Ringkasan. Pengaruh tingkat inflasi terhadap kurs mata uang asing dapat dijelaskan dengan teori purchasing power parity (PPP Theory) atau paritas daya beli. Teori ini diperkenalkan oleh Gustav Cassel setelah Perang Dunia I.
Berdasarkan teori PPP relatif dapat diketahui bahwa kurs mata uang akan berubah untuk mempertahankan daya belinya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kurs mata uang asing mencerminkan perbandingan antara nilai mata uang satu negara dengan negara lainnya yang ditentukan oleh daya beli dari masing-masing negara.
Pengertian Definisi Tingkat Inflasi
Mata uang dari negara yang mengalami inflasi tinggi cenderung mengalami depresiasi. Sebaliknya mata uang dari negara yang mempunyai tingkat inflasi rendah cenderung mengalami apresiasi. Hal ini merupakan alasan mengapa tingkat inflasi menjadi bagian yang ikut diperhatikan oleh para pelaku perdagangan mata uang asing.
Inflasi adalah kecenderungan naiknya harga barang dan jasa pada umumnya yang berlangsung secara terus menerus. Jika inflasi meningkat maka harga barang di dalam negeri mengalami kenaikan. Naiknya harga barang sama artinya dengan turunnya nilai mata uang. Dengan demikian inflasi dapat diartikan sebagai penurunan nilai mata uang terhadap nilai barang dan jasa secara umum.
Rumus Tingkat Inflasi
Tingkat inflasi menunjukkan persentase perubahan tingkat harga rata-rata tertimbang untuk barang dan jasa dalam perekonomian suatu negara. Tingkat inflasi ditentukan dengan formula sebagai berikut:
tingkat hargat adalah harga pada tahun t
tingkat hargat-1 adalah harga pada tahun t – 1
Rumus Tingkat Harga
Tingkat harga yang biasa digunakan untuk perhitungan tingkat inflasi adalah indeks harga konsumen (IHK) atau indeks harga produsen (IHP). Sehingga tingkat inflasi dapat dihitung seperti berikut:
IHKt adalah IHK pada tahun t
IHKt-1 adalah IHK pada tahun t – 1
Pada dasarnya kenaikan tingkat inflasi menunjukkan pertumbuhan perekonomian, namun dalam jangka panjang, tingkat inflasi yang tinggi dapat memberikan dampak yang buruk. Tingginya tingkat inflasi menyebabkan harga barang domestik relatif lebih mahal dibanding dengan harga barang impor.
Harga yang lebih mahal menyebabkan turunya daya saing barang domestik di pasar internasional. Masyarakat terdorong untuk membeli barang impor yang relatif lebih murah. Hal ini berdampak pada turunnya nilai ekspor dan naiknya nilai impor.
Transaksi terhadap barang dan jasa impor membutuhkan konversi mata uang domestik menjadi mata uang asing. Meningkatnya permintaan mata uang asing cenderung melemahkan mata uang domestik. Dengan kata lain, kenaikan harga yang menyebabkan kenaikan tingkat inflasi cenderung menurunkan daya saing dan melemahkan nilai mata uang domestik.
Purchasing Power Parity Theory (PPP Theory) Atau Paritas Daya Beli.
Pengaruh tingkat inflasi terhadap kurs mata uang asing dapat dijelaskan dengan teori purchasing power parity (PPP Theory) atau paritas daya beli. Teori ini diperkenalkan oleh Gustav Cassel setelah Perang Dunia I.
Berdasarkan teori PPP relatif dapat diketahui bahwa kurs mata uang akan berubah untuk mempertahankan daya belinya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kurs mata uang asing mencerminkan perbandingan antara nilai mata uang satu negara dengan negara lainnya yang ditentukan oleh daya beli dari masing-masing negara.
Perubahan dimulai dari titik kesetimbangan tertentu, kemudian terjadi perubahan tingkat harga yang akan menentukan perubahan kurs mata uang asing. Perubahan kurs yang dipengaruhi oleh tingkat inflasi dapat ditentukan dengan formula berikut:
e1 adalah kurs mata uang asing di masa akan datang.
e0 adalah kurs mata uang asing saat ini.
id adalah tingkat inflasi domestik
if adalah tingkat inflasi negara asing
Jika tingkat inflasi domestik lebih tinggi dari tingkat inflasi negara asing, maka nilai mata uang domestik mengalami depresiasi, sedangkan mata uang asing terapresiasi. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
persamaan di atas dapat ditulis ulang seperti berikut:
e1/e0 = [1 + id]/[1 + if]
Jika tingkat inflasi domestik lebih tinggi dari tingkat inflasi negara asing atau
id > if , maka [1 + id]/[1 + if] memiliki nilai lebih dari satu, atau
[1 + id]/[1 + if] > 1, sehingga nilai e1/e0 > 1 atau
e1 > e0, artinya kurs mata uang asing di masa akan datang lebih tinggi dari kurs mata uang asing saat ini.
Pengaruh Tingkat Inflasi Terhadap Kurs Valuta Asing
Untuk dapat mempermudah pemahaman, maka akan dicoba dengan menentukan perubahan kurs GBP/USD pada tingkat inflasi di Inggris sebesar iGBP dan tingkat inflasi di Amerika sebesar iUSD.
Pada awal kesetimbangan kurs GBP/USD adalah GBP/USD(1) dan setelah mengalami perubahan adalah GBP/USD(2). Harga komoditi di Inggris yang dinyatakan dalam Poundsterling dinotasikan sebagai PGBP. Sedangkan harga komoditi di Inggris yang dinyakan dalam Dollar Amerika dinotasikan dengan PUSD.
Sebagai catatan kurs GBP/USD menyatakan nilai Dollar Amerika per satu Poundsterling. Misal Kurs GBP/USD 1,6500 artinya satu Poundsterling sama dengan 1,6500 Dollar Amerika, atau 1,6500 Dollar Amerika per satu Poundsterling.
Untuk menghemat penulisan, maka pada bahasan ini, penyelesaian matematisnya tidak diuraikan disini, namun hanya diulas hasil akhirnya saja.
Ada dua pendekatan yang bisa digunakan untuk memprediksi pengaruh perubahan inflasi terhadap perubahan kurs.
Pendekatan Pertama:
Inflasi diartikan sebagai kenaikan harga komoditi, kemudian perubahan harga komoditi ini digunakan sebagai acuan untuk memprediksi pergerakan kurs.
Perubahan kurs GBP/USD yang dipengaruhi oleh inflasi dari Inggris dan Amerika dapat dinyatakan dengan formula sebagai berikut:
Nilai mata uang dari negara yang mengalami inflasi tinggi atau lebih tinggi dari negara lain akan mengalami depresiasi. Jika tingkat inflasi di Amerika lebih tinggi daripada tingkat inflasi di Inggris, maka Dollar Amerika mengalami depresiasi dan Poundsterking Inggris terapresiasi.
Pendekatan Kedua:
Inflasi diartikan sebagai penurunan nilai mata uang, kemudian perubahan nilai mata uang ini digunakan sebagai acuan untuk memprediksi pergerakan kurs.
Perubahan kurs GBP/USD yang dipengaruhi oleh inflasi dari Inggris dan Amerika dapat dinyatakan dengan formula sebagai berikut:
Mata uang dari negara yang mengalami inflasi lebih tinggi cenderung mengalami apresiasi. Jika inflasi di Amerika lebih tinggi daripada di Inggris, maka kurs GBP/USD mengalami penurunan. Pondsterling Inggris mengalami depresiasi sedangkan Dollar Amerika mengalami apresiasi.
Kedua pendekatan di atas memberi hasil yang saling berlawanan. Ketika inflasi diartikan sebagai kenaikan harga komoditi, kemudian harga komoditi digunakan sebagai acuan untuk memprediksi pergerakan kurs, maka mata uang dari negara yang memiliki tingkat inflasi lebih tinggi cenderung mengalami depresiasi.
Ketika inflasi diartikan sebagai penurunan nilai mata uang, kemudian nilai mata uang digunakan sebagai acuan untuk memprediksi pergerakan kurs, maka mata uang dari negara yang memikili tingkat inflasi lebih tinggi cenderung mengalami apresiasi.
Pembahasan tentang pengaruh faktor fundamental ekonomi yang didukung dengan penjabaran teori dan model matematikanya dapat dibaca pada artikel terkait. Daftar Artikel Yang Membahas Faktor-Faktor Fundamental Ekonomi Yang Berpengaruh Terhadap Perubahan Valuta Asing.
Contoh Perhitungan Pengaruh Inflasi Terhadap Kurs Valuta Asing
Dengan menggunakan contoh di atas, kurs pada awal adalah USD/JPY 100,0. Inflasi di Amerika adalah 5 persen dan di Jepang 10 persen, maka perubahan kurs setelah inflasi adalah:
Kurs USD/JPY setelah inflasi dapat dinyatakan dengan persamaan rumus berikut
USD/JPY(2) = USD/JPY(1) x (1 + iJPY)/(1 + iUSD)
Diketahui
USD/JPY(1) = USD/JPY 100,0
iUSD = 5 %
iJPY = 10 %
Sehingga kurs USD/JPY (2) setalah ada perubahan inflasi adalah
USD/JPY (2) = USD/JPY 100,0 x 1.047619
USD/JPY (2) = USD/JPY 104,76
Inflasi di Jepang lebih tinggi dari Amerika, kondisi ini telah mengakibatkan kurs USD/JPY naik dari USD/JPY 100,00 menjadi USD/JPY 104,76, ini artinya, semula satu Dollar Amerika dihargai dengan 100,0 Yen, berubah menjadi 104,76 Yen.
Dollar Amerika menjadi lebih mahal, sebaliknya Yen Jepang menjadi lebih murah. Dengan kata lain, Dollar Amerika terapresiasi sedangkan Yen Jepang terdepresiasi.
Pengaruh Inflasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Pengaruh Tingkat Inflasi Terhadap Kurs Valuta Asing
Pengaruh Tingkat Inflasi Jepang Terhadap Kurs Yen Jepang, USD/JPY
Pengaruh Tingkat Bunga Terhadap Kurs Valuta Asing
Pengaruh Neraca Pembayaran Terhadap Kurs Valuta Asing, Contoh Perhitungan
Pengaruh GDP Terhadap Kurs Valuta Asing
Daftar Pustaka:
- Amalia, Lia, 2007, “Ekonomi Internasional”, Edisi Pertma, Graha Ilmu, Yogyakarta.
- Hady, Hamdy, 2004, “Ekonomi Internasional”, Cetakan Kedua, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.
- Hanafi, M., Mamduh, 2004, “Manajemen Keuangan Internasionl”,Edisi 2003/2004, BPFE Yogyakarta, Yogyakarta.
- Hanafi, Mamduh, 2005, “Manajemen Keuangan Internasional”, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, Penerbit Universitas Terbuka, Jakarta.
- Kuncoro, Mudrajad, 1996, “Manajemen Keuangan Internsional”, Edisi Pertama, BPFE Yogyakarta, Yogyakarta.
- Hady, Hamdy, 2008, “Manajemen Keuangan Internasional”, Cetakan Keempat, Penerbit Yayasan Adminitrasi Indonesia, Jakarta.
- Krugman, R. Paul. Obstfeld, Maurice, 2005, “Ekonomi Internasionl, Teori dan Kebijakan”, Edisi Kelima, PT Indeks, Jakarta.
- Joesoef, Jose Rizal, 2008, “Pasar Uang dan Pasar Valuta Asing”, Salemba Empat, Jakarta.
- Darmawi, Herman, 2006, “Pasar Finansial dan Lembaga Lembaga Finansial”, Cetakan Pertama, PT Bumi Arta, Jakarta.
- Mishkin, S., Frederic, 2008’ “Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Uang”, Edisi Kedelapan, Salemba Empat, Jakarta.
- ardraviz, 2011, “Simple Comcept Untuk Forex Online Trading”, ardra.biz
- Pengertian dan Definisi Tingkat Inflasi dengan rumus persamaan menghitung tingkat inflasi dan Contoh soal perhitungan tingkat inflasi. Pengertian tingkat harga atau indek harga konsumen. Purchasing Power Parity Theory (PPP Theory) dan rumus dan persamaan Paritas Daya Beli.
- Contoh perhitungan Paritas daya beli yang Pengaruh Tingkat Inflasi Terhadap Kurs Valuta Asing (valas). Persentase perubahan tingkat harga rata-rata tertimbang dengan pengaruh inflasi dengan teori parits daya beli PPP.