Rasio Likuiditas Bank: Quick Ratio – Banking Ratio – Loan to Deposit Ratio – Cash Ratio – Loan to Asset Ratio Deposit Risk Ratio – Investing Policy Ratio

Pengertian Likuiditas: Likuiditas merupakan kesanggupan suatu bank dalam menyediakan dana untuk kebutuhan atau kewajiban saat ini atau kewajiban jangka pendek (short-term debt) yang bersifat lancar atau yang segera harus dibayar, baik kewajiban kepada pihak luat maupun kewajiban di dalam bank itu sendiri.

Kewajiban jangka pendek atau biasa disebut juga dengan utang lancar adalah utang yang akan dilunasi dalam waktu tiga bulan sampai satu tahun.

Menurut Bank Indonesia, penilaian aspek likuiditas mencerminkan kemampuan bank untuk mengelola tingkat likuiditas yang memadai guna memenuhi kewajibannya secara tepat waktu dan untuk memenuhi kebutuhan yang lain.

Pengertian Ratio Likuiditas Bank

Rasio likuiditas bank adalah rasio yang menunjukkan kemampuan suatu bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat ditagih nasabahnya.

Bank dianggap memiliki likuiditas yang baik ketika dapat membayar kembali pecairan dana deposannya pada saat ditagih dan mencukupi permintaan kredit yang telah diajukan dan disetujuinya.

1). Quick Ratio QR – Bank

Quick rasio adalah rasio adalah rasio yang menunjukkan ukuran kemampuan bank dalam memenuhi kewajibannya terhadap nasabahnya yang memiliki simpanan giro, tabungan dan deposito dengan harta atau aktiva yang paling likuid yang dimiliki suatu bank.

Jadi, quick ratio mengukur kemampuan bank membayar kembali kewajibannya dengan harta lancar (cash asset) ketika nasabahnya menarik dananya dari giro, tabungan dan deposito. Jadi, sumber likuiditasnya adalah dana dari harta lancar atau cash asset.

Rumus Menghitung Quick Ratio

Quick rasio suatu bank dapat dinyatakan dengan menggunakan persamaan berikut:

Quick Ratio = (Cash Assets)/(Total Deposit) x 100%

Quick ratio QR sebenarnya merupakan perbandingan antara dana yang paling likuid yaitu cash asset terhadap total dana yang didepositkan nasabahnya. Jadi, kemampuan bank untuk membayar Kembali dana nasabahnya akan semakin besar ketika bank memiliki nilai QR yang semakin besar.

Semakin besar nilai QR artinya likuiditas bank semakin tinggi. Nilai QR akan semakin tinggi jika cash asset semakin besar atau total deposit semakin rendah.

Rasio ini mencerminkan seberapa besar bank memberi jaminan terhadap dana yang telah diterimanya dengan dana dari cash asset yang dimilikinya. Quick Ratio yang ditetapkan oleh Bank Indonesia antara 15- 21%.

Contoh Soal Perhitungan Quick Ratio Di Akhir Artikel

2). Loan To Deposit Ratio – LDR Bank

Loan to deposit ratio adalah rasio yang menunjukkan jumlah dana yang disalurkan melalui kredit dibandingkan dengan jumlah dana dari masyarakat dan modal sendiri.

Rumus Menentukan Loan To Deposit Ratio – LDR Bank

Besarnya Loan to deposit ratio suatu bank dapat dinyatakan dengan persamaan berikut:

Loan to Deposit Ratio = (Total Loans)/(Total Deposit + Equity) x 100 %

Dari rumusnya dapat diketahui, bahwa LDR merupakan perbandingan nilai total loan terhadap total deposit ditambah equity. Jadi, nilai LDR bank akan semakin tinggi ketika bank mampu menyalurkan dananya semakin besar.

Namun demikian, semakin tinggi nilai LDR menyebabkan likuiditas bank semakin rendah. Sehingga kemampuan bank untuk mengembalikan dana kepada nasabahnya akan semakin rendah.

Nilai LDR akan semakin besar jika total loan semakin besar atau deposit ditambah equity semakin kecil.

Standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia untuk rasio LDR  ini adalah maksimum 110%. Jika suatu bank mendapatkan nilai loan to deposit ratio diangka 70%, hal ini menunjukkan bahwa bank tersebut hanya mampu menyalurkan 70% dari total dana yang dihimpun dari nasabahnya (atau masyarakat). Sedangkan 30% lainnya tidak dapat atau belum tersalurkan.

Contoh Soal Perhitungan Loan to Deposit Ratio Di Akhir Artikel

3). Banking Ratio – BR – Bank

Banking ratio adalah rasio yang menunjukkan tingkat likuiditas bank dengan membandingkan jumlah kredit yang disalurkan terhadap deposit milik bank yang diterima dari masyarakat.

Semakin tinggi nilai banking ratio, maka tingkat likuiditas bank semaking rendah. Artinya jumlah dana yang sudah dikeluarkan melalui fasilitas kredit sudah tinggi, sehingga jumlah dana yang dapat digunakan untuk membiayai kredit berikutnya menjadi semakin kecil.

Rumus Menghitung Banking Ratio – BR – Bank

Besarnya nilai Banking ratio suatu bank dapat dirumuskan dengan persamaan berikut

Banking Ratio = (Total Loan)/(Total Deposit) x 100%

Standar penilaian banking ratio untuk bank yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar 85-100%.

Dengan menggunakan banking ratio, dapat diketahui perbandingan seluruh kredit yang disalurkan bank dengan total dana yang diterima oleh bank.

Banking ratio menyatakan seberapa besar bank mampu untuk membayar kembali dana dari deposan dengan menarik kembali kredit kredit yang telah disalurkannya. Dalam hal ini, sebagai sumber likuiditasnya adalah seluruh kredit yang pernah disalurkan oleh bank.

Contoh Soal Perhitungan Banking Ratio Di Akhir Artikel

4). Loan To Asset Ratio – LAR – Bank

Loan to asset rasio bank adalah rasio yang menunjukkan besarnya jumlah kredit yang disalurkan ke masyarakat dari jumlah asset (harta) yang dimiliki bank. Semakin tinggi loan to asset rasio suatu bank, maka semakin rendah likuiditas bank tersebut.

Rumus Loan to Asset Ratio Bank

Besarnya loan to asset rasio dapat dinyatakan dengan menggunakan rumus berikut:

Loan To Asset Ratio = (Total Loan)/(Total Asset) x 100%

Sebenarnya rasio ini merupakan perbandingan antara besarnya  kredit yang disalurkan bank kepada masyarakat dibandingkan dengan besarnya total aset atau total aktiva yang dimiliki bank.

Semakin besar kredit yang disalurkan, maka semakin tinggi kredit yang dijamin oleh seluruh aset yang dimiliki bank.

Contoh Soal Perhitungan Loan to Asset  Ratio Di Akhir Artikel

5). Cash Ratio  CR– Rasio Kas Bank

Cash ratio adalah ratio yang menunjukkan kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban yang harus segera dibayarkan dengan asset atau harta likuid yang dimiliki oleh bank.

Cash ratio mengukur kemampuan bank untuk membayar kembali seluruh kewajibannya yang sudah jatuh tempo dengan menggunakan dana dari harta lancar yang dimilikinya. Jadi, sumber llikuiditasnya adalah harta lancar atau cash asset.

Rumus Cash Ratio – Bank

Besarnya cash ratio suatu bank dapat dirumuskan dengan menggunakan persamaan berikut

Cash Ratio = (Liquid Asset)/(Short Term Borrowing) x 100%

Dari rumusnya dapat diketahui bahwa Cash ratio CR merupakan perbandingan Cash Asset atau liquid asset terhadap short term borrowing. Jadi, kemampuan bayar Kembali terhadap nasabahnya akan semakin besar ketika bank memiliki nilai CR yang semakin besar.

Semakin besar nilai CR artinya likuiditas bank semakin tinggi. Nilai CR akan semakin tinggi jika cash asset yang dilmiliki bank semakin besar atau short term borrowing semakin kecil.

Standar penilaian Cash Ratio bank menurut Bank Indonesia adalah 5%. Semakin tinggi Cash Ratio Suatu Bank berarti semakin baik posisi aktiva lancar untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang harus segera dipenuhi.

Contoh Soal Perhitungan Cash Ratio Di Akhir Artikel

6). Deposit Risk Ratio DRR- Bank

Deposit risk ratio adalah ratio yang menunjukkan ukuran risiko kegagalan bank membayar Kembali dana yang diterima dari pada nasabahnya.

Deposit risk ratio menyatakan besarnya kemampuan dana equity capital bank jika digunakan untuk membayar kembali seluruh dana nasabah yang tersimpan dalam rekening giro, tabungan dan deposito.

Rumus Menghitung Deposit Risk Ratio DRR – Bank

Nilai deposit risk ratio DRR suatu bank dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut:

Deposit Risk Ratio = (Equity Capital)/(Total Deposit) x 100%

Dari rumusnya dapat diketahui bahwa DRR merupakan perbandingan nilai equity terhadap total deposit. Jadi, risiko gagal bayar terhadap para nasabahnya akan semakin besar ketika bank memiliki nilai DRR yang semakin kecil.

Semakin kecil nilai DRR artinya likuiditas bank semakin rendah. Nilai DRR akan semakin kecil jika total deposit semakin besar atau equity semakin kecil.

Contoh Soal Perhitungan Deposit Risk Ratio Di Akhir Artikel

7). Investing Policy Ratio IPR – Bank

Investing policy ratio adalah rasio yang menunjukkan kemampuan bank dalam memenuhi kewajibannya terhadap nasabah dengan cara melikuidasi surat surat berharga yang dimilikinya

Dengan kata lain, Investing policy ratio menyatakan kemampuan surat – surat berharga jika digunakan bank untuk membayar kembali kewajiban ketika nasabah menarik dananya dari giro, tabungan dan deposito. Dalam hal ini, yang menjadi sumber likuiditasnya adalah dana dari penjualan surat surat berharga.

Rumus Mengitung Investing Policy Ratio IPR – Bank

Besar investing polity ratio suatu bank dapat dinyatakan dengan menggunakan rumus persamaan berikut:

Investing Policy Ratio = (Securities)/(Total Deposit) x 100%

Dari rumusnya dapat diketahui bahwa investing polity ratio IPR merupakan perbandingan nilai securities (nilai surat berharga) terhadap total deposit. Jadi, kemampuan bank untuk bayar kembali terhadap nasabahnya akan semakin besar ketika bank memiliki nilai IPR yang semakin besar.

Semakin besar nilai IPR artinya likuiditas bank semakin tinggi. Nilai IPR akan semakin tinggi jika nilai surat berharga yang dimiliki bank semakin besar atau total deposit semakin kecil.

Contoh Soal Perhitungan Rasio Likuiditas Bank

Data data keuangan yang dipergunakan dalam perhitungan rasio likuiditas suatu bank adalah laporan keuangan neraca. Berikut contoh laporan neraca bank yang sudah disederhanakan untuk Latihan perhitungan rasio likuiditas suatu bank.

Contoh Soal Perhitungan Rasio Likuiditas Bank
Contoh Soal Perhitungan Rasio Likuiditas Bank

1). Contoh Soal Perhitungan Quick Ratio QR – Bank

Dengan menggunakan beberapa data dalam contoh laporan keuangan neraca suatu bank di atas tentukanlah quick ratio bank tersebut

Menentukan Data Quick Ratio

Data data keuangan bank yang dipergunakan dalam perhitungan quick ratio adalah data yang termasuk komponen cash asset yaitu kas, giro yang disimpan di Bank Indonesia (BI), giro yang disimpan di bank lain serta dana likuid dalam satuan valuta asing.

Sedangkan data keuangan yang termasuk dalam komponen deposit adalah dana masyarakat yang dideposit dalam bentuk giro, tabungan dan deposito berjangka.

Data data keuangan dari contoh laporan neraca bank yang dibutuhkan untuk perhitungan quick ratio ditunjukkan dalam table seperti berikut:

Contoh Soal Perhitungan Quick Ratio QR - Bank
Contoh Soal Perhitungan Quick Ratio QR – Bank

Rumus Menghitung Quick Ratio – Bank

Besarnya quick ratio suatu bank dapat dihitung dengan menggunakan rumus seperti ini

Quick Ratio = (Cash Assets)/(Total Deposit) x 100%

Cash Assets = 1612

Total Deposit =2652,5

Quick Ratio = (1612)/(2652,5) x 100%

Quick Ratio = 60,77 %

Nilai quick ratio 60,77 persen menunjukkan bahwa dalam jangka pendek, dana paling likuid yang dimiliki bank hanya mampu untuk membayar kembali dana nasabah sebesar 60,77 persen dari seluruh deposit nasabahnya.

Dengan nilai quick ratio 60,77 persen, maka bank mampu menjamin setiap satu rupiah dari deposit milik nasabah dengan 0,6077 rupiah dari dana cash assets yang dimilikinya.

2). Contoh Perhitungan Loan To Deposit Ratio Bank

Dengan menggunakan beberapa data keuangan dalam contoh laporan neraca di atas, hitunglah besarnya Loan to deposit ratio bank tersebut.

Menentukan Data Loan to Deposit Ratio Bank

Data keuangan bank yang harus diketahui agar dapat menghitung loan to deposit ratio adalah data yang termasuk komponen loan yaitu pinjaman yang disalurkan ke masyarakat (rupiah) dan pinjaman yang disalurkan dalam valuta asing.

Sedangkan data keuangan yang termasuk komponen equity capital adalah modal yang disetor, dana seteron modal, cadangan umum, cadangan lainnya, sisa laba tahun lalu dan laba tahun berjalan.

Data data keuangan dari contoh laporan neraca bank yang akan diperguanakan dalam perhitungan loan to deposit ratio ditunjukkan dalam table berikut

Contoh Perhitungan Loan To Deposit Ratio LDR - Bank
Contoh Perhitungan Loan To Deposit Ratio LDR – Bank

Perhitungan Loan To Deposit Ratio Bank

Besarnya loan to deposit ratio suatu bak dapat dinyatakan dengan menggunakan persamaan berikut:

Loan to Deposit Ratio = (Total Loans)/(Total Deposit + Equity) x 100 %

Total Loans =3580

Total Deposit =2654,5

Equity = 536,5

Loan to Deposit Ratio = (3580)/(2654,5+ 536,5) x100%

LDR = (3580)/(3189) x 100%

LDR = 112%

Nilai loan to deposit ratio adalah 112%. Angka 112 persen merepresentasikan, bahwa kredit yang diberikan kepada nasabah adalah 1,12 kalinya dari total dana masyarakat dan modal sendiri. Artinya dana yang disalurkan kepada nasabah lebih besar dari total dana yang diterima dari nasabah dan modal sendiri.

3). Contoh Soal Perhitungan Banking Ratio BR – Bank

Dengan menggunakan data dari contoh laporan keuangan bank di atas, Tentukan nilai banking ratio Bank tersebut.

Cara Menentukan Data Keuangan Banking Ratio Bank

Data yang diperlukan untuk dapat menghitung banking ratio suatu bank adalah data keuangan yang termasuk dalam komponen loan yang terdiri dari pinjaman yang diberikan ke masyarakat dalam satuan rupiah dan pinjaman yang diberikan dalam satuan valuta asing.

Sedangkan data keuangan yang termasuk dalam komponen deposito adalah dana yang diterima dari masyarakat yang disimpan dalam giro, tabungan dan deposito berjangka.

Data data keuangan dalam contoh laporan neraca bank yang akan digunakan untuk menghitung banking ratio disajikan dalam table berikut:

Contoh Soal Perhitungan Banking Ratio BR - Bank
Contoh Soal Perhitungan Banking Ratio BR – Bank

Cara Menghitung Banking Ratio BR – Bank

Banking ratio suatu bank dapat dihitung dengan rumus berikut:

Banking Ratio = (Total Loan)/(Total Deposit) x 100%

Total Loan = 3580

Total Deposit = 2652,5

Banking Ratio = (3580)/( 2652,5) x 100%

Banking Ratio = 135 %

Nilai banking ratio BR 135 persen menunjukkan jumlah dana yang telah disalurkan ke masyarakat adalah 1,35 kali dari jumlah dana deposit yang diterima oleh bank. Artinya, dana yang disalurkan ke masyarakat 35 persen lebih besar dibandingkan dana yang diterima bank dari masyarakat. Dengan kata lain, dana yang diterima lebih kecil dari yang disalurkan.

Dengan banking ratio sebesar 1,35 berarti setiap satu rupiah yang dideposit oleh nasabah dijamin dengan 1,35 rupiah dari dana kredit yang disalurkannya.

4). Contoh Soal Perhitungan Loan To Asset Ratio – LAR – Bank

Dengen menggunakan data laporan neraca bank di atas, tentukanlah besarnya loan to asset ratio bank tersebut:

Menentukan Data Keuangan Loan To Asset Ratio – LAR

Untuk dapat menentukan loan to asset ratio diperlukan data yang termasuk komponen loan yaitu pinjaman yang disalurkan ke masyarakat dalam rupiah dan pinjaman disalurkan dalam valuta asing.

Sedangkan data keuangan yang termasuk komponen asset adalah semua komponen yang ada dalam aktiva pada neraca bank.

Data data keuangan dari laporan neraca yang diperlukan untuk perhitungan loan to asset ditunjukkan dalam table berikut:

 Contoh Soal Perhitungan Loan To Asset Ratio – LAR – Bank
Contoh Soal Perhitungan Loan To Asset Ratio – LAR – Bank

Menghitung Loan To Asset Ratio – LAR – Bank

Besar loan to asset bank dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut

Loan To Asset Ratio = (Total Loan)/(Total Asset) x 100%

Total Loan = 3580

Total Asset = 6680

Loan To Asset Ratio = (3580)/(6680) x 100%

Loan to Asset Ratio = 53,6 %

Nilai Loan to asset ratio LAR adalah 53,6 persen, hal ini menunjukkan bahwa besarnya dana bank yang telah disalurkan melalui kredit ke masyarakat adalah 53,6 persen dari total asset atau harta yang dimiliki oleh bank.

Dengan loan to asset ratio 53,6 persen, maka bank masih memiliki sisa asset sebesar 46,4 persen (100% – 53,6%).

5). Contoh Soal Perhitungan Cash Ratio CR – Bank

Dengan data data keuangan dari contoh laporan neraca bank di atas, tentukanlah cash ratio bank tersebut.

Menentukan Data Cash Ratio Bank

Data yang digunakan adalah data yang termasuk dalam komponen likuid asset yaitu kas, giro yang disimpan di Bank Indonesia, Giro yang disimpan di Bank lain dan aktiva berupa valuta asing yang likuid.

Sedangkan data keuangan yang termasuk dalam komponen shurt term borrowing adalah dana nasabah yang disimpan dalam rekening giro, kewajiban segera lainnya yang harus dibayar, kewajiban yang harus segera dibayar dalam valuta asing.

Data data keuangan yang bisa digunakan dalam perhitungan cash ratio ditunjukkan dalamm table berikut:

Contoh Soal Perhitungan Cash Ratio CR – Bank
Contoh Soal Perhitungan Cash Ratio CR – Bank

Menghitung Cash Ratio CR – Bank

Cash ratio suatu bank dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut

Cash Ratio = (Liquid Asset)/(Short Term Borrowing) x 100%

Liquid Asset = 1612

Shirt Term Borrowing = 3202,5

Cash Ratio = (1612)/(3202,5) x 100%

Cash Ratio = 50,33%

Nilai cash ratio CR bank adalah 50,33 persen, ini artinya jumlah harta yang paling likuid yang dimiliki bank hanya cukup untuk membayar 50,33 persen dari total kewajiban yang harus segera dibayarkan.

Nilai Cash ratio 50,33% menunjukkan bahwa bank mampu menjamin tiap satu rupiah pinjaman yang harus segera dibayar dengan  0,5533 rupiah dari dana cash assets yang dimilikinya.

6). Contoh Soal Perhitungan Deposit Risk Ratio DRR – Suatu Bank

Dengan menggunakan data data keuangan dari contoh laporan neraca bank di atas,  hitunglah nilai deposit risk ratio bank tersebut:

Menentukan Data Keuangan Deposit Risk Ratio DRR – Suatu Bank

Data keuangan yang diperlukan untuk mengitung deposit risk ratio adalah data yang termasuk dalam komponen equity capital yaitu Modal disetor, dana setoran modal, cadangan umum, cadangan lainnya, sisa laba tahun lalu, dan laba tahun berjalan.

Sedangkan data keuangan yang termasuk komponen deposit adalah dana masyarakat yang disimpan dalam rekening giro, tabungan dan deposito berjangka.

Kedua data keuangan yang diperlukan untuk perhitungan deposit risk ratio ditunjukkan dalam table berikut:

Contoh Soal Perhitungan Deposit Risk Ratio DRR - Suatu Bank
Contoh Soal Perhitungan Deposit Risk Ratio DRR – Suatu Bank

Menghitung Deposit Risk Ratio DRR – Bank

Deposit Risk Ratio DRR suatu bank dapat dinyatakan dengan menggunakan rumus berikut

Deposit Risk Ratio = (Equity Capital)/(Total Deposit) x 100%

Equity Capital = 536,5

Total Deposit = 2652,5

Deposit Risk Ratio = (536,5)/(2652,5) x 100%

Deposit Risk Ratio = 20,23 %

Nilai deposit risk ratio bank adalah 20,23 persen, hal ini menunjukkan bahwa dana equity capital yang dimiliki bank hanya cukup untuk membayar sebesar 20,23 persen dari total dana nasabah yang diterima bank.

Jadi, bank memiliki risiko gagal bayar sebesar 79,67 persen (100% – 20,33) terhadap total yang harus dibayarkan jika pembaryaran menggunakan dana equity capital yang dimilikinya.

Dengan nilai deposit risk ratio 20,23 persen, maka bank hanya mampu menjamin setiap satu rupiah dana yang didepositkan nasabah dengan 0,2023 rupiah dari dana equity capital yang dimilikinya.

7). Contoh Soal Perhitungan Investing Policy Ratio IPR Bank

Dengan menggunakan data data keuangan dari contoh laporan neraca bank di atas,  hitunglah nilai Investing Policy Ratio Bank tersebut:

Menentukan Data Keuangan Investing Policy Ratio IPR Suatu Bank

Data keuangan yang diperlukan untuk mengitung Investing Policy Ratio adalah data yang termasuk dalam komponen securities atau surat berharga yaitu surat berharga (efek- efek) dan deposito berjangka.

Sedangkan data keuangan yang termasuk komponen deposit adalah dana masyarakat yang disimpan dalam rekening giro, tabungan dan deposito berjangka.

Kedua data keuangan yang diperlukan untuk perhitungan Investing Policy Ratio ditunjukkan dalam table berikut:

Contoh Soal Perhitungan Investing Policy Ratio IPR Bank
Contoh Soal Perhitungan Investing Policy Ratio IPR Bank

Menghitung Investing Policy Ratio IPR – Bank

Investing Policy Ratio IPR suatu bank dapat dinyatakan dengan menggunakan rumus berikut

Investing Policy Ratio = (Securities)/(Total Deposit) x 100%

Securities = 460

Total Deposit = 2652,5

IPR = (460)/(2652,5) x 100%

IPR = 17,34 %

Nilai Investing Policy Ratio IPR bank adalah 17,34 persen, hal ini menunjukkan bahwa dana hasil penjualan surat berharga hanya cukup untuk membayar sebesar 17,34 persen dari total dana nasabah yang harus dibayar oleh bank.

Dengan nilai Investing Policy Ratio IPR 17,3423 persen, maka bank hanya mampu menjamin setiap satu rupiah dana yang didepositkan nasabah dengan 0,17,34 rupiah dari dana hasil penjualan surat berharganya.

Daftar Pustaka:

  1. Kasmir, 2012, “Dasar Dasar Perbankan”, Edisi Revisi, Rajawali Pers, Jakarta.
  2. Kasmir, 2012, “Manajemen Perbankan”, Edisi Revisi, RajaGrafindo Persada, Jakarta.
  3. Kasmir, 2015, “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”, Edisi Revisi 2014, Rajawali Pers, Jakarta.
  4. Ismail, 2018, “Manajemen Perbankan – Dari Teori Menuju Aplikasi”, Edisi Pertama, Prenadamedia Group, Jakarta.
  5. Suhardjono, M, K., 2012, “ Manajemen Perbankan – Teori Dan Aplikasi”, Edisi Kedua, BPFE – Yogyakarta.
  6. Djumhana, Muhamad, 2006, “Hukum Perbankan di Indonesia”, Cetakan Kelima, PT Citra Aditya Bakti,  Bandung.
  7. Mangani, Silvanita, Ktut, 2009, “Bank dan Lembaga Keuangan Lain”, Penerbit Erlangga, Jakarta.
  8. Mishkin, S., Frederic, 2008’ “Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Uang”, Edisi Kedelapan, Salemba Empat, Jakarta.
  9. Joesoef, Jose Rizal, 2008, “Pasar Uang dan Pasar Valuta Asing”, Salemba Empat, Jakarta.
  10. Djamil, Fathurrakman,  2012, “Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di Lembaga Keuangan Syariah”, Cetakan Pertama, Sinae Grafika, Jakarta.
  11. Fuady, Munir, 2004, “Hukum Perbankan Modern”, Buku Kedua, Citra Aditya Bakti, Bandung.
  12. Machmud, A. Rukmana, H., 2010, “Bank Syariah, Teori, Kebijakan, dan Studi Empiris di Indonesia”, Penerbit Erlangga, Jakarta
  13. Jenis Rasio Likuiditas Bank: Pengertian -Tujuan – Fungsi Quick Ratio – Banking Ratio – Loan to Deposit Ratio – Cash Ratio – Loan to Asset Ratio Deposit Risk Ratio – Investing Policy Ratio, Pengertian Cash Asset Pengertin Total Deposit Pengertian Securities Pengertian Short Term Borrowing Pengertian Equity Capital,

Perhitungan Eksposur Nilai Tukar Akuntansi Transaksi Operasi Pengertian Contoh Soal,

Pengertian Foreign Exchange Exposure. Eksposur Nilai Tukar (Foreign exchange exposure) dapat diartikan sebagai suatu risiko yang akan dihadapi oleh perusahaan yang timbul akibat dari fluktuasi kurs mata uang.

Risiko valuta asing memberikan pengaruh pada arus kas perusahaan dan pada akhirnya berpengaruh pada nilai perusahaan.

Jenis Eksposur Nilai Tukar

Pengaruh fluktuasi valuta asing terhadap perusahaan atau disebut foreign exchange exposure dapat dikelompokkan dalam 3 bentuk eksposur, yaitu transaction exposure, operating exposure, dan translation exposure.

Accounting Exposure, Eksposur Akuntansi

Accounting exposure biasa juga disebut dengan translation exposure yaitu eksposur yang terjadi karena adanya perubahan dalam laporan akuntansi yang disebabkan oleh perbeadaan nilai kurs.

Terjadinya eksposur translasi dikarenakan perusahaan multinasional melakukan perubahan laporan keuangan dari satu mata uang ke mata uang lainnya.

Artinya laporan keuangan yang beroperasi di negara local yang menggunakan mata uang local harus dikonversikan ke dalam mata uang negara dimana perusahaan induk berada.

Transaction Exposure, Eksposur Transaksi

Transaction exposure adalah mengukur perubahan nilai transaksi akibat adanya perbedaaan antara nilai kurs pada saat transaksi terjadi dengan saat transaksi diselesaikan. Jadi eksposur transaksi terkait dengan transaksi yang sudah dilakukan namun belum jatuh tempo seperti utang dan piutang,

Eksposur transaksi terjadi adanya  kontrak transaksi yang mengikat arus kas masuk dan keluar yang didenominasi oleh mata uang asing.

Jika terjadi perubahan nilai tukar antara saat penerimaan atau pengeluaran uang dengan saat transaksi terjadi, maka nilai uang yang diharapkan diterima atau dikeluarkan pada saat transaksi menjadi tidak sama dengan kenyataannya sehingga akan menimbulkan keuntungan dan kerugian.

Operating Exposure

Operating exposure atau disebut juga economic exposure, competitive exposure juga strategic exposure adalah mengukur seberapa besar perubahan present value perusahaan akibat perubahan arus kas operasional di masa datang akibat fluktuasi nilai tukar yang tidak diharapkan.

Artinya setiap adanya pergerakan kurs akan menyebabkan perubahan pendapatan dan pengeluaran dan berpengaruh langsung terhadap keuntungan aliran kas saat ini.

Setiap perusahaan yang memiliki pendapatan dan pengeluaran dalam mata uang asing akan memiliki operating exposure.

Pengukuran operating exposure dari perusahaan membutuhkan peramalan dan analisis seluruh transaction exposure perusahaan di masa yang akan datang bersamaan dengan seluruh eksposur yang timbul dari kompetitor dan potensi competitor.

Operating exposure tidak hanya merupakan tingkat sensitifitas arus kas perusahaan di masa depan terhadap perubahan nilai tukar, tetapi juga tingkat sensifitas terhadap variabel makroekonomi lain yang disebut dengan ketidakpastian makroekonomi.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Economic Exposure

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi economic exposure diantaranya adalah

a). Orientasi penjualan produk perusahaan, dalam negeri atau luar negeri.

b). Pesaing utama perusahaan, perusahaan dalam negeri atau luar negeri.

c). Elastisitas permintaan barang terhadap harga.

d). Lokasi produksi perusahaan, dalam negeri atau luar negeri.

e). Penggunaan bahan baku dan pembantunya apakah iimpor atau tidak.

f). Mata uang yang digunakan untuk penetapan harga input atau outputnya, harga pasar yang digunakan apakah harga dunia atau pasar domestik

g). Multi National Company MNC atau bukan MNC.

h). Mata uang yang digunakan dalam memenuhi kewajiban utang

i). Melakukan lindung nilai Hedging atau tidak.

j). Mata uang yang digunakan dalam pelaporan transakasi akuntansi

Lindung Nilai Hedging Instrumen Derivatif

Untuk mengantisipasi terjadinya risiko dari fluktuasi nilai tukar mata uang  terhadap aliran kas atau cash flow, maka perusahaan dapat menempuh strategi pemagaran risiko yang disebut hedging.

Hedging merupakan suatu Tindakan melindungi perusahaan untuk menghindari atau mengurangi risiko kerugian atas valuta asing sebagai akibat dari terjadinya transaksi bisnis. Prinsip hedging adalah menutupi kerugian posisi aset awal dengan keuntungan dari posisi instrument hedging.

Hedging merupakan salah satu fungsi ekonomi dari perdagangan berjangka, yaitu transfer of risk. Hedging merupakan suatu strategi untuk mengurangi risiko kerugian yang diakibatkan oleh turun-naiknya harga mata uang.

Lindung nilai Hedging untuk risiko valuta asing biasanya dilakukan dengan membentuk portofolio melalui instrumen derivatif.

Derivatif merupakan kontrak perjanjian dilakukan oleh dua pihak untuk menjual dan membeli sejumlah barang (baik komoditas, maupun sekuritas) pada tanggal tertentu di masa yang akan datang dengan harga yang telah disepakati pada saat ini.

Perusahaan dapat melakukan penjualan atau pembelian sejumlah mata uang, untuk menghindari risiko kerugian akibat selisih kurs yang terjadi karena adanya transaksi bisnis yang dilakukan perusahaan tersebut.

Instrumen Derivatif Valuta Asing Hedging

Perusahaan dapat melakukan hedging atau lindung niali dengan instrumen derivatif valuta asing yaitu melalui kontrak berjangka (futures contract), kontrak forward, opsi, dan swap.

1). Futures Valuta Asing

Kontrak Futures mata uang adalah perjanjian kontrak berstandar dimana dua pihak berjanji untuk menukar suatu mata uang dengan mata uang yang lain dengan rate terntentu dan jumlah tertentu pada tanggal yang sudah ditentukan di masa yang akan datang.

Kontrak futures memungkinkan perusahaan membeli dan menjual dengan standar dan kualitas tertentu, kualitas dan waktu penyerahan akan datang melalui agen perdagangan (trader) yang dapat ditukar kemudian (futures exchange).

Tujuan dari kontrak futures adalah untuk mengalihkan risiko dari satu pihak ke pihak lain di dalam kontrak tersebut.

2). Forward Valuta Asing

Kontrak forward adalah kontrak yang tidak berstandar yang dilakukan oleh dua atau lebih pihak dimana mereka berkewajiban untuk bertukar satu mata uang dengan mata uang yang lain pada rate tertentu dengan kuantitas tertentu yang akan di eksekusi pada tanggal tertentu di masa yang akan datang.

Beberapa kontrak forward diperdagangkan seperti kontrak future, tetapi perdagangan dengan cara ini lebih mengandung risiko karena tidak liquid dan tidak mendapat jaminan penuh dari agen perdagangan resmi.

Pada perdangan ini terjadi penyerahan secara fisik kendati harus melalui berbagai agen penjualan sebelum diterima pembeli akhir. Tanggal di mana kontrak forward jatuh tempo untuk di eksekusi disebut expiration date

3). Opsi (Option) Valuta Asing

Opsi valuta asing adalah kontrak yang memberi hak kepada pembeli opsi (buyer), namun bukan kewajiban untuk membeli atau menjual sejumlah valuta asing tertentu dengan harga per unit tertentu dalam periode waktu tertentu (sampai tanggal jatuh tempo).

Pada kontrak opsi, pemegang opsi (buyer) tidak memiliki kewajiban untuk mengeksekusi kontrak tersebut selama masa sebelum jatuh tempo, pemegang opsi dapat memilih untuk mengeksekusi kontrak tersebut atau tidak sama sekali.

Namun untuk mendapatkan hak untuk memilih tersebut pembeli opsi harus membayarkan sejumlah premium kepada pihak yang memiliki wewenang atas kontrak opsi tersebut (broker, perusahaan, atau individu).

Premium adalah biaya dimuka yang harus dibayarkan pemegang opsi untuk memiliki hak untuk memilih baik kontrak tersebut dieksekusi maupun tidak (Nguyen, 2012). Tetapi penjual opsi (writer) harus memenuhi kewajibannya apabila pemegang opsi memilih untuk mengeksekusi kontrak opsi sebelum masa jatuh tempo.

Kontrak opsi atau option memungkinkan perusahaan memastikan harga maksimal dan minimal dari penjualan untuk waktu yang akan datang.

Kontrak ini dapat dilaksanakan melalui agen perdagangan seperti dalam pasar future, yaitu hak untuk membeli kembali kontrak future dengan tingkat harga tertentu dan waktu penyerahan yang disepakati.

 Kontrak juga dapat dilaksanakan secara langsung tanpa agen perdagan antara pihak yang terlibat dalam pasar Over the Counter (OTC).

Jenis Jenis Opsi Valuta Asing Hedging

Ada dua jenis kontrak opsi utama, yaitu opsi call dan opsi put :

a). Opsi Beli (Call Option) adalah instrumen negosiasi yang berbentuk suatu kontrak opsi untuk membeli atau “call” selembar saham pada harga dan tanggal yang telah ditentukan.

Opsi beli (Call Option) adalah suatu instrumen negosiasi yang memungkinkan pemiliknya untuk membeli suatu efek tertentu pada harga tertentu dalam jangka waktu tertentu

b). Opsi Jual (Put Option) adalah instrumen negosiasi berupa suatu opsi yang memungkinkan pemiliknya untuk menjual suatu efek tertentu pada harga tertentu dalam jangka waktu tertentu.

4). Swap Valuta Asing

Kontrak swap merupakan instrumen keuangan yang digunakan untuk memindahkan risiko antara dua belah pihak. Secara sederhana dapat dikatakan pembeli swap akan menukarkan risiko yang berfluktuasi dengan yang pasti dijamin oleh pemberi swap.

Harga atau suku bunga yang ditetapkan dapat dinegosiasikan antara pembeli dan pemberi swap dengan memperhatikan kualitas komoditi yang diperdagangkan, di samping penerapan indeks harga atau suku bunga selama jangka waktu perdagangan.

Kontrak meliputi kuantitas yang diperdagangkan, namun tidak diperlukan penyerahan fisik dan kesepakatannya dapat berupa transaksi tunai.

Kontrak swap mata uang biasanya terjadi antara perusahan di satu negara dengan negara yang lainnya dan diperantarai oleh bank. Kontrak swap biasanya memiliki jangka waktu maksimal sampai 10 tahun.

Contoh Soal Perhitungan Hedging Forward Valuta Asing,

Contoh Soal Perhitungan Hedging Futures Valuta Asing,

Contoh Soal Perhitungan Hedging Opsi Valuta Asing,

Contoh Soal Perhitungan Hedging Swap Valuta Asing,

Daftar Pustaka:

  1. Amalia, Lia, 2007, “Ekonomi Internasional”, Edisi Pertma, Graha Ilmu, Yogyakarta.
  2. Hady, Hamdy, 2004, “Ekonomi Internasional”, Cetakan Kedua, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.
  3. Hanafi, M., Mamduh, 2004, “Manajemen Keuangan Internasionl”,Edisi 2003/2004, BPFE Yogyakarta, Yogyakarta.
  4. Hanafi, Mamduh, 2005, “Manajemen Keuangan Internasional”, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, Penerbit Universitas Terbuka, Jakarta.
  5. Kuncoro, Mudrajad, 1996, “Manajemen Keuangan Internsional”, Edisi Pertama, BPFE Yogyakarta, Yogyakarta.
  6. Hady, Hamdy, 2008, “Manajemen Keuangan Internasional”, Cetakan Keempat, Penerbit Yayasan Adminitrasi Indonesia, Jakarta.
  7. Prasetyo, Handoyo. Yuliati, Handaru, Sri, 2005, “Dasar Dasar Manajemen Keuangan Internasional”, Edisi Kedua, Penerbit CV ANDI OFFSET, Yogyakarta.
  8. Jamli, Ajmad, 2001, “Dasar Dasar Keuangan Internasional, Edisi Pertama, BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta.
  9. Krugman, R. Paul. Obstfeld, Maurice, 2005, “Ekonomi Internasionl, Teori dan Kebijakan”, Edisi Kelima, PT Indeks, Jakarta.
  10. Joesoef, Jose Rizal, 2008, “Pasar Uang dan Pasar Valuta Asing”, Salemba Empat, Jakarta.
  11. Darmawi, Herman, 2006, “Pasar Finansial dan Lembaga Lembaga Finansial”, Cetakan Pertama, PT Bumi Arta, Jakarta.
  12. Mishkin, S., Frederic, 2008’ “Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Uang”, Edisi Kedelapan, Salemba Empat, Jakarta.
  13. Berlianta, C. H.,2006, “Mengenal Valuta Asing”, Cetakan Ketiga, Gajah Maada University Press, Yogyakarta.
  14. Rangkuman Ringkasan:

Rumus Cara Menentukan Harga  Saham: Teoritis Wajar Intrinsik, Pengertian Contoh Soal Perhitungan,

Pengertian Saham. Saham sebagai surat yang menyatakan bukti kepemilikan perusahaan. Aaham juga dapat diartikan sebagai tanda bukti penyertaan modal yang dikeluarkan oleh badan usaha dalam bentuk surat berharga.

Jenis-jenis Saham

Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim, maka saham terbagi atas:

1). Saham Biasa Common stocks

Merupakan saham yang menempatkan pemiliknya paling yunior terhadap pembagian dividen, dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi.

Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan kertas tersebut.

Imbalan yang akan diperoleh dengan kepemilikan saham adalah kemampuannya memberikan keuntungan. Bila perusahaan penerbit mampu menghasilkan laba yang besar maka ada kemungkinan para pemegang sahamnya akan menikmati keuntungan yang besar pula.

Secara normal risiko potensial yang akan dihadapi pemilik saham ada dua, yaitu tidak menerima pembayaran dividen dan menderita capital loss.

2). Saham Preferen (Preferred Stocks)

Merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi). Biasanya saham preferen memberikan pilihan tertentu atas hak pembagian dividen.

Ada pembeli saham preferen yang menghendaki penerimaan dividen yang besarnya tetap setiap tahun, ada pula yang menghendaki didahulukan dalam pembagian dividen, dan lain sebagainya.

Jenis Metoda Penentuan Nilai Saham.

Model valuasi penilaian saham terdapat tiga jenis nilai, yaitu: nilai buku, nilai pasar dan nilai intrinsik.

1). Nilai Buku Saham

Nilai buku adalah nilai yang dihitung berdasarkan pembukuan perusahaan penerbit saham (emiten).

Harga saham berdasar nilai dari buku tergambar dari Total Assets/ jumlah dari seluruh kekayaan perusahaan dikurang Total Liabilities/ jumlah dari seluruh hutang perusahaan dibagi dengan Number of Common Stock Outsatnding/ jumlah saham yang beredar.

2). Nilai Pasar Saham

Nilai pasar adalah nilai saham di dalam pasar modal yang ditunjukkan oleh harga saham tersebut dipasar modal.

Harga saham berdasar nilai dari pasar merupakan harga jual beli yang sedang berlaku di pasar efek yang ditentukan oleh kekuatan pasar dalam arti tergantung pada kekuatan permintaan dan penawaran.

Harga pasar saham juga menunjukkan nilai dari perusahaan itu sendiri. Semakin tinggi nilai dari harga pasar sahamsuatu perusahaan, hal itu merefleksikan penghargaan investor pada bagusnya kinerja perusahaan tersebut.

3). Nilai Intrinsik Saham

Nilai intrinsik atau dikenal sebagai nilai teoritis adalah nilai saham yang sebenarnya atau yang seharusnya terjadi. Nilai ini yang biasanya disebut sebagai nilai wajar suatu saham.

Harga saham berdasar nilai intrinsik atau teoritis, merupakan nilai saham yang sebenarnya atau seharusnya terjadi. Dalam hal ini investor dan analis sekuritas menghubungkan antara nilai intrinsik saham dan nilai pasar saham saat ini untuk menilai apakah harga saham yang ditawarkan emiten sesuai dengan harga yang wajar, murah/undervalued, atau mahal/overvalued.

Analisis Investasi Saham

Ada dua analisis investasi atas saham yang paling umum diketahui, yaitu analisis Teknikal (technical analysis) dan analisis Fundamental (fundamental analysis).

1). Analisis Teknikal Saham

Analisis teknikal “the use of spesific market-generated data for the technical analysis of both aggregate stock prices (market indices or industry average) and individual stocks”. Yang secara bebas dapat artinya “Analisis teknikal merupakan analisis yang didasarkan pada informasi berbasis pasar dalam memprediksi pergerakan harga saham individual atau pasar secara keseluruhan”.

2). Analisis Fundamental Saham

Analisis fundamental adalah suatu cara yang digunakan untuk menentukan nilai dari suatu sekurtitas seperti saham dengan menganalisis data keuangan yang secara khusus dianggap sebagai unsur fundamental perusahaan.

Analisis fundamental sering diidentikan dengan nilai intrinsik saham. Terdapat dua pendekatan yang dapat digunakan untuk menentukan nilai intrinsik saham berdasarkan analisis Fundamental. Kedua pendekatan tersebut adalah Pendekatan nilai sekarang (Present Value Approach) Saham dan Pendekatan Rasio Harga Terhadap Earning (Price Earning Ratio) PER Saham

Pendekatan nilai sekarang (Present Value Approach) Saham

a). Nilai suatu aset adalah nilai sekarang (present value) dari arus kas imbal- hasil yang diharapkan (expected cash flows). Artinya, suatu aset dapat memberikan aliran cash flows selama investor memiliki saham perusahaan tersebut.

Untuk mengkonversi aliran cash flows menjadi sebuah nilai saham, investor harus mendiskontokan aliran tersebut dengan tingkat bunga yang diinginkan investor (required rate of return).

b). Nilai intrinsik atau disebut juga nilai teoritis suatu saham nantinya akan sama dengan nilai diskonto semua aliran kas yang akan diterima investor di masa datang.

c). Tingkat return yang disyaratkan merupakan tingkat return minimum yang diharapkan atas pembelian suatu saham. Tingkat return yang diinginkan (required rate of return) atas sebuah investasi. Selain faktor inflasi, tingkat return yang diharapkan (required rate of return) yang akan menimbulkan ketidakpastian imbal-hasil (uncertainly of returns).

Pendekatan Rasio Harga Terhadap Earning (Price Earning Ratio) PER Saham

Pendekatan PER dalam penentuan nilai suatu saham dilakukan dengan menghitung berapa rupiah uang yang diinvestasikan kedalam suatu saham untuk memperoleh satu rupiah pendapatan (earning) dari saham tersebut.

PER menunjukkan rasio harga saham terhadap earning atau dengan kata lain menunjukkan berapa besar pemodal menilai harga saham terhadap kelipatan dari earnings, sehingga dapat disimpulkan bahwa PER menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba.

PER merupakan variabel yang digunakan dalam estimasi nilai intrinsik saham yaitu dengan mengalikannya dengan Earning Per Share (EPS) yang diharapkan. EPS atau laba per saham adalah rasio yang mengukur pendapatan bersih perusahaan pada suatu periode dibagi dengan jumlah saham yang beredar.

Nilai EPS dapat juga digunakan untuk menilai sebuah saham. Semakin tinggi nilai EPS Earning Per Share, maka semakin tinggi pula tingkat return yang diharapkan.

Tingkat keuntungan yang dihasilkan per lembar saham yang dimiliki oleh investor akan mempengaruhi penilaian investor terhadap suatu kinerja perusahan emiten.

Cara Membuat Keputusan Investasi Saham,

Nilai intrinsik ditentukan dengan mendiskontokan dividen dengan harga pasar sekarang. Adapun pedoman dalam pengambilan keputusan investasi dapat disimpulkan sebagai berikut:

1). Ketika nilai intrinsik NI lebih besar dari harga pasar sekarang saat ini NP (NI > NP),maka  aktiva atau saham dinyatakan undervalued (harga terlalu rendah) dan seharusnya dibeli dan ditahan kalau sudah memiliki.

2). Ketika nilai intrinsik NI lebih kecil dari harga pasar sekarang NP saat ini (NI < NP), maka aktiva atau saham dinyatakan overvalued (harga terlalu mahal) dan seharusnya dihindari membeli atau sebaiknya segera dijual atau ditahan tetapi dalam waktu yang sesingkat mungkin.

3). Ketika  nilai intrinsik NI sama dengan nilai pasar sekarang NP saat ini (NI = NP), maka aktiva atau saham tersebut dinilai secara benar (correctly valued).

Metoda Penentuan Valuasi Penilaian Saham,

Expected Return, ER Saham, Tingkat Keuntungan Yang Diharapkan Required Rate of Return

Tingkat keuntungan yang diprediksi investor dari investasi spesifik pada suatu periode waktu tertentu. Expected return seringkali disebut sebagai market capitalization rate atau required rate of return.

Rumus Expected Return Dari Tingkat Keuntungan Saham Diinginkan, Required Rate of Return.

Besarnya required rate of return atau tingkat keuntungan yang diinginkan dari sebuah saham yang dinyatakan oleh besaran expected return dapat dirumuskan seperti berikut:

\mathrm{ER=\frac{D}{NS_{0}}+\frac{NS - NS_{0}}{NS_{0}}} atau

ER = r = D/NS0 + (NS – NS0)/NS0

ER = r = Dividend Yield + Capital Appreciation

Dividend Yield = D/NS0

Capital Appreciation = (NS – NS0)/NS0

Contoh Soal Perhitungan Penilaian Harga Saham Biasa

Jika suatu saham dijual dengan harga 1000 rupiah per lembar hari ini dan diharapkan dapat dijual lagi seharga 1100 rupiah satu tahun ke depan, berapa tingkat expected return jika dividen  satu tahun kedepan diperkirakan sebesar 50 rupiah

ER = r = expected return

NS0 = harga saham beli (harga sekarang)

NS = harga saham jual (harga masa depan)

ER = (D + NS – NS0)/NS0

ER = (50 + 1100 – 1000)/1000

ER = 150/1000

ER = 15%

Dividend Discount Model Saham, Model Diskonto Dividen Saham,

Metode penentuan harga saham hari ini yang menunjukkan bahwa nilai saham adalah present value dari semua dividen yang diharapkan diterima dimasa datang.

Model ini untuk menentukan estimasi harga saham dengan mendiskontokan semua aliran dividen yang akan diterima di masa datang.

Rumus Dividend Discount Model Saham,

\mathrm{NS_{0}=\sum_{t=1}^{n}\frac{D_{t}}{(1+r)^{t}}+\frac{D_{n}+NS}{(1+r)^{n}}}.

NS0 = Nilai intrinsik saham dengan model diskonto dividen

D1, D2, …Dn = Dividen yang akan diterima di masa datang

r = tingkat return yang disyaratkan

NS = nilai jual saham pada tahun n. masa depan

t = 1, … n

Dt = dividen

r = expected return, persen

n = waktu dari investasi.

Contoh Soal Perhitungan Harga Saham Dividend Discount Model

Berikut ini data prediksi PT Ardra Biz yang akan membayar dividen sebesar 50, 60 dan 70 rupiah tiap tahun selama tiga tahun mendatang. Pada akhir tahun ketiga, diperkirakan dapat menjual saham pada harga 1000 rupiah. Berapa perkiraan harga saham sekarang bila diketahui expected return 10%

\mathrm{NS_{0}=\frac{50}{(1+0,10)^{1}}+\frac{60}{(1+0,10)^{2}}+\frac{70}{(1+0,10)^{3}}+\frac{1000}{(1+0,10)^{3}}}.

NS0 = 45,45 + 49,59 + 53,59 + 751,31

NS0 = 898,95 rupiah

Contoh Tabel Perhitungan Nilai Sekarang Present Value Saham

Hasil keseluruhan perhitungan present value dari soal di atas dapat dilihat pada table berikut

Contoh Tabel Perhitungan Nilai Sekarang Present Value Saham
Contoh Tabel Perhitungan Nilai Sekarang Present Value Saham

Kolom (a) menunjukkan periode dividen dibayarkan, t = tahun, mulai tahun ke satu sampai tahun ke tiga.

D1 sampai D3 merupakan dividen yang diterima oleh pemegang saham dari tahun ke satu sampai tahun ke tiga, NS merupakan harga jual saham, harga masa depan saham.

Kolom (b). Total dana yang diterima dari pembelian saham selama tiga tahun adalah 1180 rupiah, ini adalah dana yang akan diterima di masa depan selama tiga tahun, bukan hari ini atau sekarang.

DF = discounted factor yang dihitung dengan rumus seperti berikut

DF = 1/(1+r)t

t = periode pembayaran dividen tahunan

r = expected return = ER

DF merupakan factor yang mengkonversi nilai uang masa depan dari dividen D dan Harga Saham NS1 menjadi dana saat ini atau present value PV pada kolom e. Present Value dihitung dengan cara berikut

Tahun ke 1, t =1 nilai present value dividen adalah

PV = Dt x DFt

PV1 = 50 x 0,909

PV1 = 45,45 rupiah dan seterusnya sampai tahun ke tiga, t = 3.

Meskipun seorang pemodal bisa memiliki saham selama n tahun, tetapi sewaktu saham tersebut dijual, akhirnya periode kepemilikan akan menjadi tidak terhingga. Dengan demikian, Dalam persamaan tersebut n = ∞ menjadi tidak terhingga.

\mathrm{NS=\sum_{t=1}^{n}\frac{D_{t}}{(1+r)^{t}}}

Penilaian Saham Tanpa Pertumbuhan

Jika investor memperkirakan bahwa harga saham tidak memiliki pertumbuhan atau g = 0 dan investor berencana memegangnya sampai jangka waktu yang tidak terbatas, maka investor akan menilai harga sahamnya sebagai sebuah perpetuity yaitu perhitungan nilai saham untuk waktu yang tidak terbatas.

NS0 = D/r

NS0 = nilai sekarang saham.

D = dividen

r = rate of return,

Contoh Soal Perhitungan Penilaian Saham Perpetuity Tanpa Pertumbuhan

Bila diperkirakan dividen akan dibayarkan tahun depan sebesar 50 rupiah dan saham akan ditahan /dimiliki untuk jangka waktu tak terbatas maka dengan rate of return 10%, perkiraan harga saham sekarang.

NS0 = D/r

D = 50 rupiah

r = 10%

substitusikan ke dalam rumus seperti berikut

NS0 = 50/10%

NS0 = 500 rupiah

Contoh Soal Perhitungan Harga Saham Zero Growth, Dividen Tidak Tumbuh

Saham perusahaan PT Ardra Biz diprediksi memberikan dividen sebesar Rp 100 per lembar setahun mendatang. Calon pembeli saham tersebut mensyaratkan suatu tingkat keuntungan pada saham sebesar 10 % per tahun dan dividen diperkirakan tidak bertumbuh (g = 0) atau tetap sebesar Rp 100.  Berapa harga saham yang bersedia dibayar calon pembeli tersebut

Jawab

Menghitung Harga Sekarang  Saham Tanpa Pertumbuhan Dividen

Harga sekarang saham yang tidak memiliki pertumbuhan dividen dapat dinyatakan dengan menggunakan rumus berikut

NS0 = D/r

D = 100

r = 10 %

NS0 = 100/10%

NS0 = 1000

Penilaian Saham Dengan Tingkat Pertumbuhan  Konstan (Constant Growth Dividend Discount  Model )-

Model pertumbuhan dividen  dimana dividen tumbuh dengan tingkat yang  konstan (Gordon Growth Model).

Nilai saham sekarang dapat dinyatakan dengan menggunakan rumus peramaan berikut

NS0 = D/(r – g)

keteragan

D = dividen

r = rate of return

g = pertumbuhan dividen (dividend rate)

Contoh Soal Perhitungan Harga Saham Pada Pertumbuhan Dividen Konstan

Saham PT Ardra Biz diharapkan akan membagikan dividen sebesar 50 tahun depan. Dividen  diharapkan akan tumbuh sebesar 5% per tahun.

Bila investor mengharapkan tingkat pengembalian 10%, berapa perkiraan harga saham PT Ardra Biz?

Jawab

Menghitung Harga Saham Dengan Pertumbuhan Dividen Konstan

Harga sekarang saham yang memiliki pertumbuhan dividen dapat dinyatatakan dengan persamaan berikut

NS0 = D/(r – g)

D = 50 rupiah

g = 5%

r = 10 %

NS0 = 50/(10% – 5%)

NS0 = 50/(5%)

NS0 = 1000 rupiah

Contoh Soal Perhitungan Tingkat Pertumbuhan Saham

Investor berharap dividen yang akan dibayarkan tahun depan 50 rupiah, berapa tingkat pertumbuhan saham tersebut bila investor memperkirakan harga saham saat ini 1000 rupiah dengan tingkat pengembalian 10%

Jawab

Menghitung Tingkat Pertumbuhan Saham

Tingkat pertumbuhan tetap saham dapat dinyatatakan dengan persamaan berikut

g = [(NS0 x r) – D]/NS0

NS0 = 1000

D = 50 rupiah

r = 10 %

g = [(1000 x 10%) – 50]/1000

g = [100 – 50]/1000

g = 50/1000

g = 0,05

g = 5%

Penilaian (Valuasi) Saham Preferen

Harga wajar saham preferen dihitung dengan mendiskontokan (discounting) dividen ke nilai sekarang (present value) dengan required rate of return selama periode waktu yang tidak terhingga (infinite) atau selama memiliki saham preferen tersebut.

Pemiliki saham referen menerima dividen tetap atau g = 0. Pada umumnya saham preferen tidak memiliki waktu jatuh tempo

Harga Saham Preferen dapat dinyatakan dengan menggunakan rumus persamaan berikut

NS0 = D/r

Keterangan

NS0 = Nilai intrinsik (nilai wajar) saham saat ini

D = Dividen tetap saham preferen

r = required rate of return atau discount rate

Contoh Perhitungan Penilaian Harga Saham Preferen

Saham preferen PT Ardra Biz memberikan dividen tetap setiap periode sebesar 500 rupiah per lembar saham. Discount rate yang disyaratkan sebesar 10 persen. Hitung harga saat ini saham preferen tersebut

Jawab

Menghitung Harga Saham Preferent

Harga saham preferen dapat dinyatakan dengan menggunakan rumus sebagai berikut

NS0 = D/r

D = 500 rupiah

r = 10 %

NS0 = 500/10%

NS0 = 5000 rupiah per lembar

Seandainya materi ini memberikan manfaat, dan anda ingin memberi dukungan Donasi pada ardra.biz, silakan kunjungi SociaBuzz Tribe milik ardra.biz di tautan berikuthttps://sociabuzz.com/ardra.biz/tribe

Daftar Pustaka:

  1. Kasmir, 2011, “Analisis Laporan Keuangan”, Edisi Pertama, Rajawli Pers, Jakarta.
  2. Kuswadi, “Analisis Keekonomian Projek”, Edisi Pertama, CV Andi Offset, Penerbit Andi, Yogyakarta.
  3. Sartono, Agus, R., “ 2001, “Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi”, Edisi Keempat, BPFE Yogyakarta, Yogyakarta.
  4. Joesoef, Jose Rizal, 2008, “Pasar Uang dan Pasar Valuta Asing”, Salemba Empat, Jakarta.
  5. Darmawi, Herman, 2006, “Pasar Finansial dan Lembaga Lembaga Finansial”, Cetakan Pertama, PT Bumi Arta, Jakarta.
  6. Mishkin, S., Frederic, 2008’ “Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Uang”, Edisi Kedelapan, Salemba Empat, Jakarta.

Rumus Cara Menghitung Harga Obligasi: Pengertian YTM YTC YTP Contoh Soal

Pengertian Obligasi. Obligasi perusahaan merupakan sekuritas yang diterbitkan oleh suatu perusahaan yang menjanjikan kepada pemegangnya pembayaran sejumlah uang tetap pada suatu tanggal jatuh tempo di masa mendatang disertai dengan pembayaran bunga secara periodic.

Jumlah tetap yang dibayar pada waktu jatuh tempo (maturity) merupakan pokok pinjaman (principal) obligasi, yang juga disebut nilai nominal atau nilai pari (par value atau face value). Sedangkan pembayaran bunga periodik disebut bunga kupon (coupon).

Jadi, Obligasi bisa disebutkan sebagai instrumen utang yang berisi janji pihak penerbit obligasi untuk membayarkan sejumlah dana kepada pemilik atau pembeli obligasi (investor).

Ciri Karateristik Obligasi

Adapun karakteristik Obligasi terdiri dari:

a). Nilai Intrinsik Obligasi

Nilai Intrinsik obligasi adalah nilai yang diestimasi dengan ‘mendiskonto’ semua aliran kas yang berasal dari pembayaran kupon, ditambah pelunasan obligasi sebesar nilai par, pada saat jatuh tempo.

Nilai intrinsik obligasi dipengaruhi oleh kupon, waktu jatuh tempo, nilai par sesuai dengan persamaan atau rumus yang digunakan untuk menghitungnya.

b). Nilai Pari, Nilai Nominal, Face Value Obligasi

Nilai Pari adalah Nilai Nominal atau Face Value adalah nilai pokok yang tertera pada lembar suatu obligasi yang akan diterima oleh pemegang obligasi pada saat obligasi tersebut jatuh tempo. Nilai pari tidak dinyatakan dalam jumlah, namun dalam persentase dari nilai nominalnya.

c). Tingkat Suku Bunga Kupon Obligasi

Pendapatan utama pemegang obligasi adalah bunga yang dibayar perusahaan kepada pemegang obligasi pada waktu-waktu yang telah ditentukan, misalnya dibayar setiap tiga bulan atau enam bulan sekali. Pada obligasi, istilah bunga lazim disebut kupon.

Suku bunga kupon pada obligasi menunjukkan besarnya persentase bunga terhadap nilai nominal obligasi yang akan dibayar setiap tahun.

Contoh: par value Rp 20.000, bayar kupon Rp 2000 per tahun. Artinya nilai kupon:

Kupon = (2000/20.000) x 100%

Kupon = 10%.

Kupon merupakan daya tarik utama bagi para investor untuk membeli obligasi karena kupon merupakan pendapatan pasti yang diterima pemegang obligasi selama masa berlaku obligasi tersebut.

Jenis Jenis Suku Bunga Kupon Obligasi

Kupon yang dibayar perusahaan penerbit obligasi dapat berupa:

-). Kupon dengan tingkat bunga tetap, misalnya sebesar 17% setiap tahun.

-). Kupon dengan tingkat bunga mengambang, tingkat bunga yang diberikan tidak tetap atau bergantung kepada tingkat suku bunga yang sedang berlaku.

-). Kupon dengan tingkat bunga kombinasi atau gabungan antara tetap dan mengambang

d). Jatuh Tempo, Batas Waktu, Maturity Obligasi

Jatuh Tempo atau Maturity adalah tanggal dimana nilai par harus dibayar, yaitu suatu tanggal yang ditetapkan dimana pada saat tersebut penerbit wajib untuk melunasi nilai nominal obligasi.

Periode jatuh tempo obligasi bervariasi mulai dari 365 hari sampai dengan diatas 5 tahun.  Secara umum, semakin panjang jatuh tempo suatu obligasi, semakin tinggi kupon / bunga nya.

e). Indenture Obligasi

Indenture merupakan kesepakatan hukum antara perusahaan penerbit obligasi dan perwalian obligasi yang mewakili pemegang obligasi. Surat perjanjian menyediakan term spesifik mengenai persetujuan pinjaman, yang mencakup uraian dari obligasi, hak pemegang obligasi, hak perusahaan penerbit obligasi, dan tanggung jawab perwalian.

f). Tingkat Penghasilan Lancar Obligasi

Tingkat penghasilan lancar obligasi mengacu pada keuntungan yang diperoleh oleh pihak yang membeli obligasi dari bunga yang telah ditetapkan terhadap harga obligasi di pasaran.

  1. Peringkat Obligasi

Peringkat obligasi mencakup penilaian tentang potensi risiko masa depan dari suatu obligasi.

Jenis Risiko Obligasi

Beberapa risiko pada obligasi adalah sebagai berikut:

1). Interest-Rate Risk Obligasi

Harga dari sebuah obligasi akan berubah berlawanan dengan perubahan tingkat bunga: Jika tingkat suku bunga naik, maka harga obligasi akan turun. Begitu pula sebaliknya, jika suku bunga turun maka harga obligasi akan naik.

Risiko jenis ini dikenal dengan interest-rate risk atau market risk. Risiko ini merupakan risiko yang pada umumnya dialami oleh investor pada pasar obligasi.

2). Reinvestment Risk Obligasi

Risiko reinvestasi merupakan risiko yang diakibatkan harus menginvestasikan kembali hasil return obligasi pada rate yang lebih rendah dari dana yang sebelumnya didapat.

Salah satu penyebab utama risiko ini adalah ketika suku bunga turun dari waktu ke waktu dan emiten melakukan opsi call terhadap obligasi yang telah diterbitkan sebelumnya.

3). Call Risk Obligasi

Sebagian perusahaan menetapkan untuk menarik atau membeli obligasi yang diterbitkannya pada harga dan waktu tertentu. Hal ini menyebabkan investor akan mengalami call risk dimana pada tanggal tertentu perusahaan penerbit obligasi akan menarik kembali obligasinya. Resiko ini terdapat pada obligasi yang bersifat callable.

4). Default Risk Obligasi

Default Risk adalah risiko yang berkaitan dengan risiko gagal bayar, artinya risiko penerbit obligasi yang mengalami kebangkrutan. Risiko ini timbul ketika emiten mengalami kesulitan dalam membayar kupon serta melunasi pokok pinjaman obligasi.

Obligasi yang memiliki Default Risk dalam perdagangan di pasar obligasi mempunyai harga yang rendah dibandingkan dengan Treasury securities. Dilain pihak, obligasi ini dalam perdagangan di pasar obligasi memiliki yield yang lebih besar dari treasury bond.

5). Inflation Risk Obligasi

Risiko inflasi adalah risiko obligasi akibat terjadinya inflasi yang terlalu tinggi. Peningkatan Inflation risk atau purchasing power risk disebabkan oleh bervariasinya nilai aliran kas yang diterima oleh investor akibat adanya security due inflation.

Ketika inflasi terus meningkat, maka daya beli investor akan menurun dan mungkin mendapatkan tingkat pengembalian lebih kecil dibandingkan dengan tingkat inflasi.

6). Exchange-Rate Risk Obligasi

Exchange-Rate Risk adalah risiko akibat adanya perubahan kurs atau nilai mata uang pada. obligasi yang diperdagangkan dengan denominasi valuta asing.

Obligasi dalam mata uang asing memiliki nilai yang tidak dapat diketahui dengan pasti. Sedangkan nilai obligasi dalam mata uang lokal baru dapat diketahui ketika pembayaran kupon atau nilai pokok pinjaman terjadi.

7). Liquidity Risk Obligasi

Liquidity risk adalah risiko yang terjadi akibat pemilik obligasi mendapatkan kesulitan dalam menjual obligasi pada harga wajar ketika terpaksa harus menjualnya.

Liquidity atau marketable risk  adalah risiko yang bergantung pada kemudahan suatu obligasi untuk dijual kembali sebesar nilai obligasinya.

8). Volatility Risk Obligasi

Volatility Risk adalah risiko yang diakibatkan fluktuasi fundamental ekonomi, seperti tingkat suku bunga dan faktor-faktor lainnya. Perubahan pada faktor-faktor tersebut berpengaruh pada harga obligasi. Risiko jenis ini dikenal dengan volatility risk.

9). Political Risk, Country Risk Obligasi

Risiko politik dapat timbul akibat adanya tindakan pemerintah seperti perubahan, penjadwalan, dan restrukturisasi hutang.

Valuasi Obligasi

Harga suatu obligasi adalah Present Value dari semua aliran kas yang dihasilkan dari obligasi tersebut (baik kupon maupun nilai par) yang di diskon pada tingkat return yang diminta.

Untuk mengetahui nilai dari sebuah obligasi pada saat titik waktu tertentu, investor perlu mengetahui jumlah periode yang masih tersisa hingga jatuh tempo, nilai nominal, kupon dan tingkat bunga pasar untuk obligasi dengan karakteristik yang serupa.

Tingkat bunga yang diminta pasar atas suatu obligasi disebut yield to maturity (YTM). Untuk singkatnya, tingkat bunga ini terkadang cukup disebut sebagai imbal hasil (yield) obligasi saja.

Jenis Metode Perhitunngan Yield Tingkat Keuntungan Obligasi

Terdapat beberapa metode dalam penghitungan yield, antara lain

Nominal Yield Obligasi

Nominal yield obligasi atau lebih dikenal dengan sebutan tingkat kupon (coupon rate) adalah penghasilan bunga kupon tahunan yang dibayarkan pada pemegang obligasi.

Kupon diterima terus menerus sampai jatuh tempo. Pada akhir jatuh tempo akan diterima jumlah investasi sebesar nilai nominalnya.

\mathrm{Nominal Yield = \frac{Penghasilan Bunga Tahunan}{Nilai Nominal}}

Current Yield Obligasi

Current yield obligasi adalah penghasilan bunga kupon tahunan dibagi dengan harga pasar obligasi.

Apabila modal yang diinvestasikan sebesar nilai nominal, maka current yield akan sama dengan nominal yield.

\mathrm{Nominal Yield = \frac{Penghasilan Bunga Tahunan}{Harga Pasar Obligasi}}

Yield To Call (YTC) dan Yield To Put (YTP) Obligasi

Yield To Call adalah tingkat imbal hasil atau pengembalian yang akan dicapai pada obligasi yang dapat ditebus (callable bond) bila obligasi itu ditebus oleh penerbit pada tanggal tebusnya.

Yield To Put adalah tingkat imbal hasil yang akan diterima oleh investor jika mereka memegang obligasi sampai tanggal permintaan pelunasan.

Yield To Maturity, YTM Obligasi

Yield To Maturity (YTM) adalah suku bunga atau tingkat keuntungan yang dinikmati investor pada obligasi jika obligasi tersebut  disimpan hingga tanggal jatuh tempo. YTM tidak lain adalah r atau suku bunga yang digunakan untuk mendiskonto semua cashflow yang  diterima  pemilik di masa mendatang dari sebuah obligasi sampai dengan jatuh temponya.

Dengan kata lain, YTM adalah tingkat bunga yang menyamakan harga obligasi (NO) dengan nilai sekarang dari semua aliran kas yang diperoleh dari obligasi sampai dengan waktu jatuh tempo.

Contoh Soal Perhitunga Nominal Yield Obligasi

Jika seorang investor membeli sebuah obligasi dengan nilai nominal Rp1 juta dan mempunyai tingkat kupon 10 persen. Hitung Nominal yield obligasi tersebut

Penghasilan bunga atau kupon per tahun dari obligasi ini adalah

Ct = K x N

Ct = Penghasilan Bunga tahunan, Bunga Kupon

K = tingkat kupon, persen

Ct = 10% x 1 juta= 100.000.

Menghtiung Nominal Yield

Besar nominal yield dihitung dengan rumus berikut

NY = Ct/N

NY = Nominal Yield

N = nilai nominal obligasi

NY = 100rb/1jt

NY = 0,1 = 10%

Contoh Soal Perhitunga Current Yield Obligasi

Sebuah obligasi mempunyai nilai nominal Rp100 juta dengan tingkat kupon 10 persen dibayar dua kali setahun. Seorang investor membelinya pada harga 90,00 (artinya 90 persen dari nilai nominal). Hitung berapa current yield obligasi tersebut

Jawab

Rumus Current Yield Obligasi

Besar current yield dapat dinyatakan dengan menggunakan rumus berikut

Bunga kupon = 10% x 100 jt

CY = (K x N)/(NO)

CY = current yield, persen

K = tingkat kupon, persen

N = nominal obligasi

NO = harga pasar obligasi

NO = 90% x 100 juta

CY = (10% x 100)/(90% x 100)

CY = 10/90

CY = 11,11 persen

Contoh Soal Perhitungan Nilai Obligasi Perpetual, Jatuh Tempo Tak Terbatas

Suatu obligasi yang tidak mempunyai tanggal jatuh tempo infinite memiliki nilai normal 20 juta dengan bunga 1 juta setiap tahunnya. Hitung nilai obligasi tersebut berdasarkan kondisi pasar saat ini dengan bunga 4 persen.

Jawab

Rumus Nilai Obligasi Perpertual Jatuh Tempo Tak Terbatas,

Besar nilai obligasi perpertual dapat dinyatakan dengan persamaan rumus berikut

NO = C/r

NO = nilai obligasi harga pasar

C = bunga komitmen tahunan (rupiah)

r = suku bunga berlaku (return yang diharapkan)

Suku bunga r yang berlaku di pasar adalah tingkat keuntungan yang disyaratkan investor sebagai pembeli obligasi dan biasa disebut juga yield obligasi.

Menghitung Nilai Obligasi Perpertual Jatuh Tempo Tak Terbatas

Sehingga nilai obligasi NO adalah

C = 1 juta

r = 4%

NO = 1/0,04

NO = 25 juta rupiah

Contoh Soal Perhtiungan Harga Obligasi Tanpa Jatuh Tempo

Tuan Ardra membeli sebuah obligasi nominal Rp 2.000 dengan bunga coupon 10%/tahun tanpa jatuh tempo. Bila bunga saat ini sebesar 12%. Berapa nilai obligasi tersebut?

Jawab

N = 2000 rupiah

C = bunga kupon x N

C = 10% x 2.000 = 200 rupiah

NO = 200/12%

NO = 1.666,7 rupiah

Contoh Soal Perhitungan Nilai Obligasi Jangka Pendek, Short Term Bond

Besar nilai obligasi jangka pendek tiga tahun dengan bunga kupon 10 persen dan nilai nominal 100 Juta rupiah. Hitung nilai obligasinya apabila suku bunga adalah 8 persen.

Jawab

Rumus Menghitung Nilai Obligasi Short Term

Besar nilai obligasi jangka pendek dapat dinyatakan dengan persamaan rumus berikut:

\mathrm{ NO=\sum_{t=1}^{n}\frac{C_{t}}{(1+r)^{t}}+\frac{N}{(1+r)^{n}}}.

NO = nilai pasar obligasi sekarang

Ct = 100 juta x 10%

Ct = 10 juta

N = 100 juta

r = 8%

t = 1, 2, 3

n = 3 tahun

atau

\mathrm{ NO=\frac{10}{(1+0,08)^{1}}+\frac{10}{(1+0,08)^{2}}+\frac{10}{(1+0,08)^{3}}+\frac{100}{(1+0,08)^{3}}} atau

\mathrm{ NO=\frac{10}{(1+0,08)^{1}}+\frac{10}{(1+0,08)^{2}}+\frac{10+100}{(1+0,08)^{3}}}.

NO = 9,259 + 8,573+7,938+79,383

NO = 105,154 juta rupiah

Menghitung Nilai Obligasi dengan Program / Aplikasi Excel

Secara keseluruhan hasil perhitungan menggunakan program aplikasi Excel dapat dilihat pada table berikut: satuan uang dalam juta rupiah

Contoh Soal Perhitungan Nilai Obligasi Jangka Pendek, Short Term Bond
Contoh Soal Perhitungan Nilai Obligasi Jangka Pendek, Short Term Bond

Catatan Tabel Perhitungan Nilai Obligasi

Kolom (a) menunjukkan periode (t) dimana bunga Ct diterima tiap tahunnya dan uang nominal obligasi N pada tahun ke tiga. Uang atau dana yang diterima oleh pemilik obligasi selama tiga tahun adalah 130 juta rupiah yang merupakan penjumlahan dari tiga tahun Kolom (b).

= 10 +10 + 10+ 100 juta

= 130 juta

PV = merupakan nilai Ct atau N yang dikonversi ke nilai sekarang. Uang pada kolom (b) dikonversi ke saat ini atau menjadi nilai sekarang (present value, PV).

DF = Discounted Factor = 1/(1+r)t berfungsi sebagai konverter yang merubah nilai masa depan dari Ct dan N menjadi nilai sekarang PV seperti pada kolom (e).

Pada tahun pertama t = 1, uang atau dana yang diterima sebagai bunga kupon adalah

C1 = 10 juta rupiah

Jika bunga kupon ini dikonversi ke hari ini, atau dijadikan nilai sekarang atau present value PV maka nilainya adalah

PV = Ct x DF

PV1 = 10 x 0,926

PV1 = 9,26 juta

Pada tahun kedua yaitu t = 2, dana dari kupon yang diterima adalah

C2 = 10 juta rupiah, uang ini akan diterima dua tahun yang akan datang, dan jika dikonversi ke saat ini, menjadi nilai sekarang atau present value maka

PV2 = 10 x 0,857

PV2 = 8,57 juta dan seterusnya sampai tahun ke tiga.

Nilai total PV merupakan penjumlahan seluruh nilai PV yang terdapat pada kolom (e). Total nilai PV adalah 105,15 juta rupiah, dan ini yang disebut sebagai nilai obligasi NO.

Uang yang akan diterima dari pembelian obligasi tersebut adalah 130 juta selama 3 tahun. Uang ini akan diterima nanti atau masa depan, bukan sekarang, atau hari ini. Jadi, dana yang akan diterima dari obligasi sebesar 130 juta rupiah selama tiga tahun sama dengan 105,15 juta rupiah saat ini,

Menghitung Keuntungan Investasi Obligasi

Nilai nominal obligasi adalah100 juta dan nilai sekarang obligasi (NO) adalah 105,15 juta rupiah, sehingga keuntungan dari pembelian obligasi tersebut adalah

=105,15 – 100

= 5,15 juta rupiah.

Contoh Soal Peritungan Nilai Obligasi Jatuh Tempo Dua Kali Setahun

Sebuah obligasi jangka pendek tiga tahun memiliki bunga kupon 10 persen yang dibayarkan setiap enam bulan. Nilai nominal obligasinya adalah 100 Juta rupiah. Hitung nilai obligasinya apabila suku bunga adalah 8 persen.

Jawab Dan Pembahasan

Karena dibayar dua kali dalam setahun maka perlu beberapa modifikasi besaran besaran berikut supaya bersesuaian dengan rumus standarnya.

N = 100 juta rupiah,

N = nilai tetap karena dibayar hanya pada saat jatuh tempo

t = disesuaikan menjadi seperti berikut

t = 2 x3, jadi total periode adalah 6 periode

t = 1 sampat dengan t = 6

n = disesuaikan menjadi seperti berikut

n = 2 x3 = 6

r = disesuaikan menjadi

r = 8%/2

r = 4%

Ct = nilai disesuaikan sehingga seperti berikut

Ct = dibayar dua kali setahun

Kupon = 10% sehingga

Ct = (10% x 100)/2

Ct = 5 juta rupiah

Rumus Menentukan Harga Obligasi Dengan Kupon Dibayar Dua Kali Setahun,

Besarnya nilai obligasi dengan bunga kupon dibayar dua kali dalam setahun dapat dinyatakan dengan rumus persamaan berikut.

\mathrm{ NO=\sum_{t=1}^{n}\frac{C_{t}}{(1+r)^{t}}+\frac{N}{(1+r)^{n}}}.

\mathrm{ NO=\frac{5}{(1+0,04)^{1}}+...+\frac{5}{(1+0,04)^{6}}+\frac{100}{(1+0,04)^{6}}}.

NO = 4,81+4,62+4,44+4,27+4,11+3,95+79,03

NO = 105,24 Juta rupiah

Menghitung Nilai Obligasi Dua Kali Setahun dengan Program / Aplikasi Excel

Hasil Perhitungan dalam table excel ditunjukkan seperti berikut. satuan uang dalam juta rupiah

Menghitung Nilai Obligasi Dua Kali Setahun dengan Program / Aplikasi Excel
Menghitung Nilai Obligasi Dua Kali Setahun dengan Program / Aplikasi Excel

Catatan Tabel Perhitungan Nilai Obligasi Dua Kali Setahun dengan Excel

Total dana yang akan diperoleh selama tiga tahun adalah 130 juta rupiah yang merupakan penjumlahan kolom b, atau dihitung cara berikut

= (6 x 5 juta) + 100

= 30 + 100

= 130 juta rupiah

PV = merupakan nilai Ct atau N yang dikonversi ke nilai sekarang

DF = Discounted Factor = 1/(1+r)t berfungsi sebagai konverter yang merubah nilai masa depan dari Ct dan N menjadi nilai sekarang.

Dengan  demikian, uang yang akan diterima dari pembelian obligasi tersebut adalah 130 juta selama 3 tahun. Uang ini baru akan diterima nanti, bukan sekarang, atau hari ini.

Jika uang 130 juta ini dikonversi ke saat ini atau menjadi nilai sekarang (present value, PV) maka nilainya adalah 105,24 juta rupiah. Jadi uang dengan nilai sekarang 105,24 juta rupiah ini yang disebut sebagai nilai obligasi NO.

Ini artinya , dana 130 juta rupiah yang akan diterima selama tiga tahun sama dengan 105,24 juta rupiah pada saat sekarang.

Menghitung Keuntungan Obligasi Dengan Bunga Kupon Dibayar Dua Kali Setahun.

Nilai nominal obligasi adalah100 juta dan nilai obligasi (NO) adalah 105,24 juta rupiah, sehingga keuntungan dari pembelian obligasi tersebut adalah

=105,24 – 100

= 5,24 juta rupiah.

Contoh Soal Perhitungan Yield To Maturity YTM Obligasi

Sebuah obligasi memiliki nilai nominal 500 juta rupiah dengan harga pasar 450 juta rupiah selama 5 tahun dan bunga kupon adalah 8 persen. Hitung Rate of Return atau yield to maturity YTM Obligasi tersebut:

Jawab

Rumus Menentukan Yield To Maturity YTM Obligasi

Besarnya nilai pasar obligasi NO dapat dinyatakan dengan menggunakan rumus persamaan berikut:

\mathrm{NO=\sum_{t=1}^{n}\frac{C_{t}}{(1+r)^{t}}+\frac{N}{(1+r)^{n}}}.

Bunga Kupon = 8%

Ct = 8% x 500 = 40 juta rupiah

N = Nilai nominal obligasi

N = 500 juta rupiah

NO = Nilai pasar obligasi

NO = 450 juta rupiah

n = 5 tahun

t = periode tahunan

r = Yield to Maturity YTM

Substitusikan ke dalam rumus seperti berikut

\mathrm{450=\frac{40}{(1+r)^{1}}+\frac{40}{(1+r)^{2}}+...+\frac{40+500}{(1+r)^{5}}}

Untuk mencari bunga pasar r yang menjadi yield to maturity YTM pada obligasi tersebut dapat dinyatakan dengan menggunakan rumus persamaan berikut

\mathrm{ NP=\sum_{t=1}^{n}\frac{C_{t}}{(1+r)^{t}}+\frac{N}{(1+r)^{n}}- NO}

Untuk mendapatkan nilai r yang menjadi nilai YTM, maka dengan menggunakan rumus tersebut dapat dihitung nilai present value PV dengan dua r yang berbeda yaitu r1 dan r2. Sehingga diperoleh NP1 dan NP2 seperti berikut

\mathrm{NP_{1}=\sum_{t=1}^{n}\frac{C_{t}}{(1+r_{1})^{t}}+\frac{N}{(1+r_{1})^{n}}- NO }.

\mathrm{ NP_{2}=\sum_{t=1}^{n}\frac{C_{t}}{(1+r_{2})^{t}}+\frac{N}{(1+r_{2})^{n}}- NO }

Dengan subsitusi nilai nilai variabelnya maka akan diperoleh nilai berikut

NP1 hasil dengan r1 dan

NP2 hasil dengan r2

Menghitung Yield To Maturity YTM Obligasi

Besarnya nilai yield to maturity YTM dapat dinyatakan dengan rumus persamaan berikut

\mathrm{ YTM=r_{1}-NP_{1}\left ( \frac{r_{2}-r_{1}}{NP_{2}-NP_{1}} \right )}

Menghitung Nilai Sekarang Present Value PV Dari Kupon dan Nominal Obligasi,

Untuk menyelesaikan soal tersebut diambil nilai r1 = 10% dan r2 = 11% dan nilai NP1 dan NP2 dihitung dengan menggunakan rumus seperti berikut.

\mathrm{ NP=\sum_{t=1}^{n}\frac{C_{t}}{(1+r)^{t}}+\frac{N}{(1+r)^{n}}- NO}.

Menghitung NP1 dengan r1 = 10%

\mathrm{NP_{1}=\frac{40}{(1+0,10)^{1}}+...+\frac{40}{(1+0,10)^{5}}+\frac{500}{(1+0,10)^{5}}-450}.

NP1 = 462,09 – 450

NP1 = 12,09 juta rupiah

Hasil Perhitungan Present Value terhadap Bunga Kupon dan nominal obligasi selama 5 tahun dengan bunga pasar 10% dapat dilihat pada table berikut. Cara perhitungan seperti pada soal sebelumnya. Satuan uang dalam juta rupiah.

Menghitung Nilai Sekarang Present Value PV Dari Kupon dan Nominal Obligasi,
Menghitung Nilai Sekarang Present Value PV Dari Kupon dan Nominal Obligasi,

Dari table diketahui

Total PV1 = 462,09 juta rupiah

r1 = 10 % dan NO dari soal

NO = 450 juta

NP1 = TPV1 – NO

TPV1 = total PV1

NO = nilai pasar obligasi

NP1 = 462,09 – 450

NP1 = 12,09 juta rupiah

Menghitung Nilai Sekarang Present Value PV Dari Kupon dan Nominal Obligasi dengan bunga r2 = 11%

\mathrm{NP_{2}=\frac{40}{(1+0,11)^{1}}+...+\frac{40}{(1+0,11)^{5}}+\frac{500}{(1+0,11)^{5}}-450}.

NP2 = 444,56 – 450

NP2 = -5,44 juta rupiah

Hasil Perhitungan Present Value terhadap Bunga Kupon dan nominal obligasi selama 5 tahun dengan bunga pasar 11% dapat dilihat pada table berikut. Cara perhitungan seperti pada soal sebelumnya. Satuan uang dalam juta rupiah.

Menghitung Nilai Sekarang Present Value PV Dari Kupon dan Nominal Obligasi dengan Excel
Menghitung Nilai Sekarang Present Value PV Dari Kupon dan Nominal Obligasi dengan Excel

Dari table diketahui

Total PV2 = 444,56 juta

r2 = 11%

NO = 450 juta

NP2 = TPV2 – NO

TPV2 = Total PV2

NP2 = 444,56 – 450

NP2 = -5,44 juta rupiah

Menghitung Yield to Maturity YTM

Dengan demikian yield to maturity YTM dapat dihitung seperti berikut

\mathrm{ YTM=r_{1}-NP_{1}\left ( \frac{r_{2}-r_{1}}{NP_{2}-NP_{1}} \right )}

Dengan keterangan

r1 = 10 %

NP1 = 12,09 juta rupiah

r2 = 11%

NP2 = -5,44 juta rupiah

Substitusikan semua variable ke rumus persamaan YTM

\mathrm{ YTM=0,10-12,09\left ( \frac{0,11-0,10}{-5,44-12,09} \right )}

YTM = 10% – 12,09 (1%/-17,53)

YTM = 0,10 – 12,09 (-0,00057)

YTM = 0,10 + 0,00689

YTM = 0,1069

YTM = 10,69%

Jadi yield to maturity YTM adalah 10,69%

Catatan

Jika nilai YTM ini dimasukan ke rumus berikut

\mathrm{ NO=\sum_{t=1}^{n}\frac{C_{t}}{(1+r)^{t}}+\frac{N}{(1+r)^{n}}} .

r = YTM = 10,69 %

N = 500

Ct = 40

n = 5

t = 1, 2, 3, 4, 5

Maka hasilnya

NO = 450 juta rupiah, yang merupakan harga pasar obligasi

Yield to Maturity Zero Coupon Bond

Tidak adanya pembayaran kupon menyebabkan satu-satunya aliran kas yang bisa diperoleh investor dari obligasi adalah pelunasan obligasi pada saat jatuh tempo.

Yield to maturity YTM ditentukan dengan menyamakan nilai sekarang dari nilai par dengan harga obligasi:

\mathrm{NO=\frac{N}{(1+r)^{2n}}}. atau

r = (N/NO)1/2n – 1

Contoh Soal Perhitungan Yield to Maturity Zero Coupon Bond

Sebuah zero coupon bond yang akan jatuh tempo dalam 5 tahun dengan nilai par Rp 2000. Pada saat ini obligasi tersebut dijual pada harga Rp 1500.

Jawab

Menghitung Yield to Maturity Zero Coupon Bond

Besarnya Yield to maturity zero coupon bond dapat dinyatakan dengan menggunakan rumus persamaan berikut

r = (N/NO)1/2n – 1

r = YTM (dalam 6 bulan)

N = 2000

NO = 1500

n = 5 tahun

r = (2000/1500)1/10 – 1

r = (1,333)1/10 – 1

r = 1,0292 – 1

r = 0,0292 = 2,92%

Yield to call YTC Obligasi

Yield to call (YTC) adalah yield yang diperoleh pada obligasi yang bisa dibeli kembali (callable).

Obligasi yang callable, berarti bahwa emiten bisa melunasi atau membeli kembali obligasi yang telah diterbitkannya dari tangan investor yang memegang obligasi tersebut, sebelum jatuh tempo.

Contoh Soal Perhitungan Yield to Call (YTC) Obligasi

Sebuah obligasi yang callable jatuh tempo 10 tahun lagi dan kupon yang diberikan adalah 12%. Nilai par obligasi tersebut adalah Rp1.000 dan saat ini dijual pada harga Rp 1500

Kemungkinan obligasi tersebut akan dilunasi oleh emiten 5 tahun lagi dengan call price sebesar Rp1.200. Berapakah YTC obligasi ini?

Seandainya materi ini memberikan manfaat, dan anda ingin memberi dukungan Donasi pada ardra.biz, silakan kunjungi SociaBuzz Tribe milik ardra.biz di tautan berikuthttps://sociabuzz.com/ardra.biz/tribe

Daftar Pustaka:

  1. Kasmir, 2011, “Analisis Laporan Keuangan”, Edisi Pertama, Rajawli Pers, Jakarta.
  2. Kuswadi, “Analisis Keekonomian Projek”, Edisi Pertama, CV Andi Offset, Penerbit Andi, Yogyakarta.
  3. Sartono, Agus, R., “ 2001, “Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi”, Edisi Keempat, BPFE Yogyakarta, Yogyakarta.
  4. Joesoef, Jose Rizal, 2008, “Pasar Uang dan Pasar Valuta Asing”, Salemba Empat, Jakarta.
  5. Darmawi, Herman, 2006, “Pasar Finansial dan Lembaga Lembaga Finansial”, Cetakan Pertama, PT Bumi Arta, Jakarta.
  6. Mishkin, S., Frederic, 2008’ “Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Uang”, Edisi Kedelapan, Salemba Empat, Jakarta.

Pengendalian Sistem Pencatatan Dana Kas Kecil: Pengertian Imprest Fluctuating

Pengertian Kas. Kas adalah aktiva lancar yang paling likuid dalam sebuah perusahaan baik tunai maupun non tunai yang beraada di bank yang dapat digunakan setiap saat untuk kegiatan operasional perusahaan.

Kas terdiri atas saldo kas (cash on hand) dan rekening giro (demand deposits). Kas adalah aset yang paling likuid, perusahaan biasanya mengklasifikasikan kas sebagai aktiva lancar.

Kas merupakan alat pembayaran atau pertukaran yang digunakan sebagai dasar pengukuran dalam akuntansi.

Kas menurut pengertian akuntansi adalah alat pertukaran yang dapat diterima untuk membayar utang dan dapat diterima sebagai suatu setoran ke bank dengan jumlah sebesar nominalnya.

Agar dapat dilaporkan sebagai kas, maka kas bersangkutan harus siap untuk digunakan sebagai alat pembayaran kewajiban lancar dan harus bebas dari ikatan kontraktual yang membatasi penggunaannya.

Contoh Kas adalah uang kertas, uang logam, cek yang belum disetorkan, simpanan dalam bentuk giro atau bilyet, rekening tabungan, traveller’s checks, cek kasir (cashier’s cheks), wesel bank (bank draft), money order, kas kecil, uang kembalian, kas yang ada di cabang cabang tetap.

Setara Kas Cash Equivalent

Setara kas atau cash equivalent adalah investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka pendek, dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah yang dapat ditentukan dan memiliki risiko perubahan nilai yang tidak signifikan.

Contoh Setara Kas adalah commercial paper jangka pendek, money market, serta surat surat berharga lainnya.

Syarat Syarat Aset Setara Kas

Adapun syarat aset yang masuk kriteria setara kas adalah

a). Setiap saat dapat ditukar dengan kas

b). Tangga jatuh tempo sangat singkat tiga bulan atau kurang

c). Perubahan nilai ketiak ditukar kas sangat kecil atau tidak berarti

Jenis Aset Yang Tidak Termasuk Kas

Yang tidak termasuk kas meliputi:

1). Cek mundur (post dated checks), Cek mundur tetap dicatat sebagai piutang sampai tanggal di mana cek tadi dapat diuangkan.

2). Bon utang Bon,  utang diperlakukan sebagai piutang.

3). Uang muka perjalanan, Uang muka perjalanan diperlakukan sebagai piutang jika uang muka tersebut akan ditagih dari karyawan atau dikurangkan dari gajinya.

4). Perangko pos, Perangko pos diperlakukan sebagai persediaan perlengkapan (supplies) kantor atau toko atau sebagai beban dibayar dimuka.

5). Dana kas untuk tujuan khusus misalnya dana yang disisihkan untuk pembayaran utang obligasi.

Fungsi Atau Motif Kas Perusahaan

Beberapa motif (dorongan) yang menyebabkan perusahaan perlu memiliki sejumlah kas. Dorongan-dorongan inilah yang menentukan jumlah kas yang harus dimiliki perusahaan. Motif-motif tersebut sebagai berikut

a). Kas Untuk Motif Transaksi, artinya uang kas digunakan untuk melakukan pembelian dan pembayaran, Contoh motif transaksi kas adalah untuk transaksi pembelian barang atau jasa, pembayaran gaji, upah utang, dan pembayaran lainnya.

b). Kas Untuk Motif Berjaga-Jaga, artinya uang kas digunakan untuk antisipasi kalau sewaktu- waktu dibutuhkan uang kas untuk keperluan yang tidak kontinu dan tidak terduga. Contoh motif berjaga jaga kas adalah pada saat perusahaan mengalami kerugian tertentu dan harus menutupi kerugian tersebut sesegera mungkin.

c). Kas Untuk Motif Spekulatif, artinya uang kas digunakan untuk mengambil keuntungan dari kesempatan yang mungkin timbul di waktu yang akan datang, seperti turunnya harga bahan baku secara tiba-tiba akan menguntungkan perusahaan dan diperkirakan kemungkinan akan meningkat dalam waktu yang tidak terlalu lama.

d). Motif compensating balance sebenarnya lebih merupakan keterpaksaan perusahaan akibat meminjam sejumlah uang di bank. Apabila perusahaan meminjam uang di bank, biasanya bank menghendaki perusahaan tersebut agar meninggalkan sejumlah uang di dalamrekeningnya. Misalnya, suatu perusahaan meminjam dana dari bank sebesar Rp500 juta dan bank mengharuskan perusahaan memiliki simpanan di bank tersebut dengan saldo Rp50 juta. Jumlah inilah yang disebut sebagai compensating balance.

Faktor Yang Mempengaruhi Kas

Beberapa faktor yang nemengaruhi jumlah uang kas perusahaan diantaranya adalah:

a). Penerimaan dari hasil penjualan barang dan jasa. Artinya; perusahaan  melakukan penjualan barang, balk secara tunai maupun secara kredit, Bila dilakukan secara tunai, maka otoniatis langsung berpengaruh terhadap kas. Akan tetapi jika dilakukan secara angsuran, maka perubahan ini akan terjadi untuk beberapa saat ke depan. Perubahan tentunya akan menyebabkan uang kas bertambah.

b). Pembelian barang dan jasa, artinya perusahaan membeli sejumlah barang, balk bahan bake, bahan tambahan, atau barang keperluan lainnya, yang tentunya akan berakibat mengurangi jumlah uang kas.

c). Pembayaran biaya- biaya operasional. Dalam hal ini perusahaan mengeluarkan sejumlah biaya yang sudah menjadi kewajiban perusahaan untuk rnembiayai aktivitas perusahaan, seperti mernbayar gaji, upah, telepon, listrik, pajak, biaya pemeliharaan yang tentunya akan mengakibatkan uang kas akan berkurang.

d). Pengeluaran untuk membayar angsuran pinjaman. Artinya,  jika dalam memperoleh sumber dana perusahaan melakukan pinjaman  ke bank atau ke lembaga lain, maka perusahaan tentu akan akan  membayar angsuran (cicilan) pinjaman tersebut, selama beberapa  waktu, hal ini tentunya akan mengakibatkan berkurangnya uang  kas.

e). Pengeluaran untuk investasi. Hal ini dilakukan bila perusahaan hendak melakukan penambahan kapasitas produksi seperti pembelian mesin-mesin baru, atau pembangunan gedung atau pabrik baru..Hal lain dapat juga terjadi bila perusahaan hendak melakukan ekspansi ke bidang usaha lainnya.

f). Penerimaan dari pendapatan, artinya perusahaan memperoleh tambahan kas dart pendapatan, baik yang berkaitan langsung dengan kegiatan perusahaan maupun pendapatan yang tidak langsung. Jelas bahwa pendapatan ini akan nnemengaruhi jumlah uang kas.

g). Penerimaan dari pinjaman. Dalam hal ini perusahaan memperoleh sejumlah uang dari lembaga peminjam, seperti bank atau lembaga keuangan lainnya. Pinjaman ini akan menambah jumlah uang kas cialam periocle tersebut.

Sumber Sumber Penerimaan Kas

Beberapa sumber penerimaan kas yang dapat dipenuhi di luar dari pinjaman yang disediakan kreditor yaitu;

a). Penjualan barang secara tunai. Artinya perusahaan menjual produknya, baik berupa barang maupun jasa dengan pembayaran secara tunai, sehingga menghasilkan uang kas.

b). Pembayaran piutang oleh pelanggan. Dalam hal ini perusahaan harus berupaya untuk mengintensifkan pembayaran piu tang dari pelanggan. terutama piutang yang sudah jatuh tempo, jangan sampai petanggan rnenunggak, sehingga menghambat penerimaan kas.

c). Hasil penjualan aktiva tetap. Kondisi seperti ini jarang terjadi kecuali perusahaan sedang benar-benar mengalami kesulitan. Kalaupun terjadi biasanya aktiva tetap yang dijual diprioritaskan aktiva tetap yang kurang atau sudah tidak produktif lagi.

d). Penjualan saham dalam bentuk kas. Artinya perusahaan mengeluarkan saham yang belum dijual kemudian dilepas ke pemegang saham dengan syarat pembayarannya dilakukan secara tunai.

e). Pengeluaran surat utang jangka pendek, Dalam hal ini perusahaan yang menerbitkan surat utang jangka pendek seperti wesel yang jangka waktunya tidak lebih dari 1 tahun.

f). Pengeluaran surat utang jangka panjang. Artinya perusahaan menerbitkan surat utang yang memiliki jangka waktu icbi.h clari 1 tahun seperti obligasi,

g). Penerimaan dari sewa, sumber ini diperoleh perusahaan dart hasil sewa terhadap aktiva yang dimiliki kepada pihak lain dalani waktu tertentu.

h). Penerimaan dari sumbangan. Dalarn praktiknya untuk perusahaan komersial penerimaan sumbangan jarang tetlacli,, namun untuk usaha sosial hal seperti ini seeing terjadi.

i). Pengembalian kelebihan pajak. Artinya, adanya kelebihan pembayaran pajak pada masa lalu akibat salah perhitungan dan kemudian dikembalikan ke perusahaan.

Jenis Penggunaan Kas

Berikut ini hal-hal yang menyebabkan berkurangnya uang kas perusahaan, yaitu:

a). Pembelian barang secara tunai, artinya perusahaan membeli sejumlah barang baik barang dagangan untuk perusahaan dagang maupun bahan baku (bahan memah) untuk industri di mana pernbayarannya dilakukan secara tunai (cash).

b). Pembayaran biaya seperti gaji dan upah, merupakan pengeluaran untuk kegiatan rutin operasional perusahaan terhadap karyawannya, balk secara bulanan maupun secara mingguan.

c). Pembayaran sewa, hal ini dilakukan apabila perusahaan melakukan penyewaan baik terhadap tanah, gedung, kendaraan, mesin-mesin, atau peralatan lainnya.

d). Pcmbayaran asuransi, artinya perusahaan mengeluarkan sejumlah dana untuk perlindungan usphanya dalam bentuk premi asuransi.

e). Pembayaran pajak, yaitu banyak yang harus dibayar dan merupakan kewajiban perusahaan baik pajak balan matt pun pajak-pajak lainnya yang berkaitan dengan usaha perusahaan.

f). Pembayaran iklan atau promos; la innya, yaitu biaya ini dikeluarkan oleh perusahaan dalam rangka mempromosikan produk perusahaan agar masyarakat tertarik untuk membelinya.

g). Pembayaran persekot, artinya perusahaan membayar sejumlah uang sebagai uang muka baik terhadap pcmbelian barang atau pengerjaan suatu kegiatan perusahaan.

h). Pembayaran angsuran pinjaman berupa pokok dan bunga, hal ini dilakukan apabila perusahaan memiliki pinjaman terhadap pihak lain misalnya bank. Biasanya pembayaran angsuran pinjaman dilakukan setiap bulan.

i). Pembelian surat berharga jangka pendek (wesel): dalam hal ini perusahaan membeli surat bcrharga yang usianya tidak lebih dari 1 tahun seperti wesel atau sertifikat deposito.

j). Pembelian surat berharga jangka panjang, dalam hal ini surat befnarga yang dibeli usianya lebih dari 1 tahun, baik berbentuk obligasi maupun saham.

k). Penarikan kembali saham yang beredar, artinya perusahaan membeli saham mereka yang sudah dijual untiik maksud -maksuci tertentu.

l). Pengambilan kas oleh pernilik, dalam hal ini pemilik perusahaan mengambil sejumlah uang untuk keperluan tertentu.

Pengendaian Kas

Prinsip pengendalian internal terhadap kas menetapkan bahwa harus ada pemisahan fungsi-fungsi yang berhubungan dengan pengelolaan kas yaitu pemisahan antara fungsi penyimpanan, pelaksana dan pencatatan.

Jenis Pengendalian Kas

Ada beberapa macam pengendalian terhadap kas :

a).  Terdapat pemisahan tugas antara yang melakukan otorisasi  dengan pemegang kas, pencatat

b). Penggunaan tempat penyimpanan kas yang aman seperti brankas dan sejenisnya

c). Pengeluaran kas dengan cek sehingga terdapat pengendalian pencatatan oleh pihak lain

d). Penerimaan kas dilakukan dengan cek sehingga terdapat pengendalian pencatatan oleh pihak lain

e). Rekonsiliasi bank antara pencatatan perusahaan dengan rekening koran bank

f). Pencatatan kas keluar dan masuk menggunakan no urut

g). Menggunakan system voucer

Tujuan Pengendalian Kas :

a).  Mengamankan, mencegah pemorosan dan penyalahgunaan  kas

b). Menjamin ketelitian dan dapat dipercaya/tidaknya dana akuntansi tentang kas

c). Mendorong dicapainya efisiensi

d).  Dipatuhinya kebijakan manajemen tentang kas

Prinsip- Prinsip Pengendalian Kas

1). Pembentukan pertanggungjawaban

2). Adanya pemisahan tugas secara tegas

3). Prosedur dokumentasi harus dimiliki perusahaan

4). Pengendalian secara fisik, mekanik, dan elektronik

5). Verifikasi internal yang independen harus ada

Unsur unsur pengendalian kas :

a). Lingkungan   pengendalian:   menetapkan   corak   suatu organisasi, mempengaruhi kesadaran pengendalain orang- orangnya.

b). Penaksiran risiko: identifikasi entitas dan analisis terhadap risiko yang relevan untuk mencapai tujuannya, membentuk suatu dasar untuk menentukan bagaimana risiko harus dikelola.

c). Aktivitas  pengendalian:  kebijakan  dan  prosedur  yang membantu menjamin bahwa arahan manajemen dilaksanakan.

d). Informasi dan komunikasi: pengidentifikasian, penangkapan, dan pertukaran informasi dalam suatu bentuk dan waktu yang memungkinkan orang melaksanakan tanggung jawab mereka.

e). Pemantauan:  proses  yang  menentukan  kualitas  kinerja pengendalian intern sepanjang waktu.

Dana Kas Kecil

Kas kecil adalah uang kas yang disediakan untuk membayar pengeluaran pengeluaran yang jumlahnya relative kecil dan tidak ekonomis bila dibayar dengan cek. Pengelola kas kecil adalah kasir yang bertanggung jawab terhadap pembayaran- pembayaran melalui kas kecil.

Sistem Metoda Pencatatan Dana Kas Kecil

Terdapat dua jenis sistem pencatatan Dana Kas Kecil yaitu sistem Imprest dan  metode fluctuating system.

1). Kas Kecil Metoda Imprest System

Didalam metode sistem ini jumlah dalam rekening kas kecil selalu tetap, yaitu sebesar cek yang diserahkan kepada kasir kas kecil untuk membentuk dana kas kecil. Setiap  pengeluaran  kas terjadi, pemegang kas kecil tidak serta merta langsung mencatatnya, tetapi hanya sekedar mengumpulkan bukti transaksi pengeluarannya.

Oleh kasir kas kecil, cek tadi diuangkan ke dalam bank dan uangnya digunakan untuk membayar pengeluaran pengeluaran kecil.

Setiap kali melakukan pembayaran kasir kas kecil harus membuat bukti pengeluaran harus disimpan bersama dengan sisa uang yang ada dalam peti kas (cash box).

Apabila jumlah kas kecil tinggal sedikit dan juga pada akhir periode, kasir kas kecil akan minta pengisian kembali kas kecilnya sebesar jumlah yang sudah dibayar dari kas kecil. Dengan cara ini jumlah uang dalam kas kecil kembali lagi seperti semula.

2).  Kas Kecil Metoda Fluctuating system

Metode  pembukuan  kas  kecil  di  mana  rekening  kas kecil jumlah akan selalu berubah-ubah (sesuai dengan kebutuhan).  Artinya saldo awal setelah pembentukan akan berbeda diabndingkan dengan saldo setelah pengisian kembali. Hal inilah yang membedakannya dengan sitem imprest.

Sistem   ini   menghendaki   bahwa  jumlah nominal  kas  kecil tidak ditetapkan  akan tetapi sesuai dengan kebutuhan.

Penggunaan metode fluktuasi dan prosedur pencatatannya dijelaskan sebagai berikut:

a). Pada saat pembentukan dana kas kecil akan dilakukan pencatatan dengan mendebit akun kas kecil dan mengkredit akun kas

b). Setiap ada pengeluaran kas kecil langsung dilakukan pencatatan dengan mendebit akun biaya dan mengkredit akun kas kecil

c). Pengisian kembali dapat dilakukan sebesar jumlah yang sama, lebih besar ataupun lebih kecil seperti pada saat pembentukan tanpa memperhatikan berapa kas kecil yang sudah dikeluarkan.

Daftar Pustaka:

  1. Yusup, Al., Haryono, 2005, ”Dasar Dasar Akuntansi”, Jilid 1, Edisi Keempat, Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Yogyakarta.
  2. Kasmir, 2011, “Analisis Laporan Keuangan”, Edisi Pertama, Rajawli Pers, Jakarta.
  3. Kuswadi, “Analisis Keekonomian Projek”, Edisi Pertama, CV Andi Offset, Penerbit Andi, Yogyakarta.
  4. Sartono, Agus, R., “ 2001, “Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi”, Edisi Keempat, BPFE Yogyakarta, Yogyakarta.
  5. Joesoef, Jose Rizal, 2008, “Pasar Uang dan Pasar Valuta Asing”, Salemba Empat, Jakarta.
  6. Darmawi, Herman, 2006, “Pasar Finansial dan Lembaga Lembaga Finansial”, Cetakan Pertama, PT Bumi Arta, Jakarta.
  7. Mishkin, S., Frederic, 2008’ “Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Uang”, Edisi Kedelapan, Salemba Empat, Jakarta.

Perhitungan Payback Period, NPV, IRR, Pengertian Rumus Contoh Soal

Pengertian. Payback Period atau Periode masa pulang modal sering disebut juga dengan Pay Out Time merupakan metode yang digunakan untuk menghitung lama periode yang diperlukan untuk mengembalikan uang modal yang telah diinvestasikan dari aliran kas masuk (atau net cash flow atau Proceeds) tahunan yang dihasilkan oleh proyek investasi tersebut.

Apabila cash flow setiap tahunnya jumlahnya sama, maka Payback Period (PP) dari suatu investasi dapat dihitung dengan cara membagi jumlah investasi (outlays) dengan cash flow tahunan.

Rumus yang digunakan untuk menghitung Payback Period (PP) adalah sebagai berikut.

PP = I/RNCF

Keterangan

PP = payback period, tahun

I = Nilai sekarang investasi

RNCF = rata rata net cash flow tahunan

Untuk menghitung Payback Period (PP) yang mempunyai nilai net cash flow yang tidak sama setiap tahunnya maka dihitung akumulasi net cash flow -nya terlebih dahulu sehinga diperoleh akumulasi kas masuk (nol).

Kriteria Kelayakan Payback Period

Kriteria kelayakan penerimaan investasi menggunakan metode Payback Period adalah suatu investasi yang diusulkan dinyatakan layak jika Payback Period lebih pendek dibandingkan periode payback maksimum.

Sebaliknya, jika Payback Period (PP) suatu investasi lebih panjang daripada period payback maksimum maka investasi tersebut dinyatakan tidak layak. Apabila terdapat beberapa alternatif investasi maka untuk menentukan alternatif terbaik dilakukan pemilihan investasi yang mempunyai Payback Period yang paling pendek.

Kelebihan dan Kekurangan Payback Period

Metode Payback Period (PP) sebagai alat analisis untuk menentukan tingkat pengembalian investasi mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut.

Kelebihan Payback Period

1). Mudah dihitung, tidak memerlukan data yang banyak.

2). Berdasrkan pada cash basis, bukan accrual basis.

3). Cukup akurat untuk mengukur nilai investasi yang diperbandingkan untuk beberapa kasus dan bagi pembuat keputusan

4). Dapat diguakan untuk melihat hasil-hasil yang dapat diberbandingkan dan mengabaikan alternatif- alternatif investasi yang buruk (tidak menguntungkan)

5). Menekankan pada alternatif- alternatif investasi yang memililki periode pengembalian lebih cepat.

Kelemahan Payback Period

1). Tidak mampu memberikan informasi tentang tingkat profitabilitas investasi

2). Tidak memperhitungkan nilai waktu uang

3). Sulit membuat kesimpulan jika terdapat dua peluang investasi atau lebih yang emiliki umur ekonomis yang tidak sama

4). Tidak memperhitungkan pengembalian investasi setelah melewati waktu Payback Period

Contoh Soal Perhitungan Payback Period Dengan Net Cash Flow Sama

Sebuah proyek investasi memiliki nilai investasi 750 miliar rupiah dengan aliran kas bersih atau net cash flow setiap tahunnya adalah 250 miliar rupiah. Jangka waktu proyek adalah lima tahun. Hitung Payback Period proyek tersebut.

Jawab

Menghitung Payback Period Cara 1

Besarnya Payback Period dapat dinyatakan dengan menggunakan rumus persamaan berikut

PP = I/RNCF

PP = payback period

I = Nilai sekarang investasi

RNCF = rata rata net cash flow

PP = 750/250

Payback Period = 3 tahun

Menghitung Payback Period Cara 2

Menentukan Payback Period Dengan Mengakumulasi net cash flow selama proyek berjalan seperti ditampilkan dalam table berikut, satuan uang dalam miliar rupiah

Menentukan Payback Period Dengan Mengakumulasi net cash flow
Menentukan Payback Period Dengan Mengakumulasi net cash flow

Pada tahun 0, nilai akumulasi adalah nilai investasi awal sebesar 750 miliar rupiah dan bertanda negative.

Pada tahun 0, akumulasinya adalah

Akum0 = -750

Pada tahun 1, akumulasinya adalah

Akum1 = -750 + 250 = -500

Pada tahun 2, akumulasinya adalah

Akum2 = -500 + 250 = -250

dan seterusnya sampai tahun ke 5

Akumulasi net cash flow sama dengan nol terjadi pada tahun ke 3. Ini artinya payback period adalah tiga tahun.

Contoh Soal Perhitungan Payback Period Dengan Net Cash Flow Berdeda

Sebuah proyek investasi memiliki nilai investasi 750 miliar rupiah dengan aliran kas bersih atau net cash flow setiap tahunnya berbeda (uang dalam satuan miliar rupuah). Jangka waktu proyek adalah lima tahun. Hitung Payback Period proyek tersebut.

Membuat Tabel Akumulasi Net Cash Flow

Nilai akumulasi dari net cash flow proyek tersebut dapat dilihat pada tabel berikut. satuan uang dalam miliar rupiah

Membuat Tabel Akumulasi Net Cash Flow
Cara Membuat Tabel Akumulasi Net Cash Flow

Pada tahun 1, akumulasinya adalah

Akum1 = -750 + 150 = -600

Pada tahun 2, akumulasinya adalah

Akum2 = -600 + 200 = -400

dan seterusnya sampai tahun ke 5

Akumulasi net cash flow sama dengan nol terjadi antara tahun ke 3 dan tahun ke 4.  Ini artinya payback period adalah tiga tahun lebih.

Cara Menentukan Akumulasi Net Cash Flow Sama Dengan Nol Pada Payback Periode

Tahun dimana akumulasi net cash flow sama dengan nol dapat dinyatakan dengan rumus berikut;

PP = 3 + (150/350)

PP = 3,4 tahun

Jadi payback period PP investasi pada proyek adalah 3,4 tahun.

Net Present Value NPV

Net Present Value (NPV) ialah nilai sekarang dari seluruh aliran kas mulai sekarang sampai akhir proyek.

Metode Net Present Value merupakan metode yang dilakukan dengan cara menghitung selisih antara nilai sekarang dari aliran kas masuk bersih (proceeds) dengan nilai sekarang dari biaya pengeluaran suatu investasi (outlays).

Oleh karena itu, untuk melakukan perhitungan kelayakan investasi dengan metode NPV diperlukan data aliran kas keluar awal (initial cash outflow), aliran kas masuk bersih di masa yang akan datang (future net cash inflows), dan rate of return minimum yang diinginkan.

Rumus Net Present Value

Besarnya Net Present Value  dapat dinyatakan dengan menggunakan rumus persamaan berikut:

\mathrm{NPV=\sum_{t=1}^{n}\frac{CF_{t}}{(1+r)^{t}}-I}.

CFt = aliran kas masuk pada periode t

I = nilai sekarang investasi, net outlay,

r = discount rate,

t = tahun

n = umur investasi, atau proyek

atau

NPV = ∑ PV Cash Flow – PV Investment

PV = present value

atau

NPV = TPVCF – I

NPV = net present value

TPVCF = total present value net cash flow

I = Nilai sekarang investasi, net outlay,

Kriteria Kelayakan Net Present Value (NPV)

Kriteria kelayakan penerimaan investasi menggunakan metode Net Present Value (NPV) adalah suatu investasi yang diusulkan dinyatakan layak jika Net Present Value (NPV)lebih besar dari nol atau bernilai positif.

Sebaliknya, jika Net Present Value (NPV) suatu investasi lebih kecil dari nol atau bernilai negative, maka investasi tersebut dinyatakan tidak layak.

Apabila terdapat beberapa alternatif investasi maka untuk alternatif investasi yang terbaik dipilih dengan cara menentukan alternatif investasi yang mempunyai Net Present Value yang paling besar.

Kelebihan dan Kekurangan

Metode Net Present Value (NPV), sebagai alat analisis untuk menentukan tingkat pengembalian investasi, mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut

Kelebihan Metode Net Present Value

  1. Memperhitungkan tingkat bunga yang sebenarnya
  2. Mudah diterapkan karena tidak menggunakan pendekatan trial and error
  3. Mudah menyesuaikan dengan risiko, yaitu dengan menggunakan tingkat bunga yang berbeda untuk tahun- tahun berikutnya

Kekurangan Metode Net Present Value

  1. Sulitnya menentukan rate minimum yang diinginkan
  2. Tidak menunjukkan rate of return sebenarnya
  3. Adanya sumsi bahwa semua aliran kas masuk bersih segera dapat diinventariskan kembali pada rate yang dipilih.

Contoh Soal Perhitungan Metode Net Present Value (NPV)

Sebuah proyek investasi memiliki nilai investasi 750 miliar rupiah dengan aliran kas bersih atau net cash flow setiap tahunnya adalah 250 miliar rupiah. Jangka waktu proyek adalah lima tahun. Hitung nilai Net Present Value dari proyek tersebut jika discount rate r adalah 10 persen

Jawab

Menghitung Net Present Value NPV

Besarnya net present value dapat dinyatakan dengan menggunakan rumus persamaan berikut

\mathrm{NPV=\sum_{t=1}^{n}\frac{CF_{t}}{(1+r)^{t}}-I}.

diketahui

CFt = 250 miliar

r = 8%

I = 750 miliar

n = 5

substitusikan ke rumus seperti berikut

\mathrm{NPV=\frac{250}{(1+0,08)^{1}}+...+\frac{250}{(1+0,08)^{5}}-750}.

NPV = 947,7 – 750

NPV = 197,70 miliar rupiah

Untuk mempermudah, bisa dibuatkan table seperti berikut. Satuan uang dalam miliar rupiah.

Contoh Soal Perhitungan Metode Net Present Value (NPV)
Contoh Soal Perhitungan Metode Net Present Value (NPV)

Dengan keterangan

CF = net cash flow yang diterima pada periode t

r = discount rate

1/(1 + r)t = discount factor

t = tahun

PV = present value dari CF

Menghitung Present Value Untuk Net Cash Flow

Besar present value untuk tiap tahun dapat dinyatakan dengan rumus berikut

PV = CF x 1/(1 + r)t

Dari rumusya diketahui bahwa nilai Present Value PV merupakan nilai net cash flow CF yang akan diterima mulai tahun ke 1 sampai tahun ke 5 yang dikonversi oleh discount factor.

Discount factor merupakan besaran yang tergantung pada discount rate atau bunga. Semakin besar nilai discount rate, semakin kecil nilai discount factornya, sehingga present value nya menjadi semakin kecil juga.

Present Value Net Cash Flow Tahun ke 1

PV1 = 250 x 1/(1 + 10%)1

PV1 = 250 x 0,9091

PV1 = 227,27 miliar rupiah

Present Value Net Cash Flow Tahun ke 2

PV2 = 250 x 1/(1 + 10%)2

PV2 = 250 x 0,8264

PV2 = 206,61 miliar rupiah dan seterunya sampai tahun ke lima

Menghitung Total Present Value Net Cash Flow

Total Present Value (PV) Net Cash Flow adalah penjumlahan seluruh net cash flow selama periode proyek yaitu 5 tahun. Dari table diketahui bahwa total PV net cash flow untuk proyek adalah 947,70 miliar rupiah.

Menghitung Net Present Value NPV

Besarnya net present value NPV dapat dinyatakan dengan rumus berikut

NPV = TPVCF – I

NPV = net present value

TPVCF = total present value net cash flow

I = nilai sekarang investasi, net outlay,

NPV = 947,70 – 750

NPV = 197,70 miliar rupiah

NPV > 0,

Kerena NPV > 0 maka Proyek atau investasi dapat diterima atau layak untuk dilakukan.

Metode Internal Rate of Return (IRR)

Metode Internal Rate of Return (IRR) pada dasarnya merupakan metode untuk menghitung tingkat bunga yang dapat menyamakan antara present value dari semua aliran kas masuk dengan aliran kas keluar dari suatu investasi proyek.

Atau dengan kata lain, Laju pengembalian internal adalah laju pengembalian yang menghasilkan NPV aliran kas masuk sama dengan NPV aliran kas keluar.

Pada metoda NPV, analisis dilakukan dengan menentukan terlebih dahulu besarnya laju pengembalian (diskonto rate (r)), kemudian dihitung nilai sekarang bersih (NPV) dari aliran kas keluar dan aliran kas masuk. Besarnya IRR atau laju pengembalian yang dicari adalah yang memberikan kondisi NPV = 0

Jadi, pada prinsipnya metode ini digunakan untuk menghitung besarnya rate of return yang sebenarnya. Pada dasarnya Internal Rate of Return (IRR) harus dicari dengan trial and error.

Rumus yang digunakan untuk menghitung Internal Rate of Return (IRR) adalah sebagai berikut.

NPV = 0

atau

\mathrm{0=\sum_{t=1}^{n}\frac{CF_{t}}{(1+r)^{t}}-I}.

r = IRR

atau

\mathrm{IRR = r_{1}-NPV_{1}\frac{r_{2}-r_{1}}{NPV_{2}-NPV_{1}}}. atau

IRR = r1 – [NPV1 x (r2 – r1)/(NPV1 – NPV2)]

Dengan Keterangan

IRR = Internal Rate of Return

r1 = Tingkat bunga pertama

r2 = Tingkat bunga kedua

NPV1 = Net Present Value ke-1 (dengan r1)

NPV2 = Net Present Value ke-2 (dengan r2)

Kelebihan dan Kekurangan Metode Internal Rate of Return (IRR)

Metode Internal Rate of Return (IRR), sebagai alat analisis untuk menentukan tingkat pengembalian investasi mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut.

Kelebihan Metode Internal Rate of Return (IRR)

  1. Menghindari pemilihan rate of return minimum yang diinginkan
  2. Memperoleh rate of return yang sebenarnya
  3. Berdasarkan preferensi rate of return yang sebenarnya bukan sekadar selisih NPV
  4. Tidak memiliki beban untuk menginvestasikan kembali seperti yang digambarkan pada metode NPV

Kekurangan Metode Internal Rate of Return (IRR)

  1. Lebih rumit, terutama jika aliran kas bersih tidak sama untuk setiap periode
  2. Harus menggunakan analisis sensitivitas

Kriteria Kelayakan Metoda Internal Rate of Return IRR

Kriteria kelayakan penerimaan investasi menggunakan metode Internal Rate of Return (IRR) adalah suatu investasi yang diusulkan dinyatakan layak jika Internal Rate of Return (IRR) lebih besar dari tingkat keuntungan yang dikehendaki.

Sebaliknya, jika Internal Rate of Return (IRR) suatu investasi lebih kecil dari tingkat keuntungan yang dikehendaki maka investasi tersebut dinyatakan tidak layak.

Apabila terdapat beberapa alternatif investasi maka pilih alternatif investasi terbaik dengan memilih alternatif investasi yang mempunyai Internal Rate of Return (IRR) yang paling besar.

Contoh Soal Perhitungan Internal Rate of Return IRR

Sebuah proyek investasi memiliki nilai investasi sebesar 750 miliar rupiah dengan aliran kas bersih atau net cash flow setiap tahunnya adalah 250 miliar rupiah. Jangka waktu proyek adalah lima tahun. Hitung nilai internal rate of return IRR investasi proyek tersebut.

Jawab

Pada penentuan nilai IRR dibutuhkan dua nilai discount rate r yang berbeda. Nilai r harus dicoba coba sehingga diperoleh dua nilai NPV yang berbeda pula.

Nilai discount rate r yang diambil harus memberikan satu NPV bernilai negative dan satu NPV bernilai positif. Pada bahasan soal ini, diambil nilai discount rate r 19% dan 21%.

Menghitung Internal Rate of Return IRR Dengan Dua Discount Rate

a). Menghitung Net present value NPV1 dengan discount rate r1 = 19%

Besar net present value dapat dihitung dengan menggunakan rumus persamaan berikut

\mathrm{NPV_{1}=\sum_{t=1}^{n}\frac{CF_{t}}{(1+r_{1})^{t}}-I}.

diketahui dari soal

CFt = 250

I = 750

r1 =19%

n =5

substitusikan ke rumus seperti berikut

\mathrm{NPV=\frac{250}{(1+0,19)^{1}}+...+\frac{250}{(1+0,19)^{5}}-750}.

NPV1 = 764,41 – 750

NPV1 = 14,41 miliar rupiah

Menghitung NPV1 Dengan Tabel Excel

Cara menghitung NPV  dengan r = 19% sama dengan contoh soal sudah dibahas di atas. Hasil perhitungan net present value dengan discount rate 19% ditunjukkan pada table berikut. Satuan uang dalam miliar rupiah.

Contoh Soal Perhitungan Internal Rate of Return IRR
Contoh Soal Perhitungan Internal Rate of Return IRR

Dari table dapat dihitung Nilai Present Value dengan discount rate r 19% adalah

NPV = TPVCF – I

TPVCF = total PV net cash flow

I = nilai sekarang investasi

NPV1 = 764,41 – 750

NPV1 = 14,41 miliar rupiah

b). a). Menghitung Net present value NPV2 dengan discount rate r2 = 21%

Besarnya NPV2 dapat dinyatakan dengan rumus persamaan berikut

\mathrm{NPV_{2}=\sum_{t=1}^{n}\frac{CF_{t}}{(1+r_{2})^{t}}-I}.

Diketahui dari data soal

CFt = 250

I = 750

r2 =215

n =5

substitusikan ke dalam rumus seperti berikut

\mathrm{NPV=\frac{250}{(1+0,21)^{1}}+...+\frac{250}{(1+0,21)^{5}}-750}.

NPV2 = 731,50 – 750

NPV2 = -18,50 miliar rupiah

Menghitung NPV2 dengan Tabel Excel

Hasil perhitungan net present value dengan discount rate r2 = 21% ditunjukkan pada table berikut. Satuan uang dalam miliar rupiah

Tabel Menghitung Internal Rate of Return IRR
Tabel Menghitung Internal Rate of Return IRR

Dari table dapat dihitung Nilai Present Value dengan discount rate r 21% adalah

NPV2 = 731,50 – 750

NPV2 = -18,50 miliar rupiah

Menghitung Internal Rate of Return IRR

Besar Internal Rate of Return IRR dapat dinyatakan dengan menggunakan rumus persamaan berikut

\mathrm{IRR = r_{1}-NPV_{1}\frac{r_{2}-r_{1}}{NPV_{2}-NPV_{1}}} atau

IRR = r1 – [NPV1 x (r2 – r1)/(NPV2 – NPV1)]

diketahui dari perhitungan sebelumnya

r1 = 19%

r2 = 21%

NPV1 = 14,41 miliar rupiah

NPV2 = 18,50 miliar rupiah

substitusikan pada rumus persamaan berikut

\mathrm{ IRR = 0,19 -14,41\frac{0,21-0,19}{-18,50-14,41}} atau

IRR = 19% -[14,41 x (21%-19%)/(-18,50-14,41)]

IRR = 19% – (-0,00876)

IRR = 19,876 %

Jadi Internal Rate of Return IRR adalah 19,876 %.

Seandainya materi ini memberikan manfaat, dan anda ingin memberi dukungan Donasi pada ardra.biz, silakan kunjungi SociaBuzz Tribe milik ardra.biz di tautan berikuthttps://sociabuzz.com/ardra.biz/tribe

Daftar Pustaka:

  1. Kasmir, 2012, “Dasar Dasar Perbankan”, Edisi Revisi, Rajawali Pers, Jakarta.
  2. Kasmir, 2011, “Analisis Laporan Keuangan”, Edisi Pertama, Rajawli Pers, Jakarta.
  3. Kuswadi, “Analisis Keekonomian Projek”, Edisi Pertama, CV Andi Offset, Penerbit Andi, Yogyakarta.
  4. Djumhana, Muhamad, 2006, “Hukum Perbankan di Indonesia”, Cetakan Kelima, PT Citra Aditya Bakti,
  5. Kasmir, 2015, “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”, Edisi Revisi 2014, Rajawali Pers, Jakarta.
  6. Mangani, Silvanita, Ktut, 2009, “Bank dan Lembaga Keuangan Lain”, Penerbit Erlangga, Jakarta.
  7. Mishkin, S., Frederic, 2008’ “Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Uang”, Edisi Kedelapan, Salemba Empat, Jakarta.

Analisis Pemberian Kredit Bank: Pengertian Prinsip 5C 7P 3R Jenis Contoh

Pengertian Analisis Kredit. Sebelum permintaan kredit nasabah disetujui oleh bank, bank harus yakin bahwa kredit yang diberikan akan benar- benar dapat kembali. Keyakinan tersebut diperoleh dari hasil analisis penilaian kredit sebelum kredit tersebut disalurkan.

Pada dasarnya penilaian kredit oleh bank terhadap nasabah dilakukan dengan beberapa cara seperti melalui prosedur penilaian yang benar dan sungguh-sungguh.

Kriteria, aspek penilaian serta ukuran- ukuran yang ditetapkan sudah menjadi standar penilaian setiap bank. Kriteria penilaian yang umum dilakukan oleh bank untuk mendapatkan nasabah yang benar- benar layak untuk diberikan kredit, dilakukan dengan analisis 5 C dan 7 P.

Analisis Kredit 5 C

Penilaian dengan analisis 5 C adalah sebagai berikut.

a). Analisis Kredit Character

Analisis Character merupakan analisis yang bertujuan untuk mengegahui dan menilai sifat atau watak seorang nasabah. Tujuan analysis Sifat atau watak dari nasabah adalah agar bank benar benar yakin bahwa yang akan diberikan kredit dapat dipercaya.

Agar dapat mengetahui watak atau sifat dari calon debitur, maka bank akan menganalisis latar belakang nasabah, baik yang bersifat latar belakang pekerjaan maupun yang bersifat pribadi seperti: cara hidup atau gaya hidup yang dianutnya, keadaan keluarga, hobi dan jiwa sosial. Dari sifat dan watak ini dapat dijadikan suatu ukuran tentang keseriusan nasabah dalam membayar utangnya.

b). Analisis Kredit Capacity

Analisis Capacity adalah analisis yang bertujuan untuk mengetahui dan menilai kemampuan nasabah dalam membayar kredit. Hasil penilaian ini memberikan informasi tentang kemampuan nasabah dalam mengelola bisnis.

Analisis capacity dikaitkan juga dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman nasabah selama ini dalam mengelola usahanya, sehingga dapat diketahui kemampuan nasabah dalam mengembalikan kredit yang diterimanya. Capacity sering juga disebut dengan nama Capability.

c). Analisis Kredit Capital

Analisis Capital dilakukan untuk mengetahui dan menilai penggunaan modal eleh nasabah, apakah efektif atau tidak, yang diketahui dari laporan keuangan (neraca dan laporan rugi laba) yang disajikan dengan melakukan pengukuran seperti dari segi likuiditas dan solvabilitasnya, rentabilitas dan ukuran lainnya.

Analisis capital juga harus menganalisis dari sumber mana saja modal yang ada sekarang ini, termasuk persentase modal yang digunakan untuk membiayai proyek yang akan dijalankan, berapa modal sendiri dan berapa modal pinjaman.

d). Analisis Kredit Condition

Analisis Condition merupakan analisis yang bertujuan menilai kondisi ekonomi, sosial, dan politik yang ada sekarang dan prediksi untuk di masa yang akan datang. Penilaian kondisi atau prospek bidang usaha yang dibiayai hendaknya benar -benar memiliki prospek yang baik, sehingga kemungkinan kredit tersebut bermasalah relatif kecil.

e). Analisis Kredit Collateral

Analisis collateral adalah analisis untuk mengetahui dan menilai jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun nonfisik. Jaminan harus melebihi jumlah kredit yang diberikan. Jaminan juga harus diteliti keabsahan dan kesempurnaannya, sehingga jika terjadi suatu masalah, maka jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin.

Analisis Kredit 7 P Kredit

Penilaian suatu kredit dapat pula dilakukan dengan analisis tujuh P kredit dengan unsur penilaian sebagai berikut.

a). Analisis Kredit Personality

Analisi personality adalah analisis yang bertujuan untuk menilai nasabah dari segi kepribadian atau tingkah- lakunya sehari- hari maupun kepribadian di masa lalu. Penilaian personality juga mencakup sikap, emosi, tingkah laku dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah dan menyelesaikannya.

b). Analisis Kredit Party

Analisis Party adalah analisis yang bertujuan untuk mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atau golongan- golongan tertentu, berdasarkan modal, loyalitas, serta karakternya. Nasabah yang digolongkan ke dalam golongan tertentu akan mendapatkan fasilitas yang berbeda dari bank.

c). Analisis Kredit Purpose

Analisis Kredit Purpose merupakan analisis yang bertujuan untuk mengetahui alasan dari nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan pengambilan kredit dapat bermacam-macam sesuai kebutuhan. Sebagai contoh apakah untuk modal kerja, investasi, konsumtif, produktif, dan lain-lain.

d). Analisis Kredit Prospect

Analisis Kredit Prospect adalah analisis yang bertujuan untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang menguntungkan atau tidak atau dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya. Hal ini penting mengingat jika suatu fasilitas kredit yang dibiayai tanpa mempunyai prospek, bukan hanya bank yang rugi, akan tetapi juga nasabah.

e). Analisis Kredit Payment

Analisis Kredit Payment adalah analisis yang bertujuan untuk mengetahui dan menilai cara nasabah dapat mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari mana saja sumber dana yang akan untuk pengembalian kredit. Semakin banyak sumber penghasilan debitur, maka akan semakin baik. Sehingga jika salah satu usahanya merugi akan dapat ditutupi oleh usaha lainnya.

f). Analisis Kredit Profitability

Analsisi Profitability adalah analisis yang bertujuan untuk menilai kemampuan nasabah dalam mencari keuntungan atau laba. Profitability dinilai dari satu periode ke periode lainnya, apakah akan tetap sama atau akan semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang akan diperolehnya.

g). Analisis Kredit Protection

Analisis Kredit Protection adalah analisis yang tujuannya mengetahui bagaimana nasabah dapat menjaga agar kredit yang diberikan mendapatkan jaminan perlindungan, sehingga kredit yang diberikan benar-benar aman. Pertindungan yang diberikan oleh debitur dapat berupa jaminan barang atau orang atau jaminan asuransi.

Analisis Kredit 3R

Penilaian suatu kredit dapat pula dilakukan dengan analisis 3R kredit dengan unsur penilaian sebagai berikut.

a). Analisis Kredit Returns

Analisis Returns, adalah analisis untuk memberikan penilaian atas hasil yang akan dicapai perusahaan calon debitur setelah memperoleh kredit. Apabila hasil yang diperoleh cukup untuk membayar pinjamannya dan sekaligus membantu perkembangan usaha calon debitur bersangkutan maka kredit diberikan. Akan tetapi jika sebaliknya maka kredit jangan diberikan.

b). Analisis Kredit Repayment

Analisis Repayment, adalah analisis yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan, jadwal, dan jangka waktu pembayaran kredit oleh calon debitur.

c). Analisis Kredit Risk Bearing Anility

Analisis Risk Bearing Anility, adalah analisis untuk mengetahui kemampuan perusahaan calon debitur untuk menghadapi risiko, apakah perusahaan calon debitur resikonya besar atau kecil. Kemampuan perusahaan menghadapi risiko ditentukan oleh besarnya modal dan strukturnya, jenis bidang usaha, dan manajemen perusahaan bersangkutan.

Jika Risk Bearing Anility perusahaan besar maka kredit tidak diberikan, tetapi apabila Risk Bearing Anility perusahaan kecil maka kredit juga akan dicairkan.

Aspek-aspek Penilaian Kredit

Dalam praktiknya di samping menggunakan analisis 5 C dan analisis 7 P, maka penilaian suatu kredit layak atau tidak untuk diberikan dapat dilakukan dengan menilai seluruh aspek yang ada.

Penilaian dengan seluruh aspek yang ada dikenal dengan nama studi kelavakan usaha. Penilaian dengan model ini biasanya digunakan untuk proyek-proyek yang bernilai besar dan berjangka waktu panjang.

Aspek-aspek yang dinilai antara lain meliputi:

a). Aspek Yuridis/ Hukum

Penilaian aspek hukum adalah penilaian yang bertujuan mengetahui legalitas badan usaha serta izin-izin yang dimiliki perusahaan yang mengajukan kredit. Penilaian dimulai dengan meneliti keabsahan dan kesempurnaan akte pendirian perusahaan, sehingga dapat diketahui siapa-siapa pemiliknya dan besarnya modal masing- masing pemilik.

Kemudian juga diteliti keabsahannya dari dokumen atau surat-surat penting lainnya seperti:

  • Surat Izin Usaha Industri (SIUI) untuk sektor industri.
  • Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) untuk sektor perdagangan.
  • Tanda Daftar Perusahaan (TDP).
  • Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
  • Keabsahan surat-surat yang dijaminkan misalnya sertifikat tanah dan sertifikat deposito.
  • Serta dokumen-dokumen yang dianggap penting lainnya, seperti KTP.

b). Aspek Pasar dan Pemasaran

Penilaian Aspek Pasar dan Pemasaran adalah penilaian untuk mengetahui besar kecilnya permintaan terhadap produk yang dihasilkan sekarang ini dan di masa yang akan datang, sehingga diketahui prospek pemasaran produk tersebut. Yang perlu diteliti dalam aspek ini adalah:

  • Hasil penjualan atau produksi minimal 3 bulan yang lalu atau 3 tahun yang lalu.
  • Rencana penjualan dan produksi minimal 3 bulan atau 3 tahun yang akan datang.
  • Peta kekuatan pesaing yang ada, seperti market share yang dikuasai.
  • Prospek produk secara keseluruhan.

c). Aspek Keuangan

Penilaian Aspek Keuangan adalah penilaian bertujuan untuk mengetahui sumber-sumber dana yang dimiliki untuk membiayai usahanya dan bagaimana penggunaan dana tersebut. Di samping itu, hendaknya dibuatkan cash flow keuangan perusahaan. Dan cash flow ini akan terlihat pendapatan dan biaya-biaya sehingga dapat dinilai layak atau tidak usaha tersebut, termasuk keuntungan yang diharapkan.

Aspek keuangan yang umum dinilai oleh bank mencakup antara lain:

  • Rasio likuiditas
  • Rasio solvabilitas
  • Rasio remabilitas
  • Payback period
  • Net Present Value (NPV)
  • Profitability Index (PI)
  • Internal Rate of Return (IRR) dan Break Even Point (BEP)

d). Aspek Teknis atau Operasi

Penilaian Aspek Teknis atau Operasi merupakan aspek yang menilai masalah yang berkaitan dengan produksi, lokasi dan lay out, seperti kapasitas mesin yang digunakan. Masalah lokasi usaha seperti kantor pusat, cabang atau pergudangan. Demikian pula, dengan masalah lay out gedung, lay out ruangan, dan lay out mesin-mesin termasuk jenis mesin dan teknologi yang digunakan.

e). Aspek Manajemen

Penilaian Aspek Manajemen adalah penilaian yang digunakan untuk menilai struktur organisasi perusahaan, sumber daya manusia yang dimiliki serta latar belakang pendidikan dan pengalaman sumber daya manusianya. Pengalaman perusahaan dalam mengelola berbagai proyek yang ada juga menjadi pertimbangan lain.

f). Aspek Sosial Ekonomi

Penilaian Aspek Sosial Ekonomi adalah penilaian dengan menganalisis dampaknya yang timbul akibat adanya proyek terhadap perekonomian masyarakat dan sosial masyarakat secara umum seperti:

  • Meningkatkan ekspor barang atau sebaliknya mengurangi ketergantungan terhadap impor.
  • Mengurangi pengangguran.
  • Meningkatkan pendapatan masyarakat. Tersedianya sarana dan prasarana.
  • Membuka isolasi daerah tertentu.

g). Aspek Amdal

Penilaian Aspek Amdal atau  analisis dampak lingkungan merupakan analisis terhadap lingkungan baik darat, air atau udara, termasuk kesehatan manusia apabila proyek tersebut dijalankan.

Analisis ini dilakukan secara mendalam sebelum kredit tersebut disalurkan, sehingga proyek yang dibiayai tidak akan mengalami pencemaran lingkungan di sekitarnya. Pencemaran yang sering terjadi antara lain terhadap:

  • Kesehatan manusia terganggu.
  • Tanah/darat menjadi gersang, erosi.
  • Air, menjadi limbah berbau busuk, berubah warna atau rasa atau menyebabkan banjir.
  • Udara mengakibatkan polusi, berdebu, bising, dan panas.
  • Mengubah tatanan adat-istiadat setempat.

Daftar Pustaka:

  1. Kasmir, 2012, “Dasar Dasar Perbankan”, Edisi Revisi, Rajawali Pers, Jakarta.
  2. Djumhana, Muhamad, 2006, “Hukum Perbankan di Indonesia”, Cetakan Kelima, PT Citra Aditya Bakti, Bandung.
  3. Kasmir, 2015, “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”, Edisi Revisi 2014, Rajawali Pers, Jakarta.
  4. Mangani, Silvanita, Ktut, 2009, “Bank dan Lembaga Keuangan Lain”, Penerbit Erlangga, Jakarta.
  5. Mishkin, S., Frederic, 2008’ “Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Uang”, Edisi Kedelapan, Salemba Empat, Jakarta.
  6. Joesoef, Jose Rizal, 2008, “Pasar Uang dan Pasar Valuta Asing”, Salemba Empat, Jakarta.
  7. Djamil, Fathurrakman, 2012, “Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di Lembaga Keuangan Syariah”, Cetakan Pertama, Sinae Grafika, Jakarta.
  8. Fuady, Munir, 2004, “Hukum Perbankan Modern”, Buku Kedua, Citra Aditya Bakti, Bandung.
  9. Machmud, A. Rukmana, H., 2010, “Bank Syariah, Teori, Kebijakan, dan Studi Empiris di Indonesia”, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Teori Kerahasiaan Bank: Sifat Mutlak Reatif Sanksi Pengecualian Bank

Pengertian Rahasia Bank.  Kerahasiaan bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya sesuai dengan Pasal 1 angka 28 UU No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan.

Adapun yang dimaksud dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya meliputi segala keterangan tentang orang dan badan yang memperoleh pemberian layanan dan jasa dalam lalu lintas uang, baik dalam maupun luar negeri, yang meliputi:

a). Jumlah kredit

b). Jumlah dan jenis rekening nasabah (Simpanan Giro, Deposito, Tabanas, Sertifikat, dan surat berharga lainnya);

c). Pemindahan (transfer) uang

d). Pemberian garansi bank

e).  Pendiskontoan surat-surat berharga

f).  Pemberian kredit.

Nasabah Penyimpan adalah nasabah yang menempatkan dananya di Bank dalam bentuk simpanan berdasarkan perjanjian Bank dengan nasabah yang bersangkutan.

Simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada Bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk Giro, Deposito, Sertifikat Deposito, Tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu (Pasal 1 angka (5) UU No.10 Tahun 1998).

Teori Sifat Rahasia Bank

Adapun teori Sifat Rahasia Bank diantaranya adalah

Teori Mutlak (Absolute Theory)

Berdasarkan teori Mutlak, Rahasia Bank sifatnya mutlak. Artinya, semua keterangan mengenai nasabah dan keuangannya yang tercatat di bank wajib dirahasiakan tanpa pengecualian dan pembatasan.

Kerahasiaan nasabah dan keuangannya tidak dapat dibuka atau diungkap dengan alasan dan oleh siapapun.

Apabila terjadi pelanggaran terhadap kerahasiaan tersebut, Bank yang bersangkutan harus bertanggung jawab atas segala akibat yang ditimbulkannya.

Keberatan terhadap teori mutlak ini adalah terlalu individualis, artinya hanya mementingkan hak individu (perseorangan. Teori Mutlak juga bertentangan dengan kepentingan umum. Ini artinya kepentingan Negara atau masyarakat banyak dikesampingkan oleh kepentingan individu yang merugikan Negara atau masyarakat banyak.

Sifat mutlak rahasia bank sangat sulit untuk diterobos dengan alasan apapun baik oleh hukum maupun oleh undang-undang sekalipun. Teori mutlak banyak dianut oleh bank- bank yang ada di Negara Swiss.

Teori Relatif (Relative Theory)

Berdasarkan teori relatif, Rahasia Bank sifatnya relative (terbatas). Artinya, semua keterangan mengenai nasabahdan keuangannya yang tercatat di bank wajib dirahasiakan.

Rahasia keuangan nasabah dapat dibuka (diungkapkan) kepada pejabat yang berwenang dengan alasan yang dapat dibenarkan oleh undang-undang,

Keberatan terhadap teori relatif adalah rahasia bank masih dapat dijadikan perlindungan bagi pemilik dana yang tidak halal, yang kebetulan tidak terjangkau oleh aparat penegak hukum karena tidak terkena penyidikan. Dengan demikian dananya tetap aman.

Teori relative sesuai dengan rasa keadilan (sense of justice), artinya kepentingan Negara atau kepentingan masyarakat banyak tidak dikesampingkan.

Teori relative dapat melindungi kepentingan semua pihak, baik individu, masyarakat maupun Negara. Teori relatif di anut oleh bank-bank yang ada di Negara Amerika Serikat, Belanda, Malaysia, Singapura dan Indonesia. Di Indonesia teori relative ini diatur dalam Pasal 40 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 jo. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan.

Pengecualian Rahasia Bank

Bank wajib merahasiakan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya, namum ada beberapa pengecualian dapat membuka dalam beberapa hal sesuai dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan dalam Pasal 40 Ayat (1) dan Pasal 41, Pasal 41A, Pasal 42, Pasal 43, Pasal 44, dan Pasal 44A.

a). Untuk Kepentingan Perpajakan

Dalam Pasal 41 ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan ditentukan: “Untuk kepentingan perpajakan, Pimpinan Bank Indonesia atas permintaan Menteri Keuangan berwenang mengeluarkan perintah tertulis kepada Bank agar memberikan keterangan dan memperlihatkan bukti-bukti tertulis serta surat-surat mengenai keadaan keuangan Nasabah Penyimpan tertentu kepada pejabat pajak”.

b). Untuk Kepentingan Penyelesaian Piutang Bank

Untuk penyelesaian piutang Bank yang sudah diserahkan kepada Badan Urusan Piutang Negara dan Lelang Negara/Panitia Urusan Piutang Negara, Pimpinan Bank Indonesia memberikan izin kepada pejabat Badan Urusan Piutang Negara dan Lelang Negara/Panitia Urusan Piutang Negara untuk memperoleh keterangan dari Bank mengenai simpanan Nasabah Debitur.

c). Untuk Kepentingan Peradilan Pidana

Untuk kepentingan peradilan dalam perkara pidana, Pimpinan bank Indonesia dapat memberikan izin kepada polisi, jaksa, atau hakim untuk memperoleh keterangan dari Bank mengenai simpanan tersangka atau terdakwa pada Bank.

d). Untuk Kepentingan Peradilan Perdata

Untuk kepentingan peradilan dalam perkara pidana, Pimpinan bank Indonesia dapat memberikan izin kepada polisi, jaksa, atau hakim untuk memperoleh keterangan dari Bank mengenai simpanan tersangka atau terdakwa pada Bank.

e). Untuk Keperluan Tukar-Menukar Informasi Antar Bank

“Tukar-menukar informasi antarbank dimaksudkan untuk memperlancar dan mengamankan kegiatan usaha Bank antara lain guna mencegah kredit rangkap serta mengetahui keadaan dan status dari bank yang lain. Dengan demikian, Bank dapat menilai tingkat risiko yang dihadapi sebelum melakukan suatu transaksi dengan nasabah atau dengan Bank lain”

f). Pemberian Keterangan atas Persetujuan Nasabah,

Atas permintaan, persetujuan, atau kuasa dari Nasabah Penyimpan yang dibuat secara tertulis, Bank wajib memberikan keterangan mengenai simpanan nasabah Penyimpan pada Bank yang bersangkutan kepada pihak yang tunjuk oleh Nasabah Penyimpan tersebut.

Dalam hal nasabah penyimpan telah meninggal dunia, ahli waris yang sah dari nasabah penyimpan yang bersangkutan yang berhak memperoleh keterangan mengenai simpanan nasabah penyimpan tersebut.

Sanksi Pelanggaran Kerahasian Bank

Bagi pihak yang merasa dirugikan oleh keterangan yang diberikan oleh bank, mereka berhak untuk mengetahui ini keterangan tersebut dan meminta pembetulan jika terdapat kesalahan dalam keterangan yang diberikan. Pelanggaran terhadap berbagai aturan yang berlaku, termasuk kerahasiaan bank, maka akan dikenakan sanksi tertentu sesuai dengan yang tercantum dalam undang-undang No 10 Tahun 1998.

Pembukaan rahasia bank yang tidak mengacu kepada ketentuan dari BI berdasarkan pasal 51 ayat 1 Undang-undang tentang perbankan, maka perbuatan tersebut dianggap sebagai kejahatan, dan diancam dengan ketentuan pidana dan sanksi administratif sebagaimana diatur dalam pasal 47 dan pasal 47A jo. Pasal 52 yaitu sebagai berikut

a). Sanksi Pidana

Di dalam pembukaan rahasia bank untuk kepentingan peradilan dalam perkara pidana, tanpa membawa perintah atau izin tertulis dari pimpinan bank indonesia, dengan sengaja memaksa bank atau pihak terafiliasi untuk memberikan keterangan, diancam dengan pidana penjara dan denda.

Anggota dewan komisaris, direksi, pegawai bank atau pihak terafiliasi lainnya yang dengan sengaja membuka rahasia bank di mana tidak  melalui prosedur, diancam dengan pidana penjara dan denda.

– Anggota dewan komisaris, direksi atau pegawai bank yang dengan sengaja tidak memberikan keterangan atau membuka rahasia bank di mana telah ditempuh prosedur, diancam dengan pidana penjara dan denda.

b). Sanksi Administratif

Selain ketiga sanksi pidana tersebut, untuk setiap sanksi pidana, pihak pimpinan Bank Indonesia selain dapat mencabut izin usaha bank yang bersangkutan, Bank indonesia dapat menetapkan atau menambah sanksi administratif sebagai berikut:

– Denda Uang

– Teguran tertulis

– Penurunan tingkat kesehatan bank

– Larangan turut serta dalam kegiatan kliring

– Pembekuan kegiatan usaha tertentu, baik untuk kantor cabang tertentu maupun untuk bank secara keseluruhan

– Pemberhentian pengurus bank dan selanjutnya menunjuk dan mengangkat pengganti sementara sampai rapat umum pemegang saham atau rapat anggota koperasi mengangkat pengganti yang tetap dengan persetujuan Bank Indonesia

– Pencantuman anggota pengurus, pegawai bank, pemegang saham dalam daftar orang tercela dibidang perbankan.

Daftar Pustaka:

  1. Kasmir, 2012, “Dasar Dasar Perbankan”, Edisi Revisi, Rajawali Pers, Jakarta.
  2. Djumhana, Muhamad, 2006, “Hukum Perbankan di Indonesia”, Cetakan Kelima, PT Citra Aditya Bakti,  Bandung.
  3. Kasmir, 2015, “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”, Edisi Revisi 2014, Rajawali Pers, Jakarta.
  4. Mangani, Silvanita, Ktut, 2009, “Bank dan Lembaga Keuangan Lain”, Penerbit Erlangga, Jakarta.
  5. Mishkin, S., Frederic, 2008’ “Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Uang”, Edisi Kedelapan, Salemba Empat, Jakarta.
  6. Joesoef, Jose Rizal, 2008, “Pasar Uang dan Pasar Valuta Asing”, Salemba Empat, Jakarta.
  7. Djamil, Fathurrakman,  2012, “Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di Lembaga Keuangan Syariah”, Cetakan Pertama, Sinae Grafika, Jakarta.
  8. Fuady, Munir, 2004, “Hukum Perbankan Modern”, Buku Kedua, Citra Aditya Bakti, Bandung.
  9. Machmud, A. Rukmana, H., 2010, “Bank Syariah, Teori, Kebijakan, dan Studi Empiris di Indonesia”, Penerbit Erlangga, Jakarta.
  10. Rangkuman Ringkasan Kerahasiaan Bank. Pendirian suatu perusahaan dalam bentuk apapun haruslah mendapat izin dari instansi yang terkait terlebih dahulu, demikian pula izin untuk melakukan usaha perbankan.
  11. Bagi perbankan sebelum melakukan kegiatannya harus memperoleh izin dari Bank Indonesia. Artinya jika ingin mendirikan bank, maka harus memenuhi persyaratan yang telah ditentukan oleh Bank Indonesia.
  12. Izin pendirian Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat meliputi izin prinsip dan izin usaha, sesuai yang tercantum dalam UU no. 10 tahun 1998.
  13. Disamping izin yang telah diajukan, maka pemohon dapat memilih bentuk badan hukum yang diinginkan dan telah ditentukan. Pemilihan bentuk badan hukum ini tergantung dari jenis bank yang dipilihnya.
  14. Untuk bank umum bentuk badan hukum antara lain; Perseroan Terbatas (PT), Koperasi atau Perseroan Daerah (PD), sedangkan untuk bank perkreditan Rakyat bentuk badan hukumnya adalah Perusahaan Daerah (PD), Koperasi, Perseroan Terbatas atau bentuk lain yang ditetapkan oleh pemerintah.
  15. Kegiatan perbankan adalah mengelola uang masyarakat, maka bank wajib pula menjaga kepercayaan yang diberikan masyarakat tersebut. Bank wajib menjamin keamanan uang nasabah agar benar-benar aman. Untuk itu pihak bank dilarang memberikan keterangan yang tercatat tentang keadaan keuangan dan hal-hal lain dari nasabah kepada pihak lain.
  16. Dalam arti bank harus menjaga rahasia keadaan keuangan nasabah dan apabila melanggar kerahasiaan ini perbankan akan dikenakan sanksi baik sanksi pidana maupun sanksi administratif.

Rumus Perhitungan Economic Order Quantity EOQ Persediaan: Pengertian CC TCC OC TOC TIC Fungsi Jenis Contoh Soal

Pengertian Persediaan: Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu.

Contoh Persediaan misalnya untuk digunakan dalam proses produksi atau perakitan, untuk dijual kembali, atau untuk suku cadang dari suatu peralatan atau mesin. Persediaan dapat berupa bahan mentah, bahan pembantu, barang dalam proses, barang jadi, ataupun suku cadang

Fungsi Persediaan

Adapun beberapa fungsi persediaan adalah sebagai berikut:

a). Fungsi Decoupling Persediaan

Fungsi decoupling merupakan fungsi perusahaan untuk mengadakan persediaan decouple, dengan mengadakan pengelompokan operasional secara terpisah- pisah. Sebagai contoh; perusahaan manufaktur mobil, skedul perakitan mesin (engine assembly) dipisah dari skedul perakitan tempat duduk.

b). Fungsi Economic Lot Sizing Persediaan

Fungsi economic lot sizing adalah fungsi perusahaan untuk mengadakan penyimpanan persediaan dalam jumlah besar dengan pertimbangan adanya diskon atas pembelian bahan, diskon atas kualitas untuk dipergunakan dalam proses konversi, serta didukung oleh kapasitas gudang yang memadai.

c). Fungsi Antisipasi Persediaan

Fungsi antisipasi merupakan penyimpanan persediaan bahan yang fungsinya untuk penyelamatan jika sampai terjadi keterlambatan datangnya pesanan bahan dari pemasok atau laveransir.

d). Fungsi Fluctuation Stock Persediaan

Fungsi Fluctuation stock adalah persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan.

Jenis Jenis Persediaan

Jenis persediaan dikelompokkan berdasarkan jenis dan posisi barang tersebut di dalam urutan pengerjaan produk adalah:

a). Persediaan bahan mentah (raw material inventory) yaitu persediaan bahan yang belum memasuki proses pabrikasi.

b). Persediaan barang setengah jadi (work in process inventory) yaitu barang barang yang diperlukan dalam prose produksi, tetapi bukan merupakan komponen barang jadi.

c). Persediaan barang jadi (finished goods) yaitu persediaan barang-barang yang telah selesai diproses dan siap untuk dijual kepada pelanggan.

Alasan diadakannya persediaan bahan baku

Beberapa alasan untuk memiliki persediaan antara lain sebagai berikut:

a). Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang atau bahan-bahan yang dibutuhkan perusahaan.

b). Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan atau menjamin kelancaran arus produksi.

c). Menyeimbangkan biaya pemesanan atau persiapan dan biaya penyimpanan.

Biaya Biaya Persediaam

Pada dasarnya unsur-unsur biaya yang terdapat dengan adanya persediaan terdiri dari biaya pemesanan (Ordering Cost), biaya yang terjadi dari adanya persediaan (inventory carrying cost), biaya kekurangan persediaan (out of stock), dan biaya yang berhubungan dengan kapasitas (capacity assciated cost).

Biaya Penyimpanan Carrying Cost CC

Carrying Cost atau biaya penyimpanan atau holding cost adalah biaya yang terjadi karena adanya persediaan yang meliputi seluruh pengeluaran yang dikeluarkan perusahaan sebagai akibat perusahaan menyimpan persediaan.

Contoh Carrying Cost, Holding Cost,  Biaya Penyimpanan

Biaya yang termasuk dalam biaya penyimpanan, antara lain:

a). Biaya yang berhubungan dengan tempat penyimpanan (listrik, pendingin udara, dll).

b). Biaya modal (opportunity cost of capital), yaitu kesempatan mendapatkan pendapatan dari jumlah modal yang diinvestasikan dalam persediaan.

c). Biaya kerusakan persediaan.

d). Biaya asuransi persediaan.

e). Biaya perhitungan fisik (stock opname).

f). Biaya pajak.

g). Biaya kehilangan akibat pencurian/perampokan, dll.

Besar biaya penyimpanan dapat dinyatakan dengan rumus persamaan berikut

TCC = %CC x P x A

TCC = total carrying cost,

%CC = persen biaya penyimpanan (% carrying cost)

P = Harga per unit

A = rata rata jumlah unit persediaan

A = Q/2

Q = jumlah unit persediaan di pesan

Contoh Soal Perhitungan Biaya Pemeliharaan Carrying Cost Biaya Pengelolaan,

PT Ardra Biz melakukan pemesanan satu kali dalam satu tahun sebesar 6000 unit barang dengan harga per unit barang adalah Rp 100. Dengan persentase carrying cost dari biaya investasi persediaan adalah 24 persen.

Pertanyaaan Berapa rata rata persediaan per tahun berapa nilai investasi persediaan

Jawab

Menghitung Rata Rata Persediaan Per Tahun

Rata rata persediaan pada tahun tersebut adalah

A = Q/2

A = 6000/2 = 3000 unit

Menghitung Investasi Persediaan

Rata rata nilai investasi persediaan dapat dinyatakan dengan rumus berikut

IP = A x P

IP = rata rata investasi persediaan

IP = 3000 x 100

IP = 300.000 rupiah

Jika dalam satu tahun dilakukan dua kali pemesanan dengan jumlah dua kali 3000 unit, maka rata rata persediaan dalam setahun adalah

A = Q/2

A = 3000/2 = 1500 unit

Menghitung Carrying Cost, 

Besarnya Biaya Pengelolaan atau Pemeliharaan Carrying Cost dapat diyatakan dengan persamaan berikut

TCC = %CC x P x A

TCC = 24% x 100 x 3000

TCC = 72.000 rupiah

Jika pemesanan persediaan dua kali, maka total biaya pengelolaan atau pemeliharaannya adalah

TCC = 24% x 100 x 1500

TCC = 36.000 rupiah

Biaya Pemesanan Ordering Cost OC

Ordering cost OC atau biaya pemesanan atau Procurement Cost adalah biaya yang timbul sebagai akibat pemesanan barang- barang atau bahan- bahan dari penjual, sejak pesanan dibuat dan dikirim ke penjual sampai barang tersebut dikirim dan diserahkan ke gudang.

Contoh Ordering Cost adalah

Biaya-biayanya meliputi:

a). Proses pesanan (surat menyurat).

b). Sarana komunikasi (telepon, fax, internet,dll).

c). Pengiriman barang.

d). Pemeriksaan barang.

Contoh Soal Perhitungan Ordering Cost

Jika biaya pesanan, pengiriman dan penerimaan PT Ardra Biz adalah Rp 500, sedangkan jumlah order yang ditempatkan N sebesar 30, dengan pemakaian atau penggunaan tahunan 6000 unit dan A = 1500 unit.

Pertanyaan

Berapa Total Ordering Cost, Biaya Total Pemesanan

Menghitung Total Orderring Cost TOC

Biaya total pemesanan dapat dihitung dengan menggunakan rumus persamaan berikut

TOC = OC x N

OC = ordering cost

N = order yang ditempatkan

TOC = 500 x 30

TOC = 15.000 rupiah

Biaya Persediaan Total, Total Inventory Cost TIC

Biaya Total Persediaan atau Total Inventory Cost adalah jumlah biaya persediaan yang harus dikeluarkan perusahaan. Atau penggabungan dari biaya total pemeliharaan TCC dengan biaya total pesanan TOC. Dapat dirumuskan dengan persamaan berikut

TIC = TCC + TOC

CC = %CC x P

N = D/Q

Biaya Penyimpanan = CC x (Q/2)

Biaya Pemesanan = OC x (D/Q)

TIC = CC x (Q/2) + OC x (D/Q)

Atau

\mathrm{ Q=\sqrt{\frac{2 x D x OC}{CC}} } atau

Q = [(2 x D x OC)/CC]0,5 atau

Q = √[(2 x D x OC)/CC]

CC = 24% x 100 = 24 rupiah

OC = 500 Rp/ pesan

D = 6000 unit

\mathrm{Q=\sqrt{\frac{2 x 6000 x 500}{24}}} atau

Q = [(2 x 6000 x 500)/24]0,5

Q = [6.000.000/24]0,5

Q = √(250.000)

Q = 500 unit per satu kali pesan

Menghitung Total Inventory Cost Biaya Persediaan Total

Total inventory cost adalah

TIC = CC x (Q/2) + OC x (D/Q)

TIC = 24x (500/2) + 500 x (6000/500)

TIC = 6000 + 6000

TIC = 12.000 rupiah

Pengendalian Analisis Persediaan

Macam-macam perhitungan yang ada di dalam pengendalian dan analisis persediaan antara lain:

Economic Order Quantity EOQ

EOQ (Economic Order Quantity) adalah jumlah unit barang atau bahan yang harus dipesan setiap kali mengadakan pemesanan agar biaya- biaya yang berkaitan dengan pengadaan persediaan minimal dan berarti pula jumlah unit pembelian yang optimal.

Artinya setiap kali memesan bahan baku, perusahaan mendapat biaya yang paling rendah. Tujuan Economic Order Quantity adalah agar kuantitas persediaan yang dipesan baik dan total biaya persediaan dapat diminimumkan sepanjang periode perencanaan produksi.

Asumsi Economic Order Quantity

Asumsi-asumsi yang harus diperhatikan dalam penggunaan EOQ (Economic Order Quantity) adalah sebagai berikut

a). Permintaan akan produk adalah konstan, seragam dan diketahui (deterministik).

b). Harga per unit produk adalah konstan

c). Biaya penyimpanan per unit per tahun (CC) adalah konstan.

d). Biaya pemesanan per pesanan (OC) adalah konstan.

e). Waktu antara pesanan dilakukan dan barang-barang diterima (lead time, LT) adalah konstan.

f). Tidak terjadi kekurangan barang atau “back orders”.

Economic Order Quantity EOQ

Besarnya EOQ dapat dinyatakan dengan menggunakan rumus persamaan berikut

EOQ =    atau

\mathrm{ EOQ=\sqrt{\frac{2 x D x OC}{CC}}}  atau

EOQ = [(2 x D x OC)/CC]0,5 atau

EOQ = √[(2 x D x OC)/CC]

Contoh Soal Perhitungan Economic Order Quantity EOQ

PT Ardra Biz menginginkan barang 6000 unit per tahun dengan biaya pemesanan Rp 1000 per unit sedangan biaya penyimpanan dalah Rp 1200 per unit.

Pertanyaan

Hitung pesanan yang paling ekonomis untuk perusahaan PT Ardra Biz

Jawab

Mengitung Jumlah Pesanan Persediaan Yang Paling Ekonomis

D = 6000 unit/ tahun

OC = 1000 Rp/ pesan

CC = 1200 Rp/ unit

\mathrm{  EOQ=\sqrt{\frac{2 x 6000 x 1000}{1200}}} atau

EOQ = √[(2 x 6000 x 1000)/1200]

EOQ = √(10.000)

EOQ = 100 unit / tahun

Jadi jumlah pesanan persediaan paling ekonomis Q adalah 100 unit

Menghitung Biaya Total Persediaan TIC Paling Optimum

Besar total inventory cost TIC dapat dinyatakan dengan rumus persamaan berikut

TIC = CC x (Q/2) + OC x (D/Q)

TIC = 1200 x (100/2) + 1000x (6000/100)

TIC = 60.000 + 60.000

TIC = 120.000 rupiah

Dengan demikian pesanan paling ekonomi diperoleh Ketika jumlah yang dipesan adalah 100 unit sekali pesan dengan biaya persediaan adalah 120.000 rupiah.

Persediaan Pengaman Safety Stock

Safety Stock SS adalah persediaan pengaman apabila penggunaan persediaan melebihi dari perkiraan. Salah satu metode untuk mengurangi resiko kehabisan persediaan adalah menyimpan unit unit tambahan dalam persediaan, persediaan seperti ini biasanya disebut persediaan pengaman.

Persediaan pengaman merupakan suatu persediaan yang dicadangankan sebagai pengaman dari kelangsungan proses produksi perusahaan. Persediaan pengaman diperlukan karena dalam kenyataannya jumlah bahan baku yang diperlukan untuk proses produksi tidak selalu tepat seperti yang di rencanakan.

Persediaan Pengaman (Safety Stock) Alat analisis yang digunakan untuk mencapai tujuan kedua yaitu Persediaan Pengaman (Safety Stock), Perhitungan safety stock adalah sebagai berikut

SS = PM – PR + LT

SS = Safety Stock

PM = (Pemakaian maksimum

PR = Pemakaian rata-rata)

LT = Lead Time

Reorder Point Waktu Pemesanan Kembali

Reorder Point adalah titik pemesanan yang harus dilakukan suatu perusahaan, sehubungan dengan adanya lead time dan safety stock.

Reoder point merupakan saat atau waktu tertentu perusahaan harus mengadakan pemesanan bahan dasar kembali, sehingga datangnya pesanan tersebut tepat dengan habisnya bahan dasar yang dibeli, khususnya dengan metode

Pemesanan Kembali (Reorder Point) Alat analisis yang digunakan untuk mencapai tujuan ketiga yaitu Pemesanan Kembali (Reoder point), Perhitungan(Reoder point), adalah sebagai berikut.

ROP = SS + (d x LT)

ROP = reorder point

SS = safety stock

LT = lead time = waktu tunggu, waktu tenggang

d =penggunaan bahan baku rata – rata per waktu, (hari, bulan )

Contoh Soal Perhitungan Reorder Point, Waktu Pemesanan Kembali

PT Ardra Biz setiap hari membutuhkan 200 unit bahan baku dengan safety stock 2000. Kebutuhan ini diantar atau dikirim oleh pemasok 10 hari setelah PT Ardra Biz memesan melalui telephone.

Pertanyaan

Kapan PT Ardra Biz harus memesan lagi bahan bakunya?

Reorder Point dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut

ROP = SS + (d x LT)

SS = 2000 unit

LT = 10 hari

d = 200 unit / hari

ROP = 2000+ (200x 10)

ROP = 2000+ 2000

ROP = 4000 unit

Ini artinya, PT Ardra Biz harus memesan lagi bahan bakunya Ketika persediaan tersisa 4000 unit lagi.

Lead Time Waktu tunggu

Waktu tunggu (lead time) adalah tenggang waktu yang diperlukan (yang terjadi) antara saat pemesanan bahan baku dengan datangnya bahan baku itu sendiri. Waktu tunggu ini perlu diperhatikan karena sangat erat hubungannya dengan penentuan saat pemesanan kembali (reorder point). Dengan waktu tunggu yang tepat maka perusahaan akan dapat membeli pada saat yang tepat pula, sehingga resiko penumpukan persediaan atau kekurangan persediaan dapat ditekan seminimal mungkin.

Contoh Soal Perhitungan Waktu Pemesanan Kembali

PT Ardra Biz menetapkan bahwa safety stock sebesar 50% dari penggunaan selama “lead time”, dan ditetapkan bahwa “lead time”-nya adalah 4 minggu, sedangkan kebutuhan material setiap minggunya adalah 60 unit.

ROP = SS + (d x LT)

SS = 50% x (d x LT)

SS = 50% (60 x 4)

SS = 120

ROP = 120 + (d x LT)

ROP = 120 + (60 x 4)

ROP = 360

c). Out of Stock

Out of stock adalah biaya sebagai akibat terjadinya persediaan yang lebih kecil daripada jumlah yang diperlukan.

d). Capacitiy Assciated Cost CAC

Biaya-biaya yang berhubungan dengan kapasitas (Capacitiy Assciated Cost), adalah biaya-biaya yang terdiri atas biaya kerja lembur, biaya latihan, biaya pemberhentian kerja dan pengangguran, biaya ini muncul karena adanya penambahan atau pengurangan kapasitas pada suatu waktu tertentu.

Seandainya materi ini memberikan manfaat, dan anda ingin memberi dukungan Donasi pada ardra.biz, silakan kunjungi SociaBuzz Tribe milik ardra.biz di tautan berikuthttps://sociabuzz.com/ardra.biz/tribe

Daftar Pustaka:

  1. Kasmir, 2012, “Dasar Dasar Perbankan”, Edisi Revisi, Rajawali Pers, Jakarta.
  2. Djumhana, Muhamad, 2006, “Hukum Perbankan di Indonesia”, Cetakan Kelima, PT Citra Aditya Bakti,  Bandung.
  3. Kasmir, 2015, “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”, Edisi Revisi 2014, Rajawali Pers, Jakarta.
  4. Mangani, Silvanita, Ktut, 2009, “Bank dan Lembaga Keuangan Lain”, Penerbit Erlangga, Jakarta.
  5. Mishkin, S., Frederic, 2008’ “Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Uang”, Edisi Kedelapan, Salemba Empat, Jakarta.
  6. Joesoef, Jose Rizal, 2008, “Pasar Uang dan Pasar Valuta Asing”, Salemba Empat, Jakarta.
  7. Djamil, Fathurrakman,  2012, “Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di Lembaga Keuangan Syariah”, Cetakan Pertama, Sinae Grafika, Jakarta.
  8. Fuady, Munir, 2004, “Hukum Perbankan Modern”, Buku Kedua, Citra Aditya Bakti, Bandung.
  9. Machmud, A. Rukmana, H., 2010, “Bank Syariah, Teori, Kebijakan, dan Studi Empiris di Indonesia”, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Produk Jasa Bank: Pengertian Fungsi Jenis Contoh Transfer, Safe Deposit Box, Inkaso, Collection,

Pengertian Produk Jasa Bank. Jasa- jasa bank merupakan kegiatan perbankan yang bertujuan untuk mendukung dan memperlancar kegiatan menghimpun dana dan menyalurkan dana. Jasa-jasa bank lainnya yang ditawarka oleh perbankan diantaranya jasa transfer, Letter of Credit, inkaso, safe deposit box, bank garansi, payment point, bank note, kliring, travellers cheque, dan lain sebagainya.

Produk Jasa Bank, Transfer

Transfer merupakan jasa pengiriman uang lewat bank baik dalam kota, antar kota atau luar kota, atau antar negara atau ke luar negeri.

Khusus untuk pengiriman uang ke luar negeri dari harus melalui bank devisa. Pengiriman uang dapat dilakukan pada bank yang sama atau bank yang berlainan.

Lama pengiriman tergantung sistem atau sarana yang digunakan untuk mengirim. Sarana yang digunakan dalam jasa transfer ini tergantung pada nasabah.

Contoh system atau Sarana yang biasa digunakan untuk transfer adalah surat, telex, telepon, faksimile, on line komputer, dan sarana lainnya.

Transfer dapat dilakukan dalam hitungan menit dengan on line komputer. Jasa transfer on line komputer ini dikenal dengan BI-RTGS (Real Time Gross Settlement) dan SKKNI. Sarana yang digunakan ini juga akan mempengaruhi kecepatan pengiriman.

Biaya Transfer

Nasabah pengirim akan diminta biaya kirim yang besarnya tergantung dari bank yang bersangkutan, apakah nasabah yang bersangkutan memiliki rekening di bank tersebut atau tidak.

Selain itu besarnya biaya kirim juga dipengaruhi oleh sarana yang digunakan. Biaya kirim lewat telepon akan lebih mahal daripada lewat telex, begitupun apabila kita menggunakan on line komputer biaya dengan fasilitas BI-RTGS lebih mahal daripada SKKNI.

Manfaat Fungsi Transfer

Keuntungan Bagi Nasabah adalah

  • Pengiriman uang lebih cepat
  • Aman sampai tujuan
  • Pengiriman dapat dilakukan lewat telepon melalui pembebanan rekening
  • Prosedur lebih mudah dan cepat

Keuntungan Bagi Bank adalah

  • Biaya kirim
  • Biaya provisi dan komisi
  • Pelayanan kepada nasabah

Pihak Yang Terlibat Pada Mekanisme Transfer

Adapun pihak yang terlibat pada Transaksi transfer

– Pengirim dana sebagai pihak yang menggunakan jasa bank. Pihak ini dapat sebagai nasabah bank pelaksana atau pihak lain.

– Bank pelaksana transfer keluar (drawer bank) sebagai pihak penerima dana dan amanat dari pihak pengirim untuk melaksanakan transfer kepada pihak yang ditunjuk pengirim.

– Bank tertarik (drawer bank) yang menerima transfer masuk sebagai pihak yang akan meneruskan kepada pihak yang ditunjuk pengirim.

– Penerima dana terakhir (beneficiary) adalah pihak yang berhak menerima transfer dana dari pengirim. Pihak ini akan menerima dana transfer dari bank penerima transfer masuk (drawer bank)

Macam Jenis Transfer

Transfer dibagi dalam dua jenis yaitu transfer keluar dan transfer kedalam. Perbedaan utama kedua jenis transfer di atas terletak pada pihak pemberi amanat. Pada transfer masuk, pihak pemberi amanat adalah bank, sedangkan pada transfer keluar, pihak pemberi amanat adalah nasabah pengirim.

a). Produk Jasa Bank, Transfer keluar

Salah satu jenis pengiriman uang yang dapat menyederhanakan lalu lintas pembayaran adalah dengan pengiriman uang keluar (transfer keluar). Media untuk melakukan transfer ini adalah secara tertulis (mail transfer) ataupun melalui kawat (wire transfer). Pengamanan dalam transfer keluar ini adalah kode rahasia seperti nomor tes dari setiap transfer masuk dan keluar.

b). Produk Jasa Bank, Transfer masuk

Transfer masuk, di mana bank menerima amanat dari salah satu cabang untuk membayar sejumlah uang kepada seorang beneficiary. Dalam hal ini bank pembayar akan membukukan hasil transfer kepada rekening nasabah beneficiary jika ia memiliki rekening di bank pembayar.

Transfer masuk tidak dikenakan lagi komisis karena si nasabah pemberi amanat telah dibebankan sejumlah komisi pada saat memberikan amanat transfer. Keuntungan yang diharapkan adalah dari lamanya dana mengendap, yaitu selisih waktu antara penerima perintah untuk membayar hingga hasil transfer dibayarkan.

Produk Jasa Bank, Safe Deposit Box SDB

Safe deposit box SDB merupakan jasa bank yang diberikan kepada para nasabahnya untuk pengamanan dokumen- dokumen ataupun benda- benda berharga miliknya. Safe deposit box SDB berbentuk kotak (box) dengan ukuran yang berbeda- beda sesuai dengan kebutuhan dari para nasabahnya.

Safe Deposit Box SDB terbuat dari baja tahan api dan memiliki dua buah anak kunci, satu dipegang oleh bank dan satu lagi dipegang oleh nasabah.

Keuntungan Safe Deposit Box

Keuntungan bagi bank dengan membuka jasa Safe deposit box adalah mendapat imbal jasa sebagai keuntungan dari biaya sewa, uang setoran jaminan yang mengendap, dan pelayanan nasabah.

Biaya sewa tergantung ukuran box yang diinginkan serta jangka waktu sewa. Biaya sewa dibayar biasanya per tahun.

Setoran jaminan, merupakan biaya pengganti, apabila kunci yang dipegang oleh nasabah hilang dan box harus dibongkar. Akan tetapi, jika tidak terjadi masalah, maka apabila Safe deposit box tidak diperpanjang setoran jaminan dapat diambil kembali.

Keuntungan bagi nasabah pemegang Safe deposit box adalah:

– Menjamin kerahasiaan barang-barang yang disimpan, karena pihak bank tidak perlu tahu isi Safe deposit box selama tidak melanggar aturan yang telah ditentukan sebelumnya.

– Keamanan dokumen juga terjamin, hal ini disebabkan peralatan keamanan canggih,

Produk Jasa Bank, Inkaso

Inkaso merupakan jasa bank untuk menagihkan warkat-warkat yang berasal dari luar kota atau luar negeri. Contohnya, selembar cek yang diterbitkan oleh Bank di Kota Bandung, maka cek tersebut dapat dicairkan di Semarang melalui jasa inkaso. Bank yang di Semarang yang menagihkannya ke bank di Bandung dan proses penagihan ini kita sebut inkaso dalam negeri.

Besar biaya penagihan tergantung pada bank yang bersangkutan dengan pertimbangan jarak dan pertimbangan lainnya. Proses penagihan lewat inkaso tergantung pada jarak lokasi penagihan dan biasanya memerlukan waktu antara satu minggu sampai satu bulan.

Bank yang terlibat dalam inkaso adalah sebagai berikut:

a). Bank pemrakarsa adalah bank penerima warkat dari pihak ketiga untuk ditagihkan dan hasilnya untuk kepentingan pihak ketiga tersebut.

c).  Bank pelaksana adalah bank yang melakukan penagihan kepada pihak ketiga (nasabah bank pelaksana) atas amanah dari bank pemrakarsa dan hasilnya untuk kepentingan pihak ketiga (nasabah bank pemrakarsa).

Produk Jasa Bank, Collection

Collection Sama dengan inkaso, tetapi collection menggunakan jasa bank koresponden luar negeri untuk menagihkan warkat- warkat yang diterima oleh seksi inkaso untuk ditagihkan. Collection hanya dapat dilakukan oleh bank devisa karena yang memiliki jaringan ke luar negeri hanyalah bank devisa.

Jenis Jenis Produk Jasa Bank Collection

Adapun collection dapat dibagi dalam tiga macam cara, yaitu:

a). Full Collection – Individual Collection

Suatu proses collection dimana setelah hasil collection dikredit oleh bank koresponden ke rekening bank penagih, bank koresponden tidak dapat mendebet kembali rekening bank penerbit tersebut.

b).  Cash Collection

Jumlah hasil collection dikredit ke rekening bank penagih oleh bank koresponden pada waktu bank koresponden menerima warkat dari bank penagih. Bank koresponden tidak dapat mendebet kembali jika jumlah yang dikredit sudah mengendap di rekening bank penagih selama 15 hari kerja.

c). Cash Letter

Cash letter hanya dapat diberikan kepada nasabah tertentu karena bank koresponden berhak mendebit kembali rekening bank penagih dalam waktu 6 tahun.

Objek Inkaso

Surat-surat berharga yang dapat diinkasokan (objek inkaso) dalam negeri adalah wesel, cek, bilyet giro, surat undian (yang menang), money order, surat aksep, kuitansi, dan nota tagihan lainnya.

Sedangkan warkat -warkat (objek inkaso collection) luar negeri adalah:

a). Draft / Wesel,

Draft / Wesel, yaitu suatu perintah tanpa syarat dari bank penerbit kepada bank lain koresponden untuk melakukan pembayaran sejumlah uang kepada orang/perusahaan yang namanya tercantum di draft/wesel tersebut pada waktu diajukan.

b). Travelers Check,

Travelers Check yaitu sejenis kertas berharga yang dikenal dan dipergunakan oleh masyarakat internasional sebagai alat tukar/alat pembayaran yang sah.

c). Treasury check,

Treasury check yaitu sejenis cek yang dikeluarkan oleh duta besar negara tertentu.

Jenis Warkat

Warkat yang dapat diinkaso dibedakan atas warkat inkaso tanpa dokumen dan warkat inkaso berdokumen.

a). Warkat Inkaso Tanpa Dokumen

Warkat Warkat Inkaso Tanpa Dokumen adalah warkat-warkat yang dapat diinkasokan tanpa dilampiri (disertai) dengan dokumen-dokumen lain. Misalnya cek, bilyet giro, wesel, dan surat-surat berharga lainnya.

b). Warkat Inkaso Berdokumen

Warkat Warkat Inkaso Berdokumen adalah warkat- warkat yang dapat diinkasokan dengan dilampiri dokumen-dokumen lain yang yang mewakili barang dagangan seperti faktur, kuitansi, konosemen (bill of lading), polis asuransi, dan dokumen lainnya.

Manfaat Inkaso

Beberapa Manfaat Inkaso adalah

a).  Nasabah yang mempunyai piutang tidak perlu menagih sendiri atau mendatangi sendiri pihak yang ditagih. Ia cukup menyerahkan surat tagihannya kepada bank untuk inkaso.

b). Nasabah dapat menghemat biaya dan memperoleh keamanan.

c). Sedangkan untuk bank yang melakukan kegiatan inkaso keluar adalah sebagai sumber peningkatan pendapatan bank dalam bentuk komisi dan pengendapan dana, selain itu juga sebagai salah satu cara untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan pangsa pasar.

Jenis Jenis Inkaso

Inkaso dilihat dari kegiatannya, inkaso dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu inkaso masuk dan inkaso keluar.

Baik inkaso masuk maupun inkaso keluar akan menciptakan hubungan antar kantor antara bank pemberi amanat dan cabang pemberi amanat. Untuk inkaso keluar, bank pemberi amanat akan mendebet bank penerima amanat. Sedangkan untuk inkaso masuk, bank penerima amanat akan mengkredit bank pemberi amanat

a). Inkaso Keluar

Inkaso keluar merupakan kegiatan bank pemrakarsa melaksanakan penagihan sesuai dengan amanat yang diterimanya, baik untuk keuntungan nasabah bank sendiri atau pihak lainnya. Kegiatan inkaso keluar yaitu:

  • Penerimaan amanat dan warkat inkaso dari pemberi amanat
  • Meneruskan amanat kepada kantor cabang bank sendiri di kota tempat pihak tertagih
  • Penerimaan hasil inkaso dari kantor cabang pelaksana inkaso
  • Penyerahan (pembayaran) hasil inkaso kepada pihak pemberi amanat.

b), Inkaso Masuk

Inkaso masuk merupakan tagihan dari cabang bank sendiri atau bank lain atas warkat yang diterbitkan oleh nasabah sendiri. Kegiatan inkaso masuk meliputi:

  • Penerimaan tagihan masuk dari cabang bank sendiri di kota lain. Dalam hal ini, bank penerima tagihan masuk merupakan bank penerima inkaso.
  • Pelaksana (realisasi) penagihan. Jika pihak tertagih (tertarik) sebagai nasabah sendiri, bank pelaksana membebani rekening nasabah bank yang bersangkutan sejumlah minimal inkaso. Dalam hal pihak tertarik adalah nasabah bank lain, bank pelaksana melakukan penagihan kepada bank tempat rekening tertarik melalui kliring.
  • Pengiriman informasi mengenai hasil inkaso kepada kantor cabang pemrakarsa. Inkaso merupakan pemberian kuasa oleh perusahaan/ perseorangan untuk penagihan piutang maupun pembayaran kepada pihak lain (dalam dan luar negeri), baik dalam bentuk rupiah maupun mata uang asing. Atas jasa ini, bank mendapat jasa sebesar nota inkaso yang telah disepakati.

Daftar Pustaka:

  1. Kasmir, 2012, “Dasar Dasar Perbankan”, Edisi Revisi, Rajawali Pers, Jakarta.
  2. Djumhana, Muhamad, 2006, “Hukum Perbankan di Indonesia”, Cetakan Kelima, PT Citra Aditya Bakti,  Bandung.
  3. Kasmir, 2015, “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”, Edisi Revisi 2014, Rajawali Pers, Jakarta.
  4. Mangani, Silvanita, Ktut, 2009, “Bank dan Lembaga Keuangan Lain”, Penerbit Erlangga, Jakarta.
  5. Mishkin, S., Frederic, 2008’ “Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Uang”, Edisi Kedelapan, Salemba Empat, Jakarta.
  6. Joesoef, Jose Rizal, 2008, “Pasar Uang dan Pasar Valuta Asing”, Salemba Empat, Jakarta.
  7. Djamil, Fathurrakman,  2012, “Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di Lembaga Keuangan Syariah”, Cetakan Pertama, Sinae Grafika, Jakarta.
  8. Fuady, Munir, 2004, “Hukum Perbankan Modern”, Buku Kedua, Citra Aditya Bakti, Bandung.
  9. Machmud, A. Rukmana, H., 2010, “Bank Syariah, Teori, Kebijakan, dan Studi Empiris di Indonesia”, Penerbit Erlangga, Jakarta.
  10. Rangkuman Ringkasan: Jasa-jasa bank lainnya merupakan kegiatan perbankan yang ketiga. Tujuan pemberian jasa-jasa bank ini adalah untuk mendukung dan memperlancar kegiatan menghimpun dana dan menyalurkan dana. Jasa-jasa bank lainnya yang ditawarka oleh perbankan diantaranya jasa transfer, Letter of Credit, inkaso, safe deposit box, bank garansi, payment point, bank note, kliring, travellers cheque, dan lain sebagainya.
  11. Transfer merupakan jasa pengiriman uang lewat bank baik dalam kota, luar kota, atau ke luar negeri. Khusus untuk pengiriman uang ke luar negeri dari harus melalui bank devisa. Pengiriman uang dapat dilakukan pada bank yang sama atau bank yang berlainan. Lama pengiriman tergantung sarana yang digunakan untuk mengirim. Sarana yang digunakan dalam jasa transfer ini tergantung kemauan nasabah.
  12. L/C merupakan suatu pernyataan dari bank atas permintaan nasabah (biasanya importir) untuk menyediakan dan membayar sejumlah uang tertentu untuk kepentingan pihak ketiga (penerima L/C atau eksportir). L/C sering disebut dengan kredit berdokumen atau documentary credit.
  13. Safe deposit box merupakan jasa bank yang diberikan kepada para nasabahnya yang membutuhkan keamanan pada dokumen-dokumen ataupun benda-benda berharga miliknya. Bentuknya berupa kotak dimana terdapat ukuran yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan dari para nasabahnya. Pembukaan SDB dilakukan dengan dua buah anak kunci, dimana satu dipegang bank dan satu lagi dipegang oleh nasabah.
  14. Inkaso merupakan jasa bank untuk menagihkan warkat-warkat yang berasal dari luar kota atau luar negeri. Contohnya, apabila kita memperoleh selembar cek yang diterbitkan oleh Bank di Kota Surabaya, maka cek tersebut dapat dicairkan di Jakarta melalui jasa inkaso.
  15. Bank garansi adalah jaminan pembayaran dari bank yang diberikan kepada pihak penerima jaminan (bisa perorangan maupun perusahaan dan biasa disebut beneficiary) apabila pihak yang dijamin (biasanya nasabah bank penerbit dan biasa disebut applicant) tidak dapat memenuhi kewajiban atau cidera janji (wanprestasi).
  16. Payment point adalah salah satu jasa perbankan untuk melayani masyarakat yang akan melakukan pembayaran-pembayaran yang relatif rutin dan nilainya relatif kecil.
error: Content is protected !!