Pengertian Kebangkrutan. Kebangkrutan (bankcruptcy) merupakan kondisi dimana perusahaan tidak mampu lagi untuk melunasi kewajibannya.
Kondisi ini biasanya tidak muncul begitu saja di perusahaan, ada indikasi awal dari perusahaan tersebut yang biasanya dapat dikenali lebih dini kalau laporan keuangan dianalisis secara lebih cermat dengan suatu cara tertentu. Rasio keuangan dapat digunakan sebagai indikasi adanya kebangkrutan di perusahaan.
Kebangkrutan adalah ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajiban keuangannya pada saat jatuh tempo yang menyebabkan kebangkrutan atau kesulitan likuiditas yang mungkin sebagai awal kebangkrutan.
Jenis Jenis Kegagalan Kebangkrutan
Kebangkrutan sebagai suatu kegagalan yang terjadi pada sebuah perusahaan dapat didefinisikan sebagai berikut
1). Economic Failure
Economic failure atau kegagalan ekonomi adalah keadaan dimana perusahaan tidak dapat menutup total biaya termasuk biaya modal atau cost of capital.
Perusahaan dapat meneruskan operasinya sepanjang kreditur berkeinginan untuk menyediakan tambahan modal dan pemiliknya berkenan menerima tingkat pengembalian (rate of return) di bawah tingkat bunga pasar. Meskipun tidak ada suntikan modal bau saat aset tua sudah harus diganti, perusahaan dapat juga menjadi sehat secara ekonomi.
2). Business Failure
Business failure atau kegagalan bisnis adalah bisnis yang menghentikan operasi karena ketidakmampuannya untuk menghasilkan keuntungan atau kreditur.
Sebuah bisnis yang menguntungkan dapat gagal jika tidak menghasilkan arus kas yang cukup untuk pengeluaran.
3). Isolvency
Insolvency terbagi terdiri dari dua, yaitu technical insolvency dan Insolvency in bankruptcy.
a). Technical Insolvency
Technical insolvency atau insolvesi teknis adalah kegagalan yang terjadi apabila perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo walaupun total aktivanya sudah melebihi total hutangnya.
Technical insolvency bersifat sementara kegagalan yang terjadi jika diberi waktu perusahaan mungkin dapat membayar hutangnya dan terhindar dari kemungkinan terjadinya financial distress. Tetapi apabila technical insolvency adalah gejala awal kegagalan ekonomi, maka kemungkinan selanjutnya dapat terjadi bencana keuangan atau financial disaster.
b). Insolvency in Bankruptcy
Perusahaan dikatakan mengalami insolvency in bankruptcy adalah kegagalan ketika nilai buku hutang melebihi nilai pasar aset yang dapat mengarah kepada likuidasi bisnis.
4). Legal Bankruptcy
Perusahaan dikatakan bangkrut secara hukum adalah kegagalan jika telah diputuskan secara resmi oleh undang- undang.
Faktor-Faktor Penyebab Kebangkrutan
Faktor-faktor penyebab kebangkrutan secara garis besar dibagi
Faktor Umum
a). Sektor Ekonomi
Faktor penyebab kebangkrutan dari sektor ekonomi adalah gejala inflasi dan deflasi pada harga barang dan jasa, kebijakan keuangan, suku bunga dan devaluasi atau revaluasi uang dalam hubungannya dengan uang asing serta neraca pembayaran, surplus atau defisit dalam hubungannya dengan perdagangan luar negeri.
b). Sektor Sosial
Faktor sosial yang sangat berpengaruh terhadap kebangkrutan cenderung pada perubahan gaya hidup masyarakat yang mempengaruhi permintaan terhadap produk dan jasa. Faktor sosial lain yang juga berpengaruh yaitu kerusuhan atau kekacauan yang terjadi dalam masyarakat.
c). Sektor Teknologi
Penggunaan teknologi informasi menyebabkan biaya yang ditanggung perusahaan membengkak terutama untuk pemeliharaan dan implementasi. Pembengkakan biaya terjadi jika penggunaan teknologi informasi tersebut kurang terencana oleh pihak manajemen, sistemnya tidak terpadu dan pada manajer penggunaanya kurang profesional.
d). Sektor Pemerintah
Kebijakan pemerintah terhadap pencabutan subsidi pada perusahaan dan industri, pengenaan tarif ekspor dan impor barang yang berubah, kebijakan undang-undang baru bagi perbankan atau tenaga kerja dan lain-lain.
Faktor Eksternal Perusahaan
a). Sektor Pelanggan
Perubahan dalam keinginan pelanggan yang tidak diantisipasi oleh perusahaan yang mengakibatkan pelanggan lari sehingga terjadi penurunan dalam pendapatan.
Hal ini berguna untuk menghindari hilangnya konsumen, juga menciptakan peluang untuk menemukan konsumen baru dan menghindari menurunnya hasil penjualan sehingga akan menurunkan pendapatan yang diperoleh dan mencegah konsumen berpaling ke pesaing lain.
b). Sektor Pemasok
Kesulitan bahan baku karena supplier tidak dapat memasok lagi kebutuhan bahan baku yang digunakan untuk produksi.
Perusahaan dan pemasok harus tetap bekerja sama dengan baik karena kekuatan pemasok untuk menaikkan harga dan mengurangi keuntungan pembelinya tergantung pada seberapa jauh pemasok ini berhubungan dengan pedagang bebas.
c). Sektor Pesaing
Semakin ketatnya persaingan menuntut perusahaan agar selalu memperbaiki produk yang dihasilkan, memberikan nilai tambah yang lebih baik bagi pelanggan.
Peusahaan jangan melupakan pesaing, karena kalau produk pesaing lebih diterima oleh masyarakat maka perusahaan tidak akan kehilangan konsumen dan mengurangi pendapatan yang diterima.
d). Perekonomian Global
Kondisi perekonomian secara global juga harus selalu diantisipasi oleh perusahaan. Dengan semakin terpadunya perekonomian dengan Negara-negara lain, perkembangan perekonomian global juga harus diantisipasi oleh perusahaan.
Faktor Internal Perusahaan
Faktor-faktor yang menyebabkan kebangkrutan secara internal adalah sebagai berikut:
a). Ketidakseimbangan dalam modal yang dimiliki dengan jumlah piutang-hutang yang dimiliki. Terlalu besarnya kredit yang diberikan kepada debitur atau pelanggan. Hal ini pada akhirnya tidak dibayar oleh para pelanggan pada waktunya.
b). Manajemen yang tidak efisien dapat mengakibatkan kerugian terus- menerus yang pada akhirnya menyebabkan perusahaan tidak dapat membayar kewajibannya.
Ketidakefisienan manajemen tercermin pada ketidakmampuan manajemen menghadapi situasi yang terjadi seperti, hasil penjualan yang tidak memadai, kesalahan dalam penetapan harga jual, pengelolaan hutang-piutang yang kurang memadai, struktur biaya,
c). Adanya kecurangan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan bisa mengakibatkan kebangkrutan. Hal ini banyak dilakukan oleh karyawan, kadang oleh manajer puncak dan hal ini sangat merugikan, apalagi kalau kecurangan itu berhubungan dengan keuangan perusahaan. Kecurangan ini bisa berbentuk manajemen yang korup ataupun memberikan informasi yang salah pada pemegang saham atau investor.
Analisis Kebangkrutan Model Altman Z-Score
Pengertian Z Score. Z-Score merupakan scrore atau indeks yang digunakan untuk memprediksi, menilai probabilitas kebangkrutan sebuah perusahaan dalam waktu dua tahun ke depan. Formula Z-Scrore diperkenalkan dan dipublikasikan pada tahun 1968 oleh Edward I. Altman. Pada saat itu Altman adalah Asisten Profesor Keuangan di Universitas New York.
Analisis kebangkrutan Z-Score adalah suatu alat yang digunakan untuk memprediksi tingkat kebangkrutan suatu perusahaan dengan menghitung nilai dari beberapa rasio kemudian disubstitusikan dalam persamaan diskriminan. Rumus ini adalah model rasio atau nisbah yang menggunakan multiple discriminate analysis (MDA).
Z-Score adalah skor yang ditentukan dari hitungan standar kali nisbah- nisbah keuangan yang akan menunjukkan tingkat kemungkinan kebangkrutan perusahaan.
Jenis Model Altman Z-Score
Ada tiga macam fungsi diskriminan dari model Altman Z-Score, yaitu:
Model Original Z-Score Untuk Public Manufacturer
Model ini dikembangkan pada tahun 1968 yang lebih sesuai diterapkan untuk perusahaan- perusahaan manufaktur publik.
Z= 1,2X1 + 1,4X2 + 3,3X3 + 0,6X4 + 0,999X5
Keterangan:
X1 = Working Capital toTotal Assets
X2 = Retained Earnings to TotalAssets
X3 = Earning Before Interest and Taxes to Total Assets
X4 = Market Value of Equity to Book Value of TotalLiabilities
X5= Sales/Total Assets
Interpretasi Nilai Model Original Z Score Altman Pertama
Adapun interpretasi penilaian Model Z Score Altman adalah sebagai berikut:
Penilaian Sehat artinya perusahaan tersebut dalam kondisi sehat dan tidak sedang mengalami kesulitan keuangan.
Penilaian grey area atau rawan bangkrut artinya perusahaan memiliki peluang mengalami kebangkrutan, namun peluang terselamatkan dan peluang bangkrut sama besarnya, tergantung dari penanganan pihak manajemen dalam mengelola perusahaan mengatasi hal tersebut.
Penilaian Bangkrut artinya perusahaan sedang dalam kondisi mengalami kesulitan keuangan yang pelik dan memiliki peluang besar akan menghadapi kebangkrutan..
Z-Score > 2,99 sehat,
1,81< Z-Score < 2,99 grey area,dan
Z-Score < 1,81potensial bangkrut
Model Revisi Z-Score Untuk Private Manufacturer
Model ini dikembangkan pada tahun 1983 untuk private manufacturer. Variabel X4 pada fungsi ini menggunakan nilai buku stockholder’s equity karena perusahaan private manufacturer tidak memiliki market value of equity. Variabel X4 menjadi perbandingan nilai buku modal terhadap nilai buku hutang.
Mengingat bahwa tidak semua perusahaan melakukan go public dan tidak memliki nilai pasar, maka formula untuk perusahaan yang tidak go public diubah menjadi sebagai berikut:
Z= 0,717X1 + 0, 847X2 + 3,107X3 + 0,420X4 + 0,998X5
Keterangan:
X1 = Working Capital to Total Assets
X2 = Retained Earnings toTotal Assets
X3 = Earning Before Interest and Taxes to Total Assets
X4 = Book Value of Equity to Book Value of Total Liabilities
X5 = Sales to Total Assets
Interpretasi Nilai Model Revisi Z Score Altman
Z-Score > 2,90 sehat,
1,23 < Z-Score < 2,90 grey area, dan
Z-Score < 1,23potensial bangkrut.
Model Modifikasi Z-Score Untuk Perusahaan Non Manufacturing
Model ini digunakan untuk memprediksi terjadinya kebangkrutan pada perusahaan- perusahaan non-manufacturing seperti usaha -usaha kecil, retail/ whole sales, sektor jasa dan peruahaan penerbit obligasi. Pada model Z-Score ini, nilai X5 atau nilai sales to total assets tidak dihitung karena selalu berubah- ubah secara signifikan dalam industri.
Z = 06,567X1 + 3,26X2 + 6,72X3 + 1,05X4
Keterangan:
X1 = Working Capital to Total Assets
X2 = Retained Earnings to Total Assets
X3 = Earning Before Interest and Taxes to Total Assets
X4= Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities
Interpretasi Nilai Model Modifikasi Z Score Altman
Z-Score > 2,60 sehat,
1,10 < Z-Score < 2,60 grey area dan
Z-Score < 1,10 potensial bangkrut.
Dari formulanya diketahui bahwa Z-Score berkorelasi positf dengan rasio-rasio keuangan yang berbasis Total Asset atau total aktiva. Jika rasio-rasio keuangan ini naik, maka Z-Score naik, atau probabilitas kebangkrutan turun. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan secara optimal dari seluruh sumber daya yang dimiliki perusahaan menjadi peran utama. Laba sebelum bunga dan pajak yang diperoleh menduduki porsi terbesar dalam menentukan apakah perusahan dalam katagori bangkrut atau tidak.
Perusahaan yang memiliki Z-Score di atas 2,99 dinyatakan sebagai perusahaan non bangkrut. Dan perusahaan dengan Z-Score di bawah 1,81 dikatagorikan sebagai perusahaan yang bangkrut. Sedangkan yang memiliki nilai di antaranya dianggap sebagai perusahaan yang diwaspadai dengan katagori abu-abu.
Analisis Kebangkrutan Perusahaan Model Z Score Altman, Pengertian Jenis Contoh
Analisis Rasio Keuangan Likuiditas, Contoh Soal Rumus Perhitungan
Analisis Rasio Keuangan Profitabilitas, Contoh Soal Perhitungan
Analisis Rasio Keuangan Solvabilitas, Contoh Soal Rumus Perhitungan
Rasio Keuangan Aktivitas: Pengertian Analisis Receivable Fixed Assets Working Capital Total Assets Turnover, Tujuan Jenis Manfaat, Contoh Soal Rumus Perhitungan 4
Rasio Return On Investment, Equity, ROI, ROE, Analisis Du Pont
Sartono, A., 2001, “ Manajemen Keuangan: Teori dan Aplikasi”, BPPE-Yogyakarta, Jogyakarta
Pengertian Definisi artikel Makalah pdf power point Analisis Rasio Keuangan Perusahaan, Analisis Ratio Keuangan, Rasio Keuangan, Tujuan Analisis Rasio Keuangan, Bentuk- Jenis Rasio Keuangan, Rasio Likuiditas, Current Ratio, atau Rasio Lancar, Quick Ratio, atau Acid Test Ratio atau Rasio Sangat Lancar, Rasio Kas, Cash Ratio, Rasio Solvabilitas, Rasio Leverage, Total Debt to Total Assets, Debt Equity Ratio, Time Interest Earned, Rasio Aktivitas, Activity Ratio,
Perputaran Piutang, Receivable Turnover, Perputaran Persediaan, Inventory Turnover, Perputaran Aktiva Tetap, Fixed Assets Turnover, Rasio Profitabilitas, Profitability Ratio, Profit Margin, Profit Margin on Sales, Return On Investment, ROI, Return On Equity, ROE, Rasio Pasar, Price Earning Ratio, Market to Book Value. Analisis Kebangkrutan Z Score, Pengertian, Definisi Z Score, Current Assets, Current Liabilities, Total Assets, Retained Earnings, Earnings Before Interest and Taxes , Book Value of Equity, Total Liabilities, Sales, Edward I. Altman.