan listrik didefinisikan sebagai gaya per satuan muatan yang ditempatkan pada suatu titik. Kuat medan listrik merupakan ukuran kekuatan dari medan listrik yang ditimbulkan oleh muatan pada suatu titik, Kuat medan listrik dinyatakan dengan lambang E.

                  Perhatikan gambar berikut.

                  Rumus Kuat Medan Muatan Listrik
                  Rumus Kuat Medan Muatan Listrik

                  Muatan q2 terletak di posisi titip T dalam medan listrik yang ditimbulkan oleh muatan q1.  Jarak muatan q2 pada titik T dari muatan q1 adalah r.

                  Besarnya Gaya Coulumb yang ditimbulkan oleh muatan q1 dan q2 dinyatakan dengan persamaan rumus berikut

                  F = k (q1 x q2)/r2

                  Sedangkan besarnya Kuat medan listrik di titip P yang dialami atau dirasakan oleh muatan q2 dapat dinyatakan dengan rumus berikut:

                  E = F/q2

                  Substitusi kedua persamaan tersebut, sehingga kuat medan listrik yang dialami oleh muatan q2 adalah:

                  E = k q1/r2

                  Dengan Keterangan

                  E = kuat medan listrik di suatu titik T (N/C)

                  q1 = muatan listrik sebagai sumber medan (coulomb)

                  q2 = muatan listrik pada suatu titik (T) dalam medan listrik (coulomb)

                  r = jarak titik T dari muatan q1 (m)

                  k = 9.109 Nm2/C2

                  Kuat medan listrik di titik T yang dirasakan oleh muatan q2 merupakan kuat medan listrik yang dihasilkan oleh muatan q1. Jadi Kuat medan listrik ini bukanlah kuat medan listrik dari muatan q2.

                  Dari persamaannya dapat dikatakan bahwa Kuat medan listrik di titik T dengan jarak r tidak tergantung pada besarnya muatan q2

                  Contoh Soal Perhitungan Arah Kuat Medan Titik P

                  Sebuah titik P berada pada jarak 20 cm dari sebuah muatan q = 16 μC. Hitung besar dan arah medan lisrik di titik P.

                  Dan hitung percapatan awal jika sebuah muatan q = 5μC yang bermassa 3 gram dilepaskan dari titik P.

                  Diketahui:

                  q = 16 μC = 1,6 x 10-5 C

                  r = 20 cm = 0,2 m

                  m = 3 gram

                  Menghitung Kuat Medan Di Titik P

                  Ep = k q/(r)2

                  EP = 9×109(1,6×10-5)/(0,2)2

                  EP = 3,6 x106 N/C

                  Muatan q adalah positif, jadi Arah Medan Listriknya Menjauhi muatan q

                  Rumus Menghitung Percepatan Muatan Di Medan Listrik Titik P

                  Besarnya percepatan sebuah partikel yang berada dalam medan listrik di titik P dapat dihitung dengan Hukum Newton 2 seperti berikut:

                  F = m.a atau

                  a = F/m

                  a = percepatan awal partikel

                  m = massa partikel

                  F = Gaya  yang diterima partikel dalam medan listrik di titik P.

                  Menghitung Gaya Elektrostatik Partikel Dalam Medan Listrik Di Titik P

                  Besar gaya dalam medan listrik di titik P dapat dinyatakan dengan rumus berikut:

                  F = q EP

                  q = 5 μC = 5 x10-6 C

                  Diketahui dari perhitungan di atas

                  EP = 3,6 x106 N/C

                  FP = (5 x10-6)(3,6 x106)

                  FP = 18 N

                  Maka Percepatan awal partikel adalah

                  a = F/m

                  m = 3 gram = 3 x 10-3 kg

                  a = 18/(3 x10-3)

                  a = 6 x103 m/s2

                  Jadi, Ketika partikel berada dalam medan listrik di titik P, maka akan bergerak dengan percepatan awal 6 x10-3  m/s2.

                  Soal Soal Lainnya Beserta Pembahasan Ada Di Akhir Artikel

                  Hukum Gauss.

                  Hukum Gauss menyatakan bahwa bahwa jumlah aljabar garis-garis gaya magnet (fluks) listrik yang menembus permukaan tertutup sebanding dengan jumlah aljabar muatan listrik di dalam permukaan tersebut.

                  Fluks Listrik

                  Fluks listrik adalah Jumlah garis garis gaya medan listrik yang menembus suatu bidang dalam arah tegak lurus. Sedangkan Kuat medan listrik menunjukkan kerapatan garis garis medan listrik. Dari dua perngertian tersebut, Fluks listrik dapat dinyatakan dengan persamaan rumus berikut:

                  φ = E. A

                  Fluks Magnetik Induksi
                  Fluks Magnetik Induksi

                  Jika terdapat garis garis gaya suatu medan listrik homogen yang memiliki kuat medan E dan menembus tegak lurus suatu bidang A, maka jumlah garis medan yang menembus tegak lurus bidang tersebut sama dengan perkalian E dan A.

                  Jika garis gaya menembus bidang tidak tegak lurus, maka fluks listriknya adalah:

                  φ = E . A cos q

                  Dengan keterangan:

                  φ = Fluks listrik (weber atau Nm2/C)

                  E = kuat medan listrik (N/C)

                  A = luas bidang yang ditembus garis garis gaya (m2)

                  θ = sudut antar E dengan norma bidang A

                  Contoh Soal Fluks Listrik Hukum Gauss

                  Hitunglah fluks lsitrik pada suatu bidang persegi yang berukuran 20 x 15 cm, jika kuat medan listrik homogen sebesar 150 N//C. Bila medan listrik sejajar dengan bidang dan tegak lurus terhadap bidangnya.

                  Besar Fluks Sejajar Bidang

                  Diketahui

                  A = 0,2 x 0,15 = 0,03m2

                  E = 150 N/C

                  cos θ = 90o

                  Jawab

                  φ = E . A cos q

                  φ = 150 x 0,03 x cos 90

                  φ = 150 x 0,03 x 0

                  φ = 0

                  Besar Fluks Tegak Lurus bidang

                  φ = E . A cos q

                  φ = 150 x 0,03 x cos 0

                  φ = 150 x 0,03 x 1

                  φ = 4,5 Nm2/C

                  Energi Potensial Listrik

                  Besarnya energi yang diperlukan untuk memindahkan muatan dalam medan listrik bergantung pada besar muatan yang dipindahkan dan jarak perpindahannya.

                  Perhatikan gambar berikut

                  Rumus Energi Potensial Listrik Statis.
                  Rumus Energi Potensial Listrik Statis.

                  Muatan q2 terletak pada titik T dalam medan listrik yang dihasilkan oleh muatan q1. Jarak antara titip T yang ditempai muatan q1 dengan muatan q2 adalah r.

                  Besarnya Energi potensial EP yang dimiliki oleh muatan q2 di titik T yang berjarak r dari muatan q1 dapat dinyatakan dengan persamaan rumus berikut:

                  EP = k (q1 x q2)/r

                  Dengan keterangan:

                  EP = energi potensial di suatu titik T dalam medan listrik (Joule)

                  k = Konstanta = 9 × 109 N m2C-2

                  q1 = muatan listrik sebagai sumber medan listrik (Coulumb)

                  q2 = muatan listrik di suatu titik T dalam medan lsitrik (Coulumb)

                  r = jarak titik T ke muatan q1 (m)

                  Soal Soal Beserta Pembahasan Ada Di Akhir Artikel

                  Potensial Listrik

                  Energi potensial EP per satuan muatan positif disebut potensial listrik, dan diberi lambang dengan huruf kapital V.

                  Perhatikan gambar berikut:

                  Rumus Potensial Listrik Statis Bermuatan dan Titik Tanpa Muatan
                  Rumus Potensial Listrik Statis Bermuatan dan Titik Tanpa Muatan

                  Potensial listrik pada suatu titik T dalam medan listrik yang berjarak r dari muatan q1 dinyatakan dengan persamaan rumus berikut:

                  VP = EP/q2

                  Substitusikan persamaan Energi potensial EP ke persamaan potensial listrik VP sehingga persamaan rumusnya menjadi seperti berikut:

                  VP = k (1/q2) x (q1 x q2)/r

                  Dengan demikian, potensial listrik VP di titip T dapat dinyatakan dengan persamaan berikut

                  VP = k (q1/r)

                  Dengan keterangan:

                  VP = potensial listrik di suatu titik T (Joule/Coulomb = volt)

                  Dari persamaannya diketahui bahwa potensial listrik VP di titik T hanya tergantung pada muatan q1 dan jarak r, tidak tergantung pada muatan q2. Ini artinya potensial listrik di titik T adalah nilai potensial listrik dari muatau q1, bukan potensial listrik dari muatan q2.

                  Dengan demikian, Walaupun muatan q2 diletakan tepat di titik T, namun nilai potensi listrik VP dari muatan q1 di titik T tidak akan terpengaruh.

                  Contoh Soal Perhitungan Potensial Listrik Dua Partikel Muatan

                  Dua muatan q1 = -2 μC dan q2 = +4 μC berjarak 8 cm. Tentukan potensial listrik di suatu titik C yang berada tepat di tengah- tengah kedua muatan tersebut

                  q1 = -2 μC

                  q2 = +4 μC

                  r1 = 4 cm

                  r2 = 4 cm

                  Titik C berada di tengah-tengah seperti diperlihatkan pada Gambar berikut:

                  Contoh Soal Perhitungan Potensial Listrik Dua Partikel Muatan
                  Contoh Soal Perhitungan Potensial Listrik Dua Partikel Muatan

                  Karena potensial listrik merupakan besaran scalar, maka potensial listrik di titik C tersebut memenuhi persamaan berikut:

                  VC = V1 + V2

                  Besar potensial listrik di titik C oleh muatan q1 dapat dihitung seperti berikut:

                  V1 = k q1/r1

                  V1 = 9×109(-2×10-6)/(0,04)

                  V1 = -4,5 x 105 volt

                  Besar potensial listrik di titik C oleh muatan q2 dapat dihitung dengan persamaan berikut

                  V2 = k q2/r2

                  V2 = 9×109(4×10-6)/(0,04)

                  V2 = 9 x 105 volt

                  Dengan demikian, potensial listrik di titik C oleh muatan q1 dan q2 dapat dihitung dengan persamaan berikut:

                  VC = -4,5 x 105 + 9 x 105 volt

                  VC = 4,5 volt

                  Soal Soal Beserta Pembahasan Ada Di Akhir Artikel

                  Jenis Listrik Statis 

                  Listrik statis dalam kehidupan sehari- hari dibagi menjadi dua jenis yaitu listrik statis alami, dan listrik statis buatan.

                  Listrik Statis Alami.

                  Terjadinya petir ketika hujan merupakan salah satu contoh adanya listrik statis yang terjadi secara alami. Petir merupakan peristiwa lepasnya muatan listrik statis yang terjadi secara alamiah.

                  Peristiwa ini akibat dari keluarnya muatan- muatan listrik dari awan, Petir terjadi akibat adanya dua awan bermuatan listrik sangat besar dan berbeda jenis yang bergerak saling mendekati.

                  Listrik Statis Buatan

                  Contoh listrik statis buatan di antaranya adalah listrik yang digunakan dalam proses pengecatan mobil dan pada mesin fotokopi.

                  1). Contoh Soal Ujian Hukum Coulomb Gaya Listrik Eletrostatik Dua Muatan

                  Dua buah muatan listrik masing- masing besarnya 3 × 10-6 C dan 6 × 10-6 C terpisah pada jarak 3 cm. Tentukan besarnya gaya listrik yang bekerja pada masing-masing muatan tersebut.

                  Diketahui

                  q1 =3 × 10-6 C

                  q2 = 6 × 10-6 C

                  k = 9 × 109 Nm2C-2

                  r = 3 cm = 0,03 m

                  Rumus Menghitung Gaya Elektrostatic Dua Muatan

                  F = k (q1 x q2)/r2 atau

                  F = (9 ×109)(3 ×10-6 x 6 ×10-6)/(0,03)2

                  F = 180 N

                  Jadi Gaya Listrik Yang Bekerja pada masing masing muatan adaah 1,8 x 102 N.

                  2).  Contoh Soal Perhitungan Gaya Coulomb Elektrostatik Tiga Benda Bermuatan

                  Dua muatan A dan B berjarak 11 cm satu dengan yang lain. qA = +2,0 μC dan qB = -3,6 μC. Jika muatan qC = 2,5 μC diletakkan diantara A dan B berjarak 5 cm dari A maka tentukan gaya yang dialami oleh muatan qC

                  Menghitung Gaya Coulomb Pada Benda Bermuatan,

                  Diketahui:

                  qA = +2,0μC = 2,0.10-6 C

                  qB = −3,6μC = −3,6.10-6 C

                  qC = 2,5μC = 2,5 x10-6 C

                  Posisi muatan qC dan gaya yang bekerja dapat digambarkan seperti pada Gambar. Muatan C qC dan muatan A qA sejenis yaitu positif, sehingga tolak menolak dan arah gaya elektrostatik antara muatan A dan C yaitu FCA ke kanan.

                  Muatan C qC dan muatan B qB berlawanan, sehingga Tarik menarik, dan gaya elektrostatik FCB antara muatan C qC dan muatan B qB  arahnya ke kanan.

                  Menghitung Gaya Coulomb Pada Benda Bermuatan,
                  Menghitung Gaya Elektrosatatik Pada Benda Bermuatan,

                  Kedua gaya elektrostatik yang dialami oleh muatan C yaitu FCA dan FCB memiliki arah yang sama yaitu ke kanan.

                  Menghitung Gaya Elektrostatik Pada Muatan C Diantara Muatan A dan Muatan B.

                  Sehingga total gaya elektrostatik yang dialami oleh muatan C dapat dinyatakan dengan rumus berikut:

                  FC = FCA + FCB

                  qA = +2,0 μC = 2,0 x 10-6 C

                  qB = −3,6 μC = −3,6 x 106 C

                  qC = 2,5 μC = 2,5 x10-6 C

                  k = 9 × 109 Nm2C-2

                  rCA = 5 cm

                  Menghitung Gaya Elektrostatik Muatan C-A

                  FCA = k (qC qA)/(rCA)2

                  FCA = (9 x109)(2,5×106 x 2,0×10-6)/(5×10-2)2

                  FCA = 18 N

                  Menghitung Gaya Elektrostatik Muatan C-B

                  FCB = k (qC qB)/(rCB)2

                  FCB = (9 x109)(2,5×10-6 x 3,6×10-6)/(6×10-2)2

                  FCB = 22,5 N

                  Menghitung Gaya Elektrostatik Yang Dialami Muatan C

                  FC = 18 + 22,5

                  FC = 40,5N

                  3). Contoh Soal Perhitungan Gaya Coulomb Antara Tiga Muatan

                  Tiga buah pertikel bermuatan listrik yaitu q1 = -8 μC, q2 = +6 μC dan q3 = -4μC terdapat pada garis lurus seperti tampak pada gambar. Hitunglah gaya Coulomb pada partikel  q3 akibat dua muatan lainnya.

                  Perhitungan Gaya Coulomb Elektrostatik Antara Tiga Muatan
                  Perhitungan Gaya Coulomb Elektrostatik Antara Tiga Muatan

                  Diketahui:

                  q1 = -8 μC,

                  q2 = +6 μC

                  q3 = -4μC

                  r1 = 0,4 m

                  r2 = 0,2 m

                  Partikel q3 mendapat dua gaya. Gaya tolak oleh q1 yaitu F31 dan gaya Tarik oleh q2 yaitu F32

                  Menghitung Gaya Coulomb Pada Partikel

                  Besar gaya coulomb yang bekerja antara partikel q3 dan parikel q1 dapat dinyatakan dengan persamaan berikut:

                  F31 = k (q3 xq1)/(r1+r2)2

                  F31 = (9×109)(4×10-6)(8×10-6)/(0,6)2

                  F31 = 0,8 N

                  Besar gaya coulomb yang timbul antara partikel q3 dan parikel q2 dapat dinyatakan dengan persamaan berikut:

                  F32 = k (q3 xq2)/(r2)2

                  F32 = (9×109)(4×10-6)(6×10-6)/(0,2)2

                  F32 = 5,4 N

                  Resultan Gaya Listrik Yang Dialami Partikel

                  Besar gaya coulomb yang bekerja pada partikel q3 akibat pengaruh parikel q1 dan q2 dapat dinyatakan dengan persamaan berikut:

                  F3 = F31 – F32

                  F3 = 0,8 – 5,4

                  F3 = -3,6 N

                  Tanda negative pada F3 menunjukkan arah resultan gaya coulomb ke kiri.  Jadi gaya coulomb yang bekerja pada q3 adalah 3,6 N dengan arah ke kiri.

                  4). Contoh Soal Perhitungan Gaya Listrik Tiga Muatan Bentuk Segitiga

                  Tiga buah muatan tersusun membentuk segitiga seperti pada gambar. Jika Muatan A = +8 μC, muatan B = + 4 μC dan muatan C = + 6μC. Hitung gaya listrik yang dialami pada muatan A qA yang ditimbulkan oleh dua muatan lainnya.

                  Perhitungan Gaya Elektrostatik Listrik Tiga Muatan Bentuk Segitiga
                  Perhitungan Gaya Elektrostatik Listrik Tiga Muatan Bentuk Segitiga

                  Diketahui:

                  qA = + 8μC,

                  qB = + 4μC

                  C = + 6μC

                  k = 9 × 109 Nm2C-2

                  Menghitung Gaya Listrik  Muatan A Dan Muatan B

                  FAB = k (qA qB)/(rAB)2

                  FAB = (9×109)(8×10-6 x 4×10-6)/(0,2)2

                  FAB = 7,2 N

                  Menghitung Gaya Listrik Muatan A dan Muatan C

                  FAC = k (qA qC)/(rAC)2

                  FAC =(9×109)(8×10-6 x 6×10-6)/(0,2)2

                  FAC = 10,8 N

                  Menghitung Gaya Listrik Resultan Di Antara Dua Muatan Bentuk Segitiga

                  Gaya listrik Muatan A pada arah sumbu x

                  FAx = FAB cos 600 – FAC cos 600

                  FAx = (7,2 – 10,8)(0,5)

                  FAx = -1,8 N

                  Gaya listrik pada arah sumbu x

                  Gaya listrik Muatan A pada arah sumbu y

                  FAy= FAB sin 600 + FAC sin 600

                  FAy = (7,2 + 10,8)(0,87)

                  FAy = 15,7 N

                  Menghitung Resultan Gaya Listrik Pada Muatan A

                  FA = √[(FAx)2+(FAy)2] atau

                  \mathrm{F_{A}= \sqrt{(F_{Ax})^{2}+(F_{Ay})^{2}}}

                  \mathrm{F_{A}= \sqrt{(-1,8)^{2}+(15,7)^{2}}}

                  FA = √[(-1,8)2 + (15,7)2]

                  FA = √[(3,2) + (246,5)]

                  FA = √249,7

                  FA = 15,8 N

                  Jadi Gaya Listrik Pada Muatan A = 15,8 N

                  5). Contoh Soal Perhitungan Potensial Listrik Dua Partikel Muatan

                  Dua muatan q1 = -2 μC dan q2 = +4 μC berjarak 8 cm. Tentukan potensial listrik di suatu titik C yang berada tepat di tengah- tengah kedua muatan tersebut

                  q1 = -2 μC

                  q2 = +4 μC

                  r1 = 4 cm

                  r2 = 4 cm

                  Titik C berada di tengah-tengah seperti diperlihatkan pada Gambar berikut:

                  Perhitungan Potensial Listrik Dua Partikel Muatan
                  Perhitungan Potensial Listrik Dua Partikel Muatan

                  Karena potensial listrik merupakan besaran scalar, maka potensial listrik di titik C tersebut memenuhi persamaan berikut:

                  VC = V1 + V2

                  Besar potensial listrik di titik C oleh muatan q1 dapat dihitung seperti berikut:

                  V1 = k q1/r1

                  V1 = 9×109(-2×10-6)/(0,04)

                  V1 = -4,5 x 105 volt

                  Besar potensial listrik di titik C oleh muatan q2 dapat dihitung dengan persamaan berikut

                  V2 = k q2/r2

                  V2 = 9×109(4×10-6)/(0,04)

                  V2 = 9 x 105 volt

                  Dengan demikian, potensial listrik di titik C oleh muatan q1 dan q2 dapat dihitung dengan persamaan berikut:

                  VC = -4,5 x 105 + 9 x 105 volt

                  VC = 4,5 volt

                  6). Contoh Soal Perhitungan Potensial Listrik Benda Bermuatan

                  Titik P terletak pada jarak 15 cm dari muatan listrik 3 μC dan 20 cm dari muatan listrik -5 μC. Tentukan potensial listrik di titil P yang dihasilkan oleh kedua muatan tersebut:

                  Diketahui:

                  q1 = 3 μC = 3 x 10-6 C

                  Titil P 15 cm dari muatan listrik

                  r1 = 15 cm = 0,15 m

                  q2 = -5 μC = -5x 10-6 C

                  r2 = 20 cm = 0,20 m

                  Jawab:

                  Menghitung Potensial Listrik Di Titik P Oleh Partikel Muatan

                  Besar potensial listrik di titik P berjarak 15 cm dari partikel bermuatan q1 dapat dinyatakan dengan rumus berikut:

                  V1 = k q1/r1

                  V1 = 9 x109(3×10-6)/(0,15)

                  V1 = 180 x103 Volt

                  Besar potensial listrik di titik P berjarak 20 cm dari partikel muatan q2

                  V2 = k q2/r2

                  V2 = 9 x109(-5×10-6)/(0,2)

                  V2 = -225 x103 Volt

                  Menghitung Listrik Di Titik P Oleh Dua Muatan Adalah:

                  Besar Potensial listrik di titik P oleh kedua muatan dapat dinyatakan dengan persamaan berikut:

                  VP = V1 + V2

                  VP = 180x 103 + (-225 x103)

                  VP = -45 x 103 volt

                  7). Contoh Soal Perhitungan Potensial Listrik Bola Konduktor Bermuatan

                  Sebuah bola konduktor berjari jari 15 cm dan bermuatan listrik  5 μC. Tentukan potensial listrik pada jarak 10 cm dan 20 cm dari pusat bola.

                  Diketahui:

                  q = 5 μC. = 5 x 10-6 C

                  R = 15 cm = 0,15 m

                  r1 = 10 cm

                  r2 = 20 cm

                  Menghtiung Potenisial Listrik Di Dalam Bola Konduktor Bermuatan

                  Potensial listrik pada jarak 10 cm dari pusat bola akan sama dengan potensial listrik pada permukaan bola atau jari jari bola R. Dinyatakan dengan persamaan berikut:

                  V = k q/R

                  Jadi, jika r < R, maka jarak yang diambil adalah jari jari bola konduktor  R

                  V = 9 x 109(5 x 10-6)/(0,15)

                  V = 300 x 103 volt

                  Menghitung Potensial Di Luar Permukaan Bola Konduktor Bermuatan

                  Potensial listrik pada jarak 20 cm dari pusat bola dapat dinyatakan denga persamaan berikut:

                  V = k q/r

                  Karena jarak ke titik pusat r > R, maka yang digunakan untuk perhitungan adalah jarak r.

                  V = 9 x 109(5 x 10-6)/(0,20)

                  V = 225 x 103 volt

                  8). Contoh Soal Energi Potensial Listrik Pada Tiga Partikel Bermuatan

                  Tiga partikel bermuatan yaitu q1 = 2x 10-10C, q2 = -2 x10-10 dan satu partikel bermuatan q = -2 x 10-10. Partikel q dianggap tidak mempengaruhi potensial listrik di titik D yang ditimbulkan oleh partikel q1 dan q2.

                  Ketika partikel membentuk segitiga ABC dengan titik siku siku di titik A. Panjang AB = 4 cm dan AC = 3 cm seperti pada gambar berikut:

                  Energi Potensial Listrik Pada Tiga Partikel Bermuatan
                  Energi Potensial Listrik Pada Tiga Partikel Bermuatan

                  Hitunglah Potensial di titik C, Di titik D dan Energi yang diperlukan untuk memindahkan partikel q dari titik C ke titik D.

                  Diketahui:

                  qA = 2x 10-10C,

                  qB = -2 x10-10 C

                  q = -2 x 10-10 C

                  Menghitung Potensial Listrik Di Titik C Akibat Muatan q1 dan q2

                  Besarnya potensial listrik di titik C oleh qA dan qB  dapat dihitung dengan persamaan rumus berikut:

                  VC = VCA + VCB

                  Menghitung Potensial listrik di titik C oleh oleh qA

                  VCA = k qA/rCA

                  VCA = 9×109(2x 10-10)/(0,03)

                  VCA = 60 volt

                  Menghitung Potensial listrik di titik C oleh oleh qB

                  VCB = k qB/rCB

                  VCB = 9×109(-2x 10-10)/(0,05)

                  VCB = -36 volt

                  Potensial Listrik Di Titik C oleh qA dan qB  adalah

                  VC = VCA + VCB

                  VC = 60 – 36

                  VC = 24 volt

                  Menghitung Potensial Listrik Di Titik D Akibat Muatan q1 dan q2

                  Besarnya potensial listrik di titik Doleh qA dan qB  dapat dihitung dengan persamaan rumus berikut:

                  VD = VDA + VDB

                  Menghitung Potensial listrik di titik D oleh oleh qA

                  VDA = k qA/rDA

                  VDA = 9×109(2x 10-10)/(0,02)

                  VDA = 90 volt

                  Menghitung Potensial listrik di titik D oleh oleh qB

                  VDB = k qB/rDB

                  VDB= 9×109(-2x 10-10)/(0,02)

                  VDA = -90 volt

                  Potensial Listrik Di Titik D oleh qA dan qB  adalah

                  VD = VDA + VDB

                  VD = -90 + 90

                  VD = 0 volt

                  Menghtiung Energi Usaha Potensial Listrik Muatan Yang Bergerak Dari Titik C ke Titik D

                  Besar energi usaha yang diperlukan agar muatan q pindah dari titik C ke titik D dapat dinyataka dengan persamaan berikut:

                  WCD = q(VD – VC)

                  WCD = -2×10-10 C (0V – 24V)

                  WCD = 4,8 10-9 J

                  9). Contoh Soal Perhitungan Energi Potensial Pertikel Bermuatan

                  Pada titik A dan B dari titik sudut segitiga terdapat muatan qA= 8 μC = 8 x10-6 C dan qB = -6 μC = -6 x10-6 C seperti pada Gambar. Jika terdapat muatan lain sebesar qC = 2 μC maka tentukan:

                  a). Energi potensial muatan qC ketika berada di titik C,

                  b). Energi potensial muatan qC ketika berada di titik D,

                  c). Wsaha untuk memindahkan muatan qC dari C ke D

                  Perhitungan Energi Potensial Pertikel Bermuatan
                  Perhitungan Energi Potensial Pertikel Bermuatan

                  Diketahui:

                  qA = 8 μC = 8 x10-6 C

                  qB = -6 μC = -6 x10-6 C

                  qC = 2 μC = 2 x10-6 C

                  Energi Potensial Muatan qC Di titik C :

                  rAC = rBC = 4.10-2 m

                  EPC = EPA + EPB

                  Menghitung Energi Potensial EPA Muatan qC Oleh Muatan qA Pada Titik C

                  EPA = k (qA qC)/rAC

                  EPA = 9 x109(8 x10-6 x 2 x10-6)/(0,04)

                  EPA = 3,6 J

                  Menghitung Energi Potensial EPB Muatan qC Oleh Muatan qB Pada Titik C

                  EPB = k (qB qC)/rAB

                  EPB = 9 x109(-6 x10-6 x 2 x10-6)/(0,04)

                  EPB = – 2,7 J

                  Resultan Energi Potensial Muatan qC (EPC) Akibat Muatan qA dan qC Pada Titik C

                  EPC = EPA + EPB

                  EPC = 3,6 – 2,7

                  EPC = 0,9 J

                  Energi Potensial Muatan qC Di titik D (EPD)

                  rAD = rBD = 2×10-2 m

                  EPD = EPA + EPB

                  Menghitung Energi Potensial EPA Muatan qC Oleh Muatan qA Pada Titik D

                  EPA = k (qA qC)/rAD

                  EPA = 9 x109(8 x10-6 x 2 x10-6)/(0,02)

                  EPA = 7,2 J

                  Menghitung Energi Potensial EPB Muatan qC Oleh Muatan qB Pada Titik D

                  EPB = k (qB qC)/rAB

                  EPB = 9 x109(-6 x10-6 x 2 x10-6)/(0,02)

                  EPB = -5,4 J

                  Resultan Energi Potensial Muatan qC (EPC) Akibat Muatan qA dan qC Pada Titik C

                  EPD = EPA + EPB

                  EPD = 7,2 – 5,4

                  EPD  = 1,8 J

                  Menghitung Usaha Perpindahan Muatan qC Dari Titik C ke Titik D

                  W = = EPD − EPC = 1,8 − 0,9 = 0,9 joule

                  Besarnya usaha yang dilakukan muatan qC dari titik C ke titik D dapat dinyatakan dengan persamaan rumus berikut:

                  WCD = ΔEP

                  EPD – EPC

                  WCD = 1,8 – 0,9

                  WCD = 0,9 Joule

                    Daftar Pustaka:

                    1. Ganijanti Aby Sarojo, 2002, “Seri Fisika Dasar Mekanika”, Salemba Teknika,  Jakarta.
                    2. Giancoli, Douglas, 2001, “Fisika Jilid 1, Penerbit Erlangga, Jakarta.
                    3. Sears, F.W – Zemarnsky, MW , 1963, “Fisika untuk Universitas”, Penerbit Bina Cipta, Bandung,
                    4. Ardra.Biz, 2019, “Pengertian Gelombang, Jenis Gelombang, Sifat-sifat Gelombang, Contoh Gelombang, Manfaat fungsi gelombang,
                    5. Giancoli, Douglas C. 2000. Physics for Scientists & Engineers with Modern Physics, Third Edition. New Jersey, Prentice Hall.
                    6. Halliday, David, Robert Resnick, Jearl Walker. 2001. Fundamentals of Physics, Sixth Edition. New York, John Wiley & Sons.
                    7. Tipler, Paul, 1998, “Fisika untuk Sains dan Teknik”, Jilid 1,Pernerbit Erlangga, alih bahasa: Prasetyo dan Rahmad W. Adi, Jakarta.
                    8. Tipler, Paul, 2001, “Fisika untuk Sains dan Teknik”, Jilid 2, Penerbit Erlangga, alih bahasa: Bambang Soegijono, Jakarta.
                    9. Ringkasan Rangkuman: Besarnya gaya Coulomb antara dua buah benda yang muatannya sejenis akan terjadi gaya tolak-menolak sedangkan jika muatan berlawanan akan terjadi gaya tarik-menarik.
                    10. Kuat medan listrik yaitu ruangan di sekitar benda bermuatan listrik yang mampu memberikan gaya listrik pada benda yang diletakkan dalam ruangan tersebut.
                    11. Energi potensial listrik yaitu usaha yang diperlukan untuk memindahkan muatan listrik dari jauh tak terhingga ke titik tertentu.
                    12. Potensial listrik didefinisikan sebagai energi potensial per satuan muatan
                    13. Kapasitas sebuah kapasitor berbanding lurus dengan luas penampang keeping dan berbanding terbalik dengan jarak antara kedua keping dan tergantung pada bahan dielektrikum yang diselipkan di antara kedua keping kapasitor.
                    14. Besarnya energi yang tersimpan dalam kapasitor dinyatakan berupa energi medan listrik.
                    15. Ardra.Biz, 2019, “Pengertian Listrik Statis, Elokrostatis adalah, Contoh Listrik Statis, Rumus Listrik Statis, Jenis muatan listrik, Cara Membuat Muatan Listrik Benda, Sifat Muatan Listrik, Satuan Muatan Listrik, Hukum Coulomb,
                    16. Ardra.Biz, 2019, “Bunyi pernyataan hukum Coulomb, Rumus persamaan hukum Coulomb, Contoh Soal Perhitungan hukum Coulomb, Satuan gaya Coloumb, Satuan muatan listrik benda, konstanta gaya Coloumb, angka permitivitas ruang hampa,  Contoh Soal Perhitungan Rumus Coulomb,
                    17. Ardra.Biz, 2019, “Pengertian dan Contoh Elektroskop, jenis elektroskop, Pengertian Medan Listrik, arti gaya eloktrostatis, satuan gaya elektrostis, rumus gaya elektrostatis, Pengertian Garis Medan Listrik, ciri sifat garis gaya listrik, satuan medan listrik,
                    18. Ardra.Biz, 2019, “Arah Garis Gaya Listrik, Menentukan arah garis gaya listrik, Garis medan listrik, Pengertian Kuat Medan Listrik, Kuat medan listrik, lambang kuat medan listrik, lambang listrik statis, Satuan kuat medan listrik, Bunyi pernyataan Hukum Gauss,
                    19. Ardra.Biz, 2019, “Persamaan rumus Hukum Gauss, Fluks Listrik, satuan lambang Fluks listrik, sudut antar E dengan norma bidang A,  Contoh Soal Fluks Listrik Hukum Gauss, Besar Fluks Sejajar Bidang,  Pengertian Energi Potensial Listrik, satuan lambang energi potensial listrik,
                    20. Ardra.Biz, 2019, “rumus persamaan energi potensial listrik, Pengertian Potensial Listrik, Satuan lambang Energi potensial, rumus persamaan potensial listrik, Contoh soal ujian energi potensial listrik,
                    21. Ardra.Biz, 2019, “Jenis Listrik Statis, Contoh penerapan listrik statis, Pengertian Listrik Statis Alami, contoh listrik alami, Pengertian dan contoh Listrik Statis Buatan

                    Listrik Dinamis: Hambatan Jenis, Hukum Ohm, Hukum I + II Kirchhoff, Rangkaian Listrik, Energi Daya Listrik,

                    Kemampuan material dalam menghantarkan arus listrik sangat tergantung pada besar kecilnya hambatan yang dimiliki material tersebut.

                    Bahan material yang memiliki hambatan (resistansi R) besar akan sulit untuk dapat mengalirkan arus listrik. Sebaliknya, bahan material yang hambatannya kecil akan lebih mudah mengalirkan arus listrik.

                    Konduktor, Semikonduktor, Super Konduktor, Isolator

                    Berdasarkan pada kemampuan menghantarkan arus listrik, bahan atau material dapat dibedakan menjadi konduktor, semi konduktor, super konduktor, dan isolator

                    Bahan Konduktor

                    Bahan konduktor adalah bahan yang dapat mengalirkan arus listrik. Pada bahan konduktor elektron- elektron di setiap atomnya terikat sangat lemah, sehingga electron tersebut mudah lepas dari ikatan atomnya. Hal ini akan menyebabkan electron mudah bergerak atau berpindah.

                    Contoh Bahan Konduktor

                    Bahan konduktor adalah bahan yang memiliki hambatan kecil. Contoh Bahan yang termasuk kelompok konduktor di antaranya adalah besi, baja, dan tembaga.

                    Bahan Isolator

                    Bahan isolator memiliki sifat yang berlawanan dengan bahan konduktor. Bahan yang termasuk isolator sangat sulit, bahkan tidak bisa mengalirkan arus listrik.

                    Pada bahan isolator, electron -elektron di setiap atomnya terikat kuat oleh inti atom. Hal ini akan menyebabkan elektron sangat sulit untuk bergerak dan berpindah. Ini artinya, bahan isolator mempunyai hambatan yang sangat besar.

                    Namun, pada keadaan tertentu bahan isolator dapat dirubah menjadi bahan konduktor. Keadaan  tersebut adalah ketika bahan isolator diberi tegangan yang sangat tinggi.

                    Tegangan tinggi mampu melepaskan elektron dari ikatan denagn inti atomnya. Hal ini akan menyebabkan elektron menjadi mudah bergerak dan berpindah.

                    Contoh Bahan Isolator

                    Contoh Bahan yang tergolong isolator diantaranya adalah kayu, kaca dan plastik.

                    Bahan Semi Konduktor

                    Bahan semi konduktor adalah bahan- bahan yang kadang bersifat isolator dan kadang bersifat konduktor. Jadi Bahan ini memiliki sifat konduktor dan isolator.

                    Contoh Bahan Semi Konduktor

                    Contoh bahan yang termasuk semi konduktor  diantaranya adalah karbon, silikon, dan germanium.

                    Bahan Super Konduktor

                    Bahan super konduktor adalah bahan yang dapat mengalirkan arus listrik sangat kuat. Orang pertama kali yang menemukan bahan super konduktor adalah Ilmuwan yang berasal dari Belanda yang bernama Kamerlingh Onnes pada 1991.

                    Contoh Bahan Super Konduktor

                    Contoh Bahan yang termasuk dalam kelompok super konduktor adalah raksa dan timah.

                    Hambatan Listrik (Resistor) Bahan Pengantar Konduktor.

                    Hambatan listrik yang dimiliki oleh Suatu kawat penghantar atau bahan konduktor sering disebut sebagai resistensi atau hambatan. Hambatan listrik ini dinotasikan dengan huruf kapital R.

                    Nilai Hambatan listrik dari suatu bahan kawat penghantar berbanding lurus dengan panjang kawat, berbanding terbalik dengan luas penampang kawat penghantar tersebut dan bergantung juga kepada jenis bahan tersebut.

                    Rumus Hambatan Jenis

                    Secara matematis Resistensi sebuah kawat konduktor dapat diformulasikan dengan menggunakan rumus persamaan berikut:

                    R = ρ (l/A)

                    Dengan keteranagan:

                    R = hambatan listrik konduktor (Ω ),

                    ρ = hambatan jenis konduktor (m),

                    l = panjang konduktor (m), dan

                    A = luas penampang konduktor (m2).

                    Faktor Yang Mempengaruhi Hambatan Jenis,

                    Dari persamaan resistansi tersebut diketahui bahwa semakin panjang kawat konduktornya, semakin besar hambatan listriknya. Di sisi lain, semakin besar luas penampangnya atau semakin besar jari- jari penampangnya, maka hambatan listrik konduktor akan semakin kecil.

                    Hambatan listrik konduktor bergantung pada hambatan jenis konduktor. Semakin besar hambatan jenis konduktor, semakin besar hambatannya.

                    Konduktor yang paling baik adalah konduktor yang memiliki hambatan jenis kecil. Sebaliknya, bahan yang memiliki hambatan jenis sangat besar merupakan bahan isolator yang baik.,

                    Hambatan jenis konduktor bergantung pada temperaturnya. Semakin tinggi temperaturnya, semakin tinggi hambatan jenis konduktor dan semakin tinggi pula hambatan konduktor tersebut.

                    Pengaruh Temperatur Pada Hambatan Jenis

                    Pengaruh Temperatur terhadap hambatan jenis konduktor dapat diformulasikan dengan menggunakan rumus persamaan berikut.

                    ρ=ρ0(1+αΔT)

                    Dengan keterangan:

                    ρ = hambatan jenis konduktor akhir pada Temperatur ToC,

                    ρ0= hambatan jenis konduktor awal pada Temperatur T0oC,

                    α = koefisien Temperatur hambatan jenis (/oC), dan

                    ΔT = T – T0 = selisih temperature, Akibat pertambahan temperature (oC).

                    Karena hambatan konduktor R sebanding dengan hambatan jenis ρ, makan hambatan konduktor R dapat dinyatakan dengan formulasi persamaan berikut:

                    R=R0 (1+αΔT)

                    R = hambatan konduktor akhir pada Temperatur ToC,

                    R0 = hambatan konduktor awal pada Temperatur T0oC,

                    Contoh Soal Hambatan Jenis Bahan Konduktor

                    Sebuah kawat yang panjangnya 2 m dan luas penampangnya 5 cm2 memiliki hambatan 100Ω. Jika kawat tersebut memiliki panjang 4 m dan luas penampang 1,25 cm2, berapakah hambatannya?

                    Jawab

                    Diketahui

                    l1=2m,  A1=5cm2, R1=100ohm,

                    l2=4m,  A2=1,25cm2,

                    Menghitung Hambatan Kawat,

                    Soal ini lebih mudah diselesaikan dengan menggunakan metoda perbandingan.

                    Dari Persamaan

                    R = ρ(l/A) diperoleh

                    R2/R1=(l2 x A2)/(l1 x A1)

                    R2=(4m x 1,25cm2)/(2m x 5cm2) x 100 ohm

                    R2 = 50 ohm

                    Jadi, hambatan konduktor  adalah 50 ohm

                    Hukum Ohm

                    Hukum Ohm menyatakan bahwa “Besarnya beda potensial listrik ujung- ujung penghantar yang berhambatan tetap sebanding dengan kuat arus listrik yang mengalir melalui penghantar tersebut selama temperatur penghantar tersebut tetap”.

                    Kalau dinyatakan dalam persamaan atau rumus seperti berikut

                    Beda potensial  ≈  kuat arus listrik

                    V ≈ I atau

                    (Beda potensial /kuat arus listrik ) = konstan

                    V/I = konstan

                    Rumus Hukum Ohm

                    Menurut George Simon Ohm hasil perbandingan antara beda potensial atau tegangan listrik dengan arus listrik disebut hambatan listrik. Secara matematis dapat dinyatakan dengan persamaan rumus berikut.

                    R = V/I

                    Dengan Keterangan:

                    V = beda potensial (V, volt)

                    I = kuat arus (A, ampere)

                    R = hambatan kawat penghantar (Ω, Ohm)

                    Contoh Soal Rumus Persamaan Hukum Ohm

                    Pada saat ujung- ujung sebuah penghantar yang berhambatan 50 ohm diberi beda potensial. Kuat  arus listrik yang mengalir pada penghantar adalah 50 mA. Hitung Berapakah beda potensial ujung- ujung penghantar tersebut?

                    Penyelasaian:

                    Diket:

                    R = 50 ohm

                    I = 50 mA = 0,05 A

                    Ditanya:

                    V = …?

                    Rumus Menghitung Beda Potensial Ujung Ujung Penghantar Hambatan

                    V = I x R

                    V = 0,05 A x 50 ohm

                    V = 2,5 volt

                    Contoh Soal Perhitungan Rumus Hukum Ohm

                    Sebuah pemanas listrik memiliki beda potensial 25 V dan kuat arus listrik 5 A. Berapakah hambatan pemanas tersebut…

                    Diketahui:

                    V = 25V, I = 5A

                    Ditanya:

                    R = … ?

                    Menghitnung Hambatan Pemanas Listrik:

                    Hambatan pemanas dapat dirumuskan dengan persamaan berikut…

                    R =V/I

                    R =25/5

                    R = 5 ohm

                    Hukum Kirchhoff Rangkaian Hambatan Listrik

                    Hukum I Kirchsoff menyatakan bahwa “jumlah arus yang masuk pada suatu titik cabang sama dengan jumlah arus yang keluar dari titik cabang tersebut”. Hukum I Kirchhoff dapat dinyatakan dengan menggunakan rumus persamaan berikut:

                    Kuat Arus listrik masuk = Kuat Arus listrik keluar

                    ∑ I masuk = ∑ I keluar

                    Contoh Soal Perhitungan Rumus Hukum I Kirchhoff 

                    Jika rangkaian arus listrik seperti pada gambar dengan I1 = 20 Amper,  I2 = 30 Amper dan   I3 = 40 Amper. Hitung kuat arus di posisi  I4

                    Diketahui:

                    I1 = 20 A,  I2 = 30 A

                    I3 = 40 A

                    Ditanyakan, I4 = …

                    Menghitung Kuat Arus Hukum I Kirchhoff

                    Besar  kuat arus dihitung dengan dengan hukum I Kirchhoff seperti berikut…

                    ∑ I masuk = ∑ I keluar

                    ∑ I1 + I2 = ∑ I3 + I4

                     20 + 30 =  40 + I4

                    I4= 10 Amper

                    Hukum II Kirchhoff

                    Hukum II Kirchhoff atau hukum loop menyatakan bahwa jumlah perubahan potensial yang mengelilingi lintasan tertutup pada suatu rangkaian harus sama dengan nol. Hukum ini di dasarkan pada hukum kekekalan energi.

                    Rumus Hukum II Kirchhoff

                    Secara matematis hukum II Kirchhoff dapat dinyatakan sebagai berikut.

                    E = ∑ ( I × R)

                    Keterangan:

                    E = ggl sumber arus (volt)

                    I = kuat arus (A)

                    R = hambatan (Ohm )

                    Rangkaian Hambatan Listrik

                    Rangkaian hambatan listrik bisa dirancang dengan merangkai atau menyusun secara seri, parallel atau kombinasi dari seri- parallel. Hambatan yang dimaksud di sini bukan hanya resistor, melainkan semua peralatan yang menggunakan listrik, seperti lampu, radio, televisi, dan setrika listrik.

                    Rangkaian Hambatan Listrik Seri

                    Rangkaian hambatan seri adalah rangkaian yang disusun secara berurutan atau berderet (satu garis). Jika rangkaian hambatan seri dihubungkan dengan suatu sumber tegangan, maka besar kuat arus di setiap titik dalam rangkaian tersebut adalah sama.

                    Contoh Soal Rangkaian Hambatan Resistor Seri
                    Contoh Soal Rangkaian Hambatan Resistor Seri

                    Jadi, semua hambatan yang terpasang pada rangkaian tersebut memiliki arus listrik yang besarnya sama. Besar hambatan pada rangkaian seri adalah penjumlahan semua hambatannya. Jadi rangkaian hambatan seri dapat digantikan oleh satu hambatan saja.

                    Hambatan – hambatan yang dirangkai seri akan memberikan hambatan total (pengganti) yang lebih besar dari nilai setiap hambatannya.

                    Rumus Hambatan Pengganti Rangkaian Seri

                    Besarnya hambatan pengganti yang dirangkai seri dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut.

                    Rs = R1 + R2 + R3 + … + Rn (n = banyaknya hambatan)

                    Contoh Soal Rangkaian Hambatan Resistor Seri

                    Tiga  buah hambatan resistor yang masing- masing nilainya 2, 4, dan 8 disusun seri. Tentukan hambatan penggantinya!

                    Diketahui :

                    R1 = 2ohm

                    R2 = 4 ohm

                    R3 = 8ohm

                    Ditanyakan:

                    Rs = … ?

                    Cara Menghitung Hambatan Pengganti Rangkaian Seri:

                    Rs = R1 + R2 + R3

                    Rs = 2 + 4 + 8

                    Rs = 14 ohm

                    Jadi, hambatan penggantinya adalah 14 ohm, Nilai hambatan pengganti Rs lebih besar dari R1, R2 dan R3.

                    Rangkaian Hambatan Listrik Paralel

                    Hambatan paralel adalah rangkaian yang disusun secara berdampingan atau berjajar. Jika hambatan yang dirangkai paralel dihubungkan dengan suatu sumber tegangan, maka tegangan pada ujung- ujung tiap hambatan adalah sama.

                    Sesuai dengan Hukum I Kirchoff, jumlah kuat arus yang mengalir pada masing- masing hambatan adalah sama dengan kuat arus yang mengalir pada penghantar utama.

                    Rangkaian Hambatan Listrik Paralel
                    Rangkaian Hambatan Listrik Paralel

                    Hambatan – hambatan yang dirangkai paralel akan memberikan hambatan total (pengganti) yang lebih kecil dari nilai setiap hambatannya.

                    Rumus Hambatan Pengganti Rangkaian Paralel

                    Besarnya hambatan pengganti yang dirangkai paralel dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut.

                    1/Rp = 1/R1 + 1/R2 + 1/R3 + … + 1/Rn (n = banyaknya hambatan)

                    Contoh Soal Rangkaian Hambatan Resistor Paralel

                    Tiga  buah hambatan resistor yang masing- masing nilainya 2, 4, dan 8 disusun seri. Tentukan hambatan penggantinya!

                    Diketahui :

                    R1 = 2ohm

                    R2 = 4 ohm

                    R3 = 8ohm

                    Ditanyakan:

                    Rp = … ?

                    Cara Menghitung Hambatan Pengganti Paralel

                    Hambatan pengganti rangkaian paralel dapat dinyatakan dengan menggunakan rumus berikut…

                    1/Rp = 1/R1 + 1/R2 + 1/R3

                    1/Rp = 1/2 +1/ 4 + 1/8

                    1/Rp = (4 +2+1)/8

                    1/Rp = 7/8ohm atau

                    Rp=8/7 ohm

                    Jadi, hambatan penggantinya adalah 8/7 ohm atau 1,14 ohm. Nilai Hambatan pengganti Rp lebih kecil dari R1, R2 dan R3.

                    Energi Listrik

                    Energi listrik adalah energi yang diperlukan untuk memindahkan muatan dari titik yang berpotensial tinggi ke titik yang berpotensial rendah. Besar energi untuk memindahkan muatan tersebut sama dengan perkalian antara muatan dengan beda potensial antara ke dua titik.

                    Rumus Energi Listrik

                    Secara matematis Energi listrik dapat dinyatakan dengan menggunakan rumus berikut.

                    W = q V.

                    Besarnya q memenuhi rumus berikut

                    q = I t.

                    Sehingga Energi listrik W dapat dihitung dengan rumus berikut

                    W = V I t

                    Dan jika disubstitusi dengan Hukum Ohm

                    V=IR

                    maka energi listrik adalah

                    W = I2 R t

                    W = (V2/R) x t

                    Dengan  keterangan:

                    W = energi listrik yang diserap hambatan (joule)

                    V = beda potensial ujung-ujung hambatan (volt)

                    I = kuat arus yang mengalir pada hambatan (A)

                    t = waktu aliran (detik, s)

                    Daya Listrik

                    Daya listrik merupakan besarnya energi yang mengalir atau diserap alat tiap detik. Definisi lain, daya listrik didefinisikan sebagai laju aliran energi. Daya listrik menunjukkan Besarnya energi setiap satuan waktu.

                    Rumus Daya Listrik

                    Secara matematis daya listrik dapat di tulis sebagai berikut.

                    P =W/t

                    P = V x I

                    P = V2/R

                    Keterangan:

                    P = daya listrik (W)

                    W = energi listrik (J)

                    V = tegangan listrik (V)

                    I = kuat arus listrik (A)

                    R= hambatan listrik ( Ohm )

                    Contoh Soal Energi dan Daya Listrik

                    Sebuah lampu yang berhambatan dalam sebesar10 Ohm dihubungkan denga baterai yang bertegangan 5 volt seperti ditunjukkan pada Gambar

                    Rangkaian Listrik Sederhana
                    Rangkaian Listrik Sederhana

                    Tentukan:

                    1. daya yang diserap hambatan,
                    2. energi yang diserap hambatan selama setengah menit!

                    Penyelesaian

                    Diketahui

                    R = 10 Ω

                    V = 5 volt

                    t = 0,5 menit = 30 detik

                    Menghitung Daya Yang Diserap Oleh Hambatan Dalam Lampu,

                    Daya yang diserap memenuhi rumus berikut

                    P=V2/R

                    P=(52)/10=5watt

                    Energi yang diserap hambatan R adalah memenuhi rumus berikut

                    W = P x t

                    W = 5 watt x 30 detik

                    W = 150 Joule

                      Daftar Pustaka:

                      1. Ganijanti Aby Sarojo, 2002, “Seri Fisika Dasar Mekanika”, Salemba Teknika,  Jakarta.
                      2. Giancoli, Douglas, 2001, “Fisika Jilid 1, Penerbit Erlangga, Jakarta.
                      3. Sears, F.W – Zemarnsky, MW , 1963, “Fisika untuk Universitas”, Penerbit Bina Cipta, Bandung,
                      4. Ardra.Biz, 2019, “Pengertian Gelombang, Jenis Gelombang, Sifat-sifat Gelombang, Contoh Gelombang, Manfaat fungsi gelombang,
                      5. Giancoli, Douglas C. 2000. Physics for Scientists & Engineers with Modern Physics, Third Edition. New Jersey, Prentice Hall.
                      6. Halliday, David, Robert Resnick, Jearl Walker. 2001. Fundamentals of Physics, Sixth Edition. New York, John Wiley & Sons.
                      7. Tipler, Paul, 1998, “Fisika untuk Sains dan Teknik”, Jilid 1,Pernerbit Erlangga, alih bahasa: Prasetyo dan Rahmad W. Adi, Jakarta.
                      8. Tipler, Paul, 2001, “Fisika untuk Sains dan Teknik”, Jilid 2, Penerbit Erlangga, alih bahasa: Bambang Soegijono, Jakarta.
                      9. Ardra.Biz, 2019, “Resistansi Eloktrodinamis, Rangkaian Hambatan Listrik Dinamik, Hambatan Resistansi Bahan Konduktor, Jenis bahan konduktor, pengertian dan contoh konduktor, pengertian dan contoh semi konduktor, pengertian dan contoh super konduktor, pengertan dan contoh isolator,
                      10. Ardra.Biz, 2019, “ikatan electron bahan semi super konduktor, Rumus Hambatan Listrik Konduktor, satuan hambatan listrik konduktor, satuan hambatan jenis, pengaruh hambatan jenis, pengertian hambatan jenis, pengaruh temperature pada hambatan jenis,
                      11. Ardra.Bzi, 2019, “koefisien Temperatur hambatan jenis, Contoh Soal Hambatan Jenis Bahan Konduktor, Rumus Hukum Ohm, bunyi penyataaan hukum ohm, Pengertian Beda potensial, satuan beda potensial, Contoh Soal Rumus Persamaan Hukum Ohm , Contoh Soal Perhitungan Rumus Hukum Ohm,
                      12. Ardra.Biz, 2019, “Bunyi pernyataan Hukum Kirchhoff, Rumus Hukum I Kirchsoff, Contoh Soal Perhitungan Rumus Hukum I Kirchhoff,   Hukum II Kirchhoff, Rumus matematis hukum II Kirchhoff, Rangkaian Hambatan Listrik, Rangkaian Hambatan Listrik Seri, Rumus Rangkaian hambatan seri,
                      13. Ardra.Biz, 2019, “Contoh dan rumus Rangkaian Hambatan Listrik Paralel, Contoh Soal Rangkaian Hambatan Resistor Paralel, Pengertian dan rumus Energi Listrik, cara menghitung rangkai hambatan seri parallel,  satuan Energi listrik, satua muatan listrik,  Pengertian dan Rumus Daya Listrik, satuan daya listrik, Contoh Soal Energi dan Daya Listrik
                      error: Content is protected !!